Ludius membawa Silvia masuk kedalam panti bersama bu Weni dan anak-anak yang lain. Silvia berbicara banyak hal dengan ibu Weni. Sedangkan  Ludius,  dia disibukkan dengan membagi bingkisan dan bermain bersama anak-anak.

Saat Silvia sedang berbicara dengan Ibu Weni, ada anak laki-laki kecil mendatangi Silvia "Kak Silvia, pria tampan itu apa calon suami Kakak?" Tanya si anak kecil dengan polosnya. Cukup polos untuk anak seusianya mengetahui hal yang tabu.

"Bagaimana kamu bisa berfikiran seperti itu pria kecil? Memang apa buktinya kalau kamu bisa tahu dia calon suamiku?" Tanya Silvia balik.

Anak laki-laki kecil tadi pergi berlari kearah Ludius dan menarik tangannya, agar Ludius mengukutinya menuju ke arah Silvia. Anak kecil tadi menunjukkan tangan kiri Ludius dan mengatakan hal yang membuat Silvia tercengang.

"Kak Silvia, lihatlah! Kakak tampan ini memiliki cincin yang sama dengan Kak Silvia. Kata orang dewasa, kalau laki-laki dan perempuan memiliki cincin yang sama itu berarti mereka akan menikah Apa benar begitu?" Tanyanya polos.

Walau tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi Ludius menyadari saat anak kecil tadi menunjukkan tangannya pda Silvia. Sesaat pandangan Silvia mematikan seakan dia meminta penjelasan yang sejelas-jelasnya.

Ludius merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan anak kecil tadi. "Hey little man, you might misunderstand what adults say. This is just a coincidence. But you are smart enough for a little man like you. Hai pria kecil, kamu mungkin salah paham dengan apa yang orang dewasa katakan. Ini hanya kebetulan. Tapi kamu cukup cerdas untuk pria kecil sepertimu".

"Kak Silvia dia bicara apa padaku? Aku tidak mengerti" Kata si anak kecil dengan menggelengkan kepala.

"Kakak Lu bilang mungkin kamu salah paham, dan kamu cukup cerdas untuk anak sepertimu. Jadi, kamu harus sekolah yang rajin yah". Silvia berkata dengan lembut disertai senyuman.

Karena sudah cukup lama Silvia meninggalkan Rumah Sakit, Silvia dan Ludius berpamitan dan segera meninggalkan panti.

"Kak Silvia dan Kak Ludius, Kami harap kalian akan sering mengunjungi kami. Jangan lupakan kami ya Kak Ludius.." Serempak anak-anak mengatakan hal yang sama.

Silvia memberi tahu Ludius apa yang anak-anak katakan. "of course children, brother will not forget you. Someday you will come back to meet you. Tentu anak-anak, kakak tidak akan melupakan kalian. Suatu saat pasti Kakak akan kembali untuk menemui kalian".

Ludius membawa Silvia keluar dari rumah, anak-anak melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Didepan mobil Ludius Mu Lan masih menunggu.

"Mu Lan, kamu tidak perlu menungguku. Kamu pulanglah dulu, Karena hari ini kita tidak ada jadwal jadi aku membebaskanmu. Silahkan jika kamu ingin melakukan aktifitasmu".

Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,

Ludius membawa Silvia masuk kedalam mobil dan membawanya kembali ke Rumah Sakit.

…..

Sesampainya di Rumah Sakit, Ludius bergegas membawa Silvia kembali keruangannya. Dia tahu Julian pasti akan mengatakan atau melakukan sesuatu alasan untuk membuat mereka sulit untuk bertemu kembali. Ludius memang tidak pernah tunduk pada siapapun, tapi dia mengalah karena masih menghargai Julian sebagai Kakak Silvia.

Didalam ruangan Silvia, ternyata sudah ada Ibu Yuliana dan Julian yang menunggu mereka. Terlihat tatapan mereka penuh amarah karena mengetahui Silvia dibawa pergi oleh Ludius.

"Silvia, mengapa kamu pergi tidak memberitahu Ibu Nak? Ibu sungguh mengkhawatirkanmu". Ibu Yuliana mendekat kearah Silvia, raut wajahnya berubah khawatir setelah melihat Silvia.

Ludius saat melihat Ibu Yuliana dengan lebih teliti, dia merasa pernah bertemu. Dia terus mengingat-ingat kapan dia pernah bertemu dengannya. Wajah familiar ibu Yuliana mengingatkannya pada Wanita yang selalu datang untuk melihat keadaannya.

"Maafkan aku karena telah membawa Silvia pergi tanpa seizinmu. Aku hanya membawanya pergi melihat bunga, setelah itu menemui anak-anak panti asuhan. Sekali lagi maafkan aku". Kata Ludius dengan menundukkan badan.

"Ibu, benar apa yang dia katakan. Dia hanya membawaku jalan-jalan, karena aku bosan di Rumah Sakit terus" sahut Silvia mengiyakan.

"Siapa namamu Tuan Muda?" Tanya Ibu Yuliana serius.

"Namaku Ludius, ada yang ingin aku tanyakan Bi. Aku tahu Bibi pernah tinggal di China walau sementara. Dan aku hanya memastikan,  Apakah bibi 15 tahun silam pernah datang ke panti Asuhan Nanning yang berada di sebelah selatan kota Shanghai. Aku sudah mencari beliau selama bertahun-tahun hanya untuk berterima kasih. Namun aku tidak dapat menemukan jejaknya sama sekali".

"Ibu, Aku tahu ibu menyembunyikan hal penting di China selama 15 tahun ini. Dan sekarang tiba-tiba Ludius juga menanyakan hal yang sama. Mau sampai kapan ibu tutup mulut padaku? Apa aku tidak berhak tahu mengapa ayah bisa diasingkan dari keluarga dan kita harus pindah ke Indonesia. Aku mohon pada ibu, tolong jelaskan dengan jujur semua yang ibu tahu dihadapan kami". Kata Silvia penuh harap.

Ibu Yuliana terdiam untuk beberapa saat, seolah sedang menyiapkan diri untuk berbicara sejujurnya. "Silvia dan Tuan Muda Ludius, Ibu akan memberitahu semua yang aku tahu hari ini. 15 tahun silam, Ibu datang ke China untuk kuliah dan mendapatkan pekerjaan sebagai Asisten Rumah tangga pada seorang majikan. Majikan Ibu sangat dermawan, dia adalah Tuan Zhuan Yang. Seorang putra pertama Pemilik General Corporation, karena ibu bekerja padanya, Ibu menjadi sering bertemu Ayahmu. Ayahmu adalah putra kedua dari Tuan Zhuan. Nama sebenarnya ayahmu adalah Zhuan Liyun. Seiring berjalannya waktu kami saling mencintai dan memutuskan untuk menikah. Tapi tidak disangka Pernikahan kami tidak direstui dan Ayahmu memutuskan untuk keluar dari Keluarga Zhuan. Saat itu Kita pindah ke sebuah perumahan dekat Kediaman Keluarga Besar Lu, disana sedang terjadi konflik dan istri dari Tuan Tangshi Lu menitipkan putranya yang bernama Ludius Lu untuk kami jaga. Demi menyelamatkan putra mereka yang kedua, mereka membawa putra ke dua mereka ke sebuah panti asuhan Nanning. Ibu dengan Silvia yang masih berumur 5tahun sembunyi-sembunyi datang untuk melihat keadaan putra kedua. Setelah dua bulan lamanya, kami di ancam karena kami menyembunyikan dimana putra kedua berada. Setelah itu Ibu dan Ayahmu memutuskan ke Indonesia demi kebaikanmu Silvia. Ayahmu bahkan mengganti marga menjadi Zhu".

Penjelasan yang begitu panjang membuat Ludius terkejut. Dia tidak menyangka bahwa masalahnya tidak semudah yang di fikirkan. Dia mengepalkan tangan seperti dendam yang baru saja hilang mencuat kembali.

(Ternyata kamu adalah gadis kecil 15 tahun yang lalu. Gadis yang selalu menghiburku saat aku merasa aku telah di buang).

"Lalu apa Bibi tahu konflik apa yang sedang terjadi dan siapa orang yang telah mengancam keluarga Bibi waktu itu?".

"Aku tidak tahu pasti, tapi dilihat dari cara mereka mengancam, mereka seperti sebuah organisasi tertutup. Hanya itu yang aku tahu, selebihnya terserah kalian akan percaya atau tidak".

"Lalu pertanyaan terakhir dariku, apa Ibu dan kakak tahu mengapa aku bisa memakai cincin yang sama dengan Ludius? Walau Ludius tetap diam, Di panti ada anak yang memberitahuku bahwa Ludius memakai cincin yang sama. Ini bukan sebuah kebetulan kan Bu?".