Suasana ruangan berubah menjadi hening, Julian bingung melihat Silvia terlihat marah padanya. Dia tidak bisa melihat adik yang paling dia sayangi membencinya.

'Kamu adalah satu-satunya wanita yang aku cinta dan aku sayang, walau kamu hanya menganggapku sebagai Kakak itu sudah cukup. Karena Aku tidak ingin kehilangan cinta darimu'. Batin Julian

Disaat heningnya suasana ruang rawat Silvia, Suster bingung melihat dua orang saling terdiam tanpa kata-kata. Dia masuk saja tanpa memperdulikan keadaan yang terlalu tenang itu.

"Permisi Tuan dan Nona Silvia, saya di perintahkan Tuan Lu untuk membantu Nona mandi dan sarapan. Silahkan Tuan untuk keluar sebentar, karena saya akan membantu Nona mandi".

Kedatangan Suster memecah keheningan yang menyakitkan bagi Julian. Dia beranjak dari tempatnya..

"Baik Sus, saya titip Silvia___

__ Silvia, Kakak akan pergi keluar sebentar. Jangan melakukan hal yang berbahaya seperti tadi malam. Kakak tidak ingin kamu membenci Kakak, Jadi Kakak akan meminta maaf pada Ludius jika kita bertemu nanti".

Mendengar perkataan maaf dari Julian, Silvia merasa tenang. Setidaknya untuk hari ini mereka berbaikan. Walau seperti itu Silvia bahkan tidak menyadari bahwa keduanya mempermasalahkan tentang hatinya.

Setelah kepergian Julian, Suster membantu Silvi mandi dan berganti pakaia. Di tengah-tengah sarapan pagi Suster mempertanyakan hal yang membuat hati Silvia terusik.

"Nona, saya hanya ingin bertanya. Apakah Nona sedang bertengkar dengan Pria tadi?". Tanya Suster tanpa bertanya apa hubungan mereka.

"Hanya salah faham Sus, Mengapa Suster bertanya seperti itu?" Tanya Silvia balik.

"Saya kira dia menyukai Nona Silvia, Terlihat dari sorot matanya memandang Nona, Dia sangat mencintai Nona. Walau saya tahu Tuan Lu adalah calon suami Nona. Tapi pria tadi benar-benar takut kehilangan Nona". Suster itu berkata tanpa rasa bersalah.

"Dia hanya seorang Kakak sepupu Sus. Aku harap Suster tidak mengungkitnya apalagi didepan Ludius. Aku tidak ingin ada salah faham didalam hubungan kita". Terang Silvia.

Entah mengapa Silvia merasa pertanyaan itu sangat mengusiknya. Dia selalu menganggap Julian Kakak satu-satunya, tapi Silvia mulai sadar dengan sikap Julian yang berlebihan akhir-akhir ini.

'Apakah kamu benar-benar telah mencintaiku Kak? Tapi maaf Kak, Kamu mencintaiku tidak pada waktunya. Dulu aku sempat mencintaimu, tapi aku berfikir kamu lebih menyukai Sahabatku. Sekarang sudah terlambat untuk mengubah takdir yang telah terlewat. Walau aku belum tahu perasaanku yang sebenarnya pada Ludius setelah aku hilang ingatan, tapi aku tidak ingin mengkhianatinya'.. batin Silvia.

"Apanya yang salah faham Sayang?" Ludius tiba-tiba menyahut dari luar ruangan. Dia masuk kedalam menghampiri Silvia.

"Apa yang kalian bicarakan. Sepertinya serius?. Apa aku tidak berhak tahu?" Tanya nya kembali.

Suster yang melihat Ludius sudah ada di depannya gemetar, Dia terdiam karena takut akan di cecar pertanyaan oleh Ludius.

"Sus, kamu boleh keluar!" Perintah Ludius.

Silvia di pojokkan oleh tatapan Ludius, dia terpaku melihat Ludius berjalan kearahnya. Silvia bingung bagaimana menjelaskan apa yang terjadi pada Ludius yang sejatinya memiliki temprament buruk.

"Sudah berapa lama Tuan Lu berada di luar sana?".. Tanya Silvia hati-hati.

Melihat Silvia seperti tertekan, Ludius memendam amarahnya sedalam-dalamnya. Dia mencoba untuk bersikap normal seperti tidak mendengar apapun.

Ludius duduk si atas ranjang di samping Silvia yang memang sedang sarapan.

"Lupakan! Anggap saja aku tidak pernah bertanya apapun". Perkataan dingin Ludius cukup mewakili apa yang terjadi.

'Dari caranya berbicara, Jelas dia marah padaku. Entah apa yang dia dengar, Aku pasti akan menceritakannya. Tapi tidak untuk saat ini, tunggu dia mendinginkan kepala, baru aku ceritakan. Mungkin itu lebih baik'. Batin Silvia.

"Pagi ini kamu sudah segaran. Apa kamu ingin pergi ke suatu tempat?" Tanya nya tanpa bekspresi senang sedikitpun.

"Bisakah kamu membawaku ke taman yang ada di rumahmu. Aku dengar taman di rumahmu sangat indah".

"Baiklah, aku akan membawamu kembali ke rumah. Tapi sebelum itu, biarkan aku membawamu pergi berbelanja".

Silvia keluar dari ruang rawat di bantu Suster yang merawatnya. Ludius membawanya keluar dari rumah sakit dengan senyum mengembang.  Sepertinya Ludius tengah menyiapkan kejutan untuk Silvia, terlihat dari raut wajahnya yang tersenyum tanpa alasan.

Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,

Tepat di saat mereka melewati ruang USG, seorang wanita yang mengenal Ludius keluar. Dia menatap Ludius dengan penuh suka cita, tapi tatapannya berubah dalam sekejap saat dia melihat Silvia. Perasaan geram dia tunjukkan tepat didepan Silvia

"Ludius.." Sapa wanita itu, tanpa mengalihkan pandangan dari Silvia.

"Qi'er..!  Ada perlu apa kamu mencariku, Bukankah semuanya sudah jelas?" kata Ludius dingin.

Walau Ludius bersikap dingin, tapi sejatinya dia sangat khawatir jika Qi'er mengatakan hal yang membuat Silvia syok. Ludius mencoba untuk menyembunyikannya sementara waktu. Tapi dia tidak menyangka mereka akan bertemu secepat ini.

Silvia terus memperhatikan sikap mereka yang terlihat aneh, Dia merasa Ludius terdiam seperti menahan kata-kata yang hendak dia katakan.

'Sebenarnya ada apa ini, Siapa wanita itu? Mengapa perasaanku jadi tidak enak begini?'  Batin Silvia. Dia yang tidak tahu duduk permasalahannya hanya bisa menunggu mereka membuka suara.

"Sus, temani Nona Silvia masuk ke mobil. Bawa dia ke pusat perbelanjaan. Aku segera menyusul setelah menyelesaikan urusanku dengan wanita ini". Perintahnya pada Suster yang merawat Silvia.

"Kenapa aku harus pergi. Lalu wanita ini siapa? Memang apa yang ingin kalian bicarakan?" Tanya Silvia polos.

Ludius mendekati Silvia, dia berdiri sejajar dengannya. Wajahnya mendekati Silvia, hingga teramat dekat.

"Sayang, ada hal yang harus aku selesaikan dengannya, aku belum bisa memberitahumu sekarang. Percayalah, jika ini sudah selesai aku akan menceritakannya. Apa kamu bersedia menunggu?" Tanya nya diakhir kalimat dengan senyuman.

"Baiklah, aku akan pergi ke pusat perbelanjaan bersama Suster. Jangan terlalu lama, cepat menyusul!" Katanya jutek,

Suster membawa Silvia keluar. Sekarang tinggal mereka berdua yang saling menatap tajam.

"Oh.. sepertinya calon istrimu telah melupakanku. Apa perlu aku bantu ingatkan?"

"Qi'er apa maumu sebenarnya?" Tanya Ludius tanpa basa basi

"Seharusnya kamu tahu apa yang aku inginkan Ludius. Anak ini sebentar lagi akan lahir, aku tidak ingin dia lahir tanpa seorang ayah!. Jadi aku mohon nikahi aku, kita akan membuat keluarga bahagia bersama anak kita nanti". Kata Qi'er dengan ekspresi memelas. Dia salah satu wanita licik yang pandai dalam hal menggoda pria.

"Dengar baik-baik Qi'er! Aku akan membesarkan anakmu, tapi tidak untuk menikahimu. aku tidak butuh wanita murahan sepertimu, jadi.. Jangan bermimpi menggantikan posisi Silvia sebagai calon Nyonya besar Perusahaan Tangshi Grup!". Ludius berjalan tanpa memandang Qi'er kembali.

Qi'er merasa geram dan kesal melihat Ludius berkata pedas didepannya. Qi'er menjadi terobsesi untuk mendapatkan Ludius bagaimanapun caranya.

"Semakin kamu melarikan diri dariku, semakin aku ingin membuatmu terpojok. Aku ingin tahu, seberapa lama kamu menyembunyikan ini dari calon istrimu Ludius?". Gumam Qi'er dengan terus memandang kepergian Ludius.