Di Pusat perbelanjaan Silvia berkeliling bersama Suster yang merawatnya. Di saat mereka berkeliling, Silvia melihat butik yang cukup menarik perhatiannya. Dari depan terlihat gaun berwarna biru laut dengan motif bunga di bagian pinggang menyamping, membuat Silvia ingin melihatnya dari dekat. Silvia beserta Suster masuk kedalam butik, mereka tidak tahu jika Butik itu khusus menyediakan pakaian dan gaun label BRANDED dan Limited Edition.

"Kakak, bisakah aku melihat Gaun yang ada disebelah depan sana?". Pinta Silvia pada salah satu pegawai.

Para pegawai yang melihat Silvia langsung mencibirnya, Mereka berfikir Silvia wanita aneh, cacat, yang tidak tahu malu telah memasuki kawasan orang-orang elit.

"Maaf.. Tapi disini hanya menjual barang-barang BRANDED dan Limited Edition. Orang cacat sepertimu pasti datang untuk mengacaukan butik ini. Kamu salah jika datang kemari. Silahkan kamu cari tempat yang lain". Usir salah satu pegawai dengan mata menghina.

"Maaf Kakak, aku salah masuk tempat. Mari Sus, kita keluar dari sini. Tempat seperti ini tidak cocok denganku". Kata Silvia, dia sedikit tersinggung dan sedih karena tidak bisa melihat gaun yang dia sukai.

Suster yang merawat Silvia sebut saja dia Suster Jing Mi. Dia salah satu Suster yang di percayakan Ludius untuk merawat dan menjaga Silvia dimanapun berada. Saat Suster Jing Mi tahu Silvia seperti di bully dan diusir oleh pelayan butik dia segera menghubungi Ludius.

???? "Tuan Lu, kami sudah di Pusat perbelanjaan dan tengah di sebuah butik. Tapi sepertinya mereka membully Nona Silvia dan mengusirnya".

???? "Suster Jing, tunggu aku disana. Sebentar lagi aku akan sampai. Orang yang tidak tahu sopan santun seperti mereka memang harus di beri pelajaran. Kita lihat apa mereka masih bisa berkata-kata setelah melihatku datang".

Suster Jing yang melihat Silvia muram mengajak Silvia kembali berkeliling tidak jauh dari butik tadi.

Setelah 15 menit kemudian, Ludius datang menghampiri Silvia yang terlihat muram karena perkataan para pegawai butik.

"Sayang, apa kamu belum memilih gaun yang kamu suka?" Tanya Ludius.

"Tidak perlu, kita pulang saja. Lagi pula tempat mewah seperti ini tidak cocok denganku yang seperti ini". Kata Silvia dengan perasaan sedih.

"Tenang Sayang, apapun yang kamu inginkan. Kamu pasti akan mendapatkannya".

Ludius yang melihat Silvia sedih hanya karena sebuah gaun berjalan membawa Silvia ketempat butik itu berada. Dengan perasaan amarah yang meluap Ludius memasuki Butik tersebut.

"Siapa manajer di Butik ini? Cepat panggil dia kemari!" Perintah Ludius dengan nada tinggi penuh emosi.

Pegawai yang sedari tadi bersantai melihat Ludius datang dengan amarah meluap langsung berdiri tegak dengan menunduk. Mereka lebih terkejut lagi melihat Silvia datang bersama Ludius.

Manajer butik datang dengan tubuh gemetar melihat amarah yang di tunjukkan Ludius.

"Tuan Lu, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Manajer gemetar

"Dengar! Apa kamu tahu Pegawaimu baru saja menghina calon istriku? Bahkan dia diusir secara paksa dari butik ini!. Jadi Tuan manajer, bagaimana kamu akan bertanggung jawab dengan semua ini?" Ludius benar-benar marah dengan apa yang terjadi pada Silvia.

Perkataan Ludius penuh dengan penekanan, hingga membuat manajer dan para pegawai ketakutan.. Manajer yang sudah separuh baya tadi menghampiri para pegawainya untuk meminta maaf. Dengan perasaan malu dan takut para pegawai menghampiri Silvia.

"Nona, kami selaku pegawai meminta maaf atas perlakuan kami". Kata para pelayan kompak.

Silvia yang melihat pegawai sombong dan congkak meminta maaf membuatnya tersenyum menahan tawa.

"Pffft.. Sebenarnya aku tidak ingin tertawa, tapi melihat mereka seperti itu ternyata lucu juga" wajah Silvia mengarah ke arah para pegawai  "Makanya Kakak.. Sebagai manusia jangan suka merendahkan orang lain. Karena belum tentu orang yang kalian rendahkan lebih rendah dari kalian". Tegur Silvia.

Melihat Silvia kembali tersenyum membuat perasaan Ludius tenang. "Sayang, katanya kamu menginginkan sesuatu?" Tanya nya kembali.

"Aku sudah tidak berminat, Lebih baik ketempat lain saja. Apa tidak masalah?" .

"Tentu tidak, Sayang.. hari kamu adalah Ratunya. Jadi apapun yang kamu inginkan, Raja ini siap melayani". Ujar Ludius dengan gaya memberi penghormatan.

Suster Jing yang melihat kedekatan Silvia dan Ludius tersenyum, mereka seperti pasangan yang kompak dan menarik.

"Benarkah? Kalau aku Ratunya, apakah Raja bersedia membawaku pergi untuk makan jajanan kaki lima? Sudah lama aku tidak makan makanan pinggir jalan". Pinta Silvia dengan wajah imutnya.

Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,

Ludius sedikit terkejut karena permintaan aneh Silvia "Sayang, apa kamu tidak suka makanan Restaurant?" .

"Bukan seperti itu, hanya saja makanan di kaki lima terasa lebih lezat karena makanan mereka dibuat dengan penuh cinta. Karena makanan di kaki lima tidak memandang status atau derajat, kita jadi lebih akrab dengan orang sekitar. Apa kamu malu untuk makan disana?" Tanya Silvia di akhir perkataannya.

"Tidak! Baiklah.. Jika itu permintaan Ratu, maka Raja tidak bisa menolak".

Ludius membawa Silvia ke tempat yang sering untuk mangkal pedagang kaki lima. Sedangkan Suster Jing diperintahkan untuk kembali ke rumah sakit.

Sesampainya di tempat yang ramai pedagang kaki lima. Ludius melepas Jas rompi beserta dasi yang dia pakai, dia bahkan mengubah gaya rambut agar terlihat lebih santai.

"Tuan Lu, kamu lumayan juga dengan gaya rambut santai. Walau tidak formal, tapi terlihat lebih muda dan tampan" Puji Silvia.

Ludius yang tidak pernah mendengar pujian dari Silvia seketika wajahnya merona merah. Silvia yang melihat membayangkan betapa imutnya pria yang selalu dingin itu.

'Pfft.. Aduh ko aku gemes yah.. Imut banget sih Tuan Lu, kenapa tidak dari dulu ya aku kerjain dia. Jarang-jarang kan liat muka dingin itu seimut ini. Coba bisa diabadikan pasti indah deh di pasang di sudut ruangan' batin Silvia terkekeh.

"Apa yang kamu lihat, Apa sudah puas menertawakanku?" Tanya Ludius dengan nada merajuk.

"Apa kamu fikir aku sedang menertawakanmu? Sejak kapan Tuan Lu jadi Percaya diri sekali?"

Silvia mengedarkan pandangannya melihat dan mencari makanan kesukaannya. Dia tidak perduli dengan Ludius yang masih marah karenanya.

"Apakah kamu masih marah Tuan Lu,  padahal aku hanya ingin mulihatmu tersenyum Lho.. Kalau masih marah ya sudah, marah saja sana. Aku akan cari cemilan dulu".

'Dasar gadis nakal, setelah membuatku seperti ini kamu mau pergi kemana? Bagaimana kamu akan menebusnya Sayang'  Batin Ludius.

Dia mengukuti kemana Silvia pergi dengan kursi rodanya. Dan terlihat Silvia tengah makan makanan ringan dengan tersenyum riang.