Di ruangan berbeda berbentuk seperti labirin, kini Ludius dan ke5 ajudan dari pria bertopeng sudah menempatkan diri diposisi masing-masing. Sesekali tangan Ludius gemetar karena menahan peluru yang masih menancap di bahunya.

"3.. 2.. 1.. Mulai". Pria bertopeng memberi aba-aba.

Ludius sudah siap dengan pistol ditangannya. 'Aku hanya punya 1 kali kesempatan menembak. Jika aku gagal maka aku yang akan tertembak. Benar-benar permainan yang menarik!'.

Ludius terus berjalan kedepan dengan perlahan dengan tatapan melihat kesekeliling ruangan. Disaat yang bersamaan dia melihat salah satu ajuda  yang bersembunyi di balik dinding yang berada didepannya.

'Mangsa telah mendekat. Ayo cepat kemarilah! Kita lihat, seberapa cepat dan tepat permainan orang bayaran seperti kalian!'.

*Doar..!* Ludius melepas satu tembakan saat musuh sedang mengintip. Tembakannya tepat  mengenai dada musuh dan seketika tergeletak.

'Lumayan!, ah.. Sudah berapa lama aku tidak bermain-main dengan nyawa seperti ini?'. Batinnya

….

Ditempat yang berbeda Silvia tidak berdaya berada dalam genggaman musuh. Pria bertopeng yang mengawasinya mendekatkan wajahnya pada Silvia.

"Hei calon dari Ludius Lu,. Bagaimana keadaanmu saat ini?" Tanya nya dengan wajah menyeringai. Pria bertopeng tadi membuka penutup mulut Silvia.

"Siapa kamu sebenarnya? Dan apa maumu?. Tidak mungkin kamu hanya sekelompok orang yang hanya ingin bermain-main dengan Ketua Naga Imperial kan?".

"Wanita yang cerdik! Aku suka itu, tapi kamu tidak cukup cerdik untuk mengetahui siapa aku sebenarnya".

"Katakan siapa kamu sebenarnya? Apa jangan-jangan Pria yang hanya bisa bersembunyi di balik topeng sepertimu hanya bisa membual saja?". Perkataan Silvia rupanya telah memancing kemarahannya.

"Kamu sudah menjadi tawananku tapi masih bisa berkicau. Pantas jika Tuan Ludius sangat menginginkamu Nona Silvia Zhuan".

"Kamu.. Bagaimana kamu tahu marga sebenarmya dari Ayahku?". Teriak Silvia.

"Husst.. Jangan keras-keras nyonya Lu! Apa kamu ingin calon suamimu mendengar dan tidak fokus dengan yang sedang dikerjakannya?". Bisik nya.

"Katakan Bagaimana kamu tahu margaku yang sebenarnya?".

"Jawabannya mudah, karena aku adalah saudaramu Nona Silvia Zhuan".

"Saudaraku?" Silvia masih belum mengerti apa yang pria bertopeng fikirkan. "Lalu untuk apa Kamu mempermainkan Ludius seperti ini. Jika jelas-jelas yang kamu incar adalah aku!".

"Sebenarnya aku juga seorang pembunuh bayaran. Ada seorang pria tanpa nama memberiku imbalan besar untuk menghabisi calon suamimu itu".

"Baik aku terima alasanmu yang satu ini. Lalu.. Jika kita masih saudara, kamu pasti tahukan tentang kejadian 15 tahun yang lalu? Aku akan memberi imbalan apapun asal kamu mau memberitahu tentang kejadian itu".

"Aku akan sedikit memberitahu yang sebenarnya mengenai Tangshi Lu. Tangshi Lu adalah orang yang tidak beruntung karena dituduh sebagai ketua dari Organisasi Black Rose, selama bertahun-tahun tidak ada yang mengetahui siapa pemimpin dari Organisasi Black Rose yang telah mendunia akan dedikasinya di dunia bawah. Karena kekejamannya yang sudaj tidak termaafkan. Ketua dari semua organisasi membuat serikat untuk melawan Black Rose disaat yang sama  ada seorang pemuda yang melimpahkan bukti kejahatan Black Rose di tangan Tangshi Lu hingga terjadilah pembantaian massal di sebuah kediaman Tangshi. Hingga kini pria yang mengadu domba antara Tangshi Lu dan orang-orang organisasi masih berkeliaran menghirup udara bebas".

"Mengapa kamu mau memberitahuku semudah ini. Apa kamu mempunyai maksud lain dariku?".

"Aku hanya meminta satu hal. Semua harta warisan dari kakek Zhuan. Limpahkan semuanya padaku, karena hanya akulah yang pantas untuk mendapatkannya".

"Kalau itu, aku tidak bisa. Aku tidak ada urusannya dengan harta milik Keliarga Zhuan! Lenoh baik kamu meminta saja pada mereka jika kamu benar-benar masih keluarga Zhuan".

Saat Silvia masih berbicara dengan pria bertopeng, dari luar Ludius tiba-tiba melepas tembakannya kearah Pria bertopeng.

"Ludius jangan..!" Teriak Silvia,

'Tidak! Dia adalah saudaraku Ludius..!'. Batin Silvia.

Silvia mencoba  berdiri kearah pria bertopeng dan memeluknya erat.

Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,

*Slaaash..* peluru menembus perut belakang Silvia.

Pria bertopeng yang di selamatkan oleh Silvia memeluk Silvia dan memandang wajahnya. "Ka.. Kak. Ji.. Ka kita memang Saudara, aku hanya ingin bisa memanggilmu Kakak.. Aku sudah mencari keluarga ayah selama bertahun-tahun Dan akhirnya aku menemukanmu, aku sudah sangat bahagia. Satu pintaku Kakak.. Jangan pernah lukai orang lagi yah.. Aku percaya keluargaku semuanya adalah orang baik, begitu juga Kakak. Kakak.. Selamat tinggal". Kata Silvia rilih sebelum menutup akhirnya menutup mata.

Ludius yang melihat Silvia justru yang tertembak berlari kearahnya. Dia sudah tidak pedulikan yang lain, dan langsung menggendong Silvia dalam pelukannya.

"Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan hingga Silvia mau menyelamatkanmu dari peluruku. Tapi jika terjadi sesuatu pada Silvia aku tidak akan melepaskanmu". Kata Ludius.

Dia mengambil kunci mobil dan membawa Silvia keluar menuju mobilnya. Keadaan Ludius yang juga terluka parah tidak dia hiraukan,  perasaan Ludius seakan mati rasa melihat Silvia terluka karena pelurunya.

'Mengapa kamu melakukan itu Sayang.. Aku benar-benar berdosa karena telah melukaimu'. Batin Ludius.