Chapter 84 - 84. Kancing Kemeja,

Ludius melepas pelukannya setelah cukup lama mereka saling diam hanyut dengan perasaan mereka.

"Sayang, aku dengar Ling Ling akan menikah besok. Apa kamu sudah menyiapkan kado untuk mereka?". Tanya Ludius,

"Mengapa kamu selalu tahu isi fikiranku? Apa selama ini fikiranku di bajak olehmu?. Aku memang bingung akan memberi kado apa pada mereka. Lagi pula Kamu juga belum sembuh benar".

"Kalau urusan kado aku akan meminta Longshang untuk carikan. Apa kamu tidak akan datang ke acara Pernikahan mereka jika tanpa ku?". Tanya Ludius sedikit berbangga.

"Sebenarnya Aku benci mengakuinya. Tapi.. Aku memang tidak bisa hadir jika kondisimu masih seperti ini. Aku takut jika aku meninggalkanmu kamu akan melakukan hal nekad lain yang memperparah keadaanmu".

Ludius mencium kening Silvia dan mengangkat Jemari nya. "Lihatlah jari manismu Sayang, aku telah mensematkan cincin mendiang Ibu yang paling berharga di jarimu, Itu berarti aku bersungguh-sungguh untuk menikahimu. Mulai sekarang aku tidak akan melakukan hal yang tidak kamu sukai, dan mendengarkan semua permintaanmu".

"Janji..! Kamu tidak akan melakukan hal bodoh lagi?". Tanya Silvia dengan wajah imut nya.

"Tentu saja, tapi.. Jangan memasang wajah imutmu padaku, atau aku tidak bisa menahannya Sayang". Kata Ludius jahil.

Braaak…

Seseorang datang dari arah pintu dengan keadaan marah yang luar biasa. Dengan perasaan geram luar biasa dia menampar Silvia didepan Ludius.

Plaaak…

"Dasar wanita murahan, berani-berani nya kami merebut calon suamiku? Apa kamu tidak merasa kalau kamu adalah seorang kriminal? Masih berani merebut Jason dariku?! ". Kata Elena pedas.

Ludius beranjak dari duduknya dan mencekal tangan Elena, dia menariknya dan mendorongnya keluar.

"Jauhkan tanganmu dari calon istriku. Apa kamu tidak mendengar kenyataan dari orang-orangnya Jonathan apa yang telah terjadi?". Kata Ludius lirih namun tegas.

"Apa maksudmu Jason, Apa kamu mulai terpengaruh dengan wanita sepertinya?". Tanya Elena yang terlihat seperti tidak mengetahui apa pun.

"Dengar Baik-baik!. Asal kamu tahu, akulah yang telah membunuh Jonathan. Dia berhak mendapat hukuman karena telah membantai orangtuaku 15 tahun silam. Dan alasan aku mendekatimu adalah karena keluargamu masih memiliki hubungan dengan Organisasi Black Rose yang telah lama bubar. Jadi simpan saja mimpimu untuk menjadi Calon Istriku! ". Jelas Ludius dengan tegas.

Plaaak…!

Elena syok,dia menampar Ludius dengan perasaan kecewa. Dia tidak menyangka kalau dia hanya di manfaatkan oleh orang yang dia cintai yang diam-diam menjadi musuh dari Paman dan keluarganya.

"Apa sekarang kamu puas telah mendapatkan apa yang kamu mau?. Ingat Jason..! Aku BERSUMPAH Suatu hari nanti kamu harus membayar rasa sakit ini berkali-kali lipat! ". Ancam Elena. Dia pergi meninggalkan ruangan dengan perasaan geram dan marah luar biasa.

Silvia yang sedari tadi diam memperhatikan mereka menjadi merasa bersalah. Dia merasa kalau dirinya sama jahatnya dengan orang lain karena telah membuat sesama wanita terluka.

"Ludius, apa yang terjadi ini sudah benar? Kamu baru saja menyakiti perasaan wanita. Aku sebagai sesama wanita tidak bisa melihatnya terluka seperti itu. Tubuhku gemetar mendengar sumpah serapah yang dia katakan, itu sangat menakutkan".

Ludius memeluk Silvia untuk menenangkan nya. "Jangan di fikirkan, itu hanya sebuah gertakan darinya. Aku tidak akan membiarkan siapapun merusak hubungan kita". Ludius mengangkat wajah Silvia yang tertunduk.   "Bagaimana kalau kita menikah 1 minggu dari hari ini, lebih tepatnya minggu yang akan datang? ". Saran Ludius.

"Apa..?. Menikah minggu depan?". Tanya Silvia memperjelas apa yang dia dengar.

"Sayang.. Aku sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Menikahimu adalah jalan terbaik untuk menjagamu dan membungkam Elena saat ini".

Silvia yang mendengar memalingkan wajahnya yang memerah karena malu mendengar perkataan Ludius yang terkesan tiba-tiba.

"Ka.. Kalau begitu, kamu harus meminta restu ibuku dahulu. Baru kita bisa menikah". Jawab Silvia lirih bahkan hampir tidak terdengar.

"Terima kasih Sayang.. Kamu tahu, hari terbaik dalam hidup adalah hari dimana aku bisa menikahimu. Dan mengenalkanmu pada orangtua ku".

"Tapi kondisimu belum membaik. Bagaimana kalau Dokter belum megizinkanmu pulang dalam satu minggu ini?".

"Tidak ada yang bisa mencegahku untuk menikahimu, walau sakit sekalipun. Ini sudah sore sebentar lagi pasti dokter datang untuk kemari. Jadi kamu harus dirawat sampai sembuh".

"Hei.. Sebenarnya yang sakit aku atau kamu? Aku cuma demam, seharusnya kamu yang berbaring disini. Cepat berbaring!". Perintah Silvia. Dia beranjak dari kasur Ludius.

"Selamat sore Tuan Lu, waktunya anda membersihkan badan". Kata Suster yang datang dari arah pintu.

Ludius memandang Silvia dengan tersenyum jahil. "Baik, kamu boleh keluar Sus. Biar calon istriku yang memandikanku nanti". Katanya.

"Baik Tuan Lu, Nona.. Mohon bantu Tuan untuk membersihkan diri. Saya keluar dahulu".

Silvia menatap tajam Ludius. "Apa kamu sengaja melakukan ini Sayang..?" tanya Silvia penuh penekanan.

"A.. Haha.. Ternyata calon istriku kalau marah menakutkan juga!. Ehem.. Tentu saja kamu yang harus memandikanku, Apa kamu ingin orang lain yang melihat tubuhku sayang?". Tanya Ludius masih dengan kejahilan nya.

"Tidak lah, Cepat buka bajumu ". Pinta Silvia ketus dengan mengalihkan pandangannya.

"Sayang. Aku kan seorang pasien. Seharusnya kamu yang membuka kancing kemejaku. Apa kamu yakin tidak ingin melihat tubuhku?".

Silvia hanya bisa menuruti Ludius sebelum dia banyak bicara.  Perlahan Silvia memalingkan wajahnya kearah Ludius, dia membuka kancing kemeja satu-persatu. Silvia yang baru pertama kali memperhatikan tubuh Ludius terbelalak melihat dada bidang Ludius yang terbentuk indah seperti sebuah maha karya.

'Orang ini.. Apa seperti ini tubuh dari seorang mafia. Tidak disangka benar-benar indah. Pantas setiap wanita bergairah setiap melihatnya. Ah.. Aku mikir apaan sih?. Ko jadi terkesan aku yang mikir jorok ya!'. Batin Silvia.