Pagi ini Silvia terbangun, dia melihat ke sekeliling dan mengingat apa yang telah terjadi tadi malam. Silvia hanya bisa menepuk jidat nya karena mengingat betapa malunya dia sampai tertidur seperti itu.
Silvia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Langkahnya terhenti saat melihat Dress biru laut seperti warna kesukaan nya sudah berada di atas meja dengan sepucuk surat dari Ludius.
[ Sayang, ada hal yang harus aku urus pagi ini. Aku sudah siapkan Dress untuk kamu pakai menghadiri Pernikahan Ling Ling. Aku akan menjemputmu jam 8.00. See You Honey.. ]
"Masih jam 5.00 pagi dia pergi kemana? Tidak biasanya Ludius pergi sepagi ini". Gumam Silvia.
Dia mengambil Dress dan melihat dengan membolak balikkannya. "Orang itu... Mengapa dia selalu mengerti apa yang aku fikirkan. Bahkan Dress pun seperti sudah di persiapkan sejak lama. Apa dia bisa membaca pikiranku? ". Silvia melanjutkan aktifitas paginya.
Setelah selesai membersihkan diri, Silvia keluar dari kamar. Di dapur sudah ada Ibu Yuliana di temani Bibi Yun yang sedang memasak.
"Ibu.. Apa ada yang bisa aku bantu? Kebetulan pagi ini aku ingin sarapan sop tulang iga. Oh ya, apa ada yang tahu kemana Ludius pergi pagi tadi?". Tanya Silvia.
"Bibi tidak tahu Nona, Nyonya besar sepertinya juga tidak tahu Tuan Lu pergi kemana. Tapi saya sempat melihat Tuan LongShang mendatanginya ke ruang kerjanya".
"Terima kasih Bi, sepertinya aku tahu dia pergi kemana".
Silvia langsung teringat Qi'er, dan Silvia terpikir kalau Ludius sedang berada di Villa dimana Qi'er di tinggal bersama anak mereka. Jika mengingat ada anak diantara mereka Silvia tidak bisa membohongi dirinya kalau dia sedikit cemburu.
"Huft.. Kamu harus tenang Silvia, serahkan semuanya pada Tuhan". Katanya menyemangati diri sendiri.
Silvia keluar dari rumah menuju garasi, mengambil mobil dan pergi ke Villa untuk memastikan semuanya.
Di perjalanan sepintas terpikirkan dalam benak Silvia mengenai sikap yang dia ambil untuk Qi'er.
"Apa aku sudah melakukan hal benar dengan memisahkan Qi'er dari Ludius? Bagaimana kalau itu benar-benar anak mereka?. Ikatan darah lebih kuat dari sebuah cinta sekalipun. Apa aku sudah siap jika itu terjadi?". Gumam Silvia.
Sesampainya di depan Villa Luxiorus sudah ada mobil Ferrari milik Ludius. Berarti sudah jelas kalau Ludius ada disana. Perasaan sakit dan terluka singgah begitu saja dihati Silvia, dia tidak bisa membayangkan apabila yang dipikirkan nya menjadi kenyataan.
"Perasaan apa ini? Apa aku sedang merasakan cemburu?". Gumamnya.
Perlahan Silvia masuk kedalam Villa, dari depan pintu utama terdengar suara tangisan bayi. Silvia mencoba mencari arah suara berasal, Dia naik ke lantai dua dengan perasaan berdebar. Didepan kamar yang terdengar jelas suara tangisannya Silvia terdiam. Ingin sekali dia mengetuk pintu dan masuk untuk melihat keadaan yang sedang terjadi. Tapi, sisi lain hatinya terlalu takut untuk melihat kenyataan yang ada.
'Silvia, kamu sudah didepan kamarnya. Kamu hanya tinggal membuka pintu dan tahu apa yang terjadi, tapi mengapa terasa berat?'. Batinnya.
Huft..
Silvia menghela nafas dan menutup mata untuk membulatkan tekadnya. "Apapun yang terjadi anggap itu sebagian dari cobaan. Silvia.. Kamu harus kuat". Gumam nya.
Tok.. Tok.. Tok..
Silvia membuka pintu, dan melihat Ludius sedang menggendong bayi mungil ditemani Qi'er dengan senyuman layaknya keluarga kecil yang bahagia.
"Ah.. Maaf, sepertinya aku datang di waktu yang salah. Silahkan kalian lanjutkan, aku akan keluar dahulu". Silvia berlari menuruni tangga dan keluar dari Villa.
"Silvia.. Tunggu.. ". Hanya itu yang Silvia dengar dari mulut Ludius.
Sekuat apapun Silvia mencoba menutupinya dan bersikap wajar, Ternyata tetap tidak bisa menutupi perasaan yang sebenarnya. Entah itu disebut kecewa, patah hati, sedih atau cemburu. Karena kehadiran seorang bayi mungil tidak bisa menjadi alasan untuknya merasakan itu.
Silvia berlari menuju mobil dengan air mata yang tidak bisa dia tahan. Dari belakang Ludius menarik Silvia dan memeluknya.
"Sayang, Jangan menangis. Dengar.. Semua itu tidak seperti yang kamu fikirkan. Maaf.. Seharusnya aku memberitahumu dan membawamu ikut datang kemari ". Kata Ludius dengan penuh penyesalan.
"Aku tidak ada hak untuk untuk marah atau kesal, Karena Bagaimanapun itu adalah putramu". Kata Silvia lirih.
"Dengar Silvia, sebenarnya aku sedang mengambil sampel rambut milik Qi'er dan Bayi mungil Chun. Aku bukan tidak ingin mengakui itu sebagai anakku, aku hanya ingin tahu kebenarannya. Jika memang dia bukan anakku, aku akan membiarkan Qi'er pergi dan tetap membiayai Chunying".
"Tapi jika itu benar putramu, Apa yang akan kamu lakukan?". Tanya Silvia lirih. Ingin sekali dia menutup telinga agar tidak mendengar jawaban yang mungkin menyakitkan.
"Tentu saja aku akan merawatnya bersamamu. Sayang.. Sudah aku katakan, aku tidak mungkin meninggalkanmu. Kamu adalah wanitaku satu-satunya dan tidak ada yang bisa menggantikannya". Jawab Ludius.
"Lalu.. Bagaimana dengan Qi'er? Kalau dia menuntut hak untuk mengasuh Chunying dan status sebagai istri, Apa yang akan kamu lakukan?".
"Jelas aku akan menolak apapun yang terjadi. Didunia ini hanya kamu yang aku Cintai, mana mungkin aku akan menikahi wanita lain". Ludius memandang wajah kusut Silvia. "Sayang.. Apa kamu sedang cemburu, baru kali ini aku melihatmu benar-benar sedih, bahkan wajahmu lebih menyedihkan dari saat kamu melihatku bersama Elena. Ekhem.. Apa kamu begitu takut kehilanganku?". Ledek Ludius di akhir perkataannya.
Silvia langsung menarik telinga Ludius, Tampang Ludius kini seperti suami yang ketahuan bersalah didepan istri yang tengah marah.
"Ehm… Apa kamu senang?. Sepagi ini aku sudah memikirkan banyak hal tentangmu, tapi kamu justru meledekku? Sia-sia aku kesini dan menangis di depanmu. Dasar jahil".
"Augh.. Maaf Sayang.. Janji tidak akan melakukan hal itu lagi. Jadi, bisakah kamu melepas tanganmu dari telingaku?". Pinta Ludius dengan meringis kesakitan.