Chapter 94 - 94. Fitting Gaun Pengantin

Ludius yang hanya mengandalkan insting dan pengalaman menerobos keluar dari Gedung yang sudah di kepung oleh musuh. Dia membawa Silvia melewati setiap ruangan dengan hati-hati.

Dor.. Dor.. Dor..

Mendengar suara tembakan dari arah samping secepatnya Ludius menghindar dan berhasil lolos dari peluru yang hampir mengenai tubuh Silvia. Karena setiap dari mereka memiliki senjata api, Ludius lebih memilih menghindar dan jalan untuk keluar.

"Sayang, tetap tutup matamu. Ini bukanlah hal yang pantas untuk kamu lihat".

Ludius terus berjalan menyusuri ruangan untuk bisa keluar dari Gedung Grand Lunch. 'Jangan samakan aku dengan yang dulu. Dulu aku bertarung untuk sebuah ambisi dan kemenangan,Tapi kini aku bertarung untuk menjaga dan hidup bersama orang yang aku cintai'. Batinnya.

Dari arah depan 2orang menghadang dan menyerang dengan memukul secara bersamaan. Dengan cepat Ludius berjalan mundur untuk menghindar pukulan mereka.

"Angkat tangan kalian!". Gertak WangChu yang datang bersama beberapa anggota.

Ludius lega WangChu datang disaat yang tepat, jika WangChu telat sedikit saja maka akan terjadi pertumpahan darah yang akan berakhir pada sebuah kematian. Ludius berjalan kearah luar dimana WangChu berada.

"Sisanya aku serahkan padamu. Tangkap mereka, bawa mereka ke markas serta interogasi siapa yang memerintahkan mereka untuk menghabisi Nyawaku. Ingat! Sebisa mungkin hindari pertumpahan darah".

Ludius keluar dengan Silvia masih didalam pelukannya. "Sayang aku akan mengantarmu pulang. Istirahatlah dan tenangkan fikiranmu. Aku tidak ingin wanita cantikku ini jadi keriput di Pesta Pernikahan nanti".

"Oh.. Jadi kalau aku keriput kamu tidak jadi menikahiku? Dasar pria dimanapun sama saja! Turunkan aku!". Silvia turun dari gendongan Ludius dan berjalan kearah mobil dengan sikap merajuk.

Ludius yang berada di belakangnya hanya bisa terkekeh melihat sikap manja calon istrinya itu.

"Maafkan aku Sayang, aku kan hanya bercanda. Mau kamu keriput atau buruk rupa sekalipun aku tetap mencintaimu.  Lebih baik kita ke butik untuk fitting Gaun pernikahanmu, aku ingin melihatmu memakai Gaun Pengantin secepatnya". Bisik Ludius yang berada di cek belakang Silvia.

Silvia yang baru saja gemetar dan ketakutan, mendengar rayuan dan kata-kata manis Ludius berubah menjadi sebuah debaran dan perasaan malu.

"Baiklah, kita akan fitting Gaun sekarang". Balas Silvia lirih.

Ludius dan Silvia pergi salah satu Butik ternama di kota Shanghai. Disana berbagai macam Gaun Pernikahan dari model adat sampai Gaun Pengantin modern tersedia.  Dengan mengendarai mobil Ferrari kesayangannya, Ludius membawa Silvia yang masih kesal dengan terus menatapnya sepanjang jalan.

"Perhatikan jalannya, Apa Tuanku ini sudah tidak sayang nyawa? ". Kata Silvia ketus.

"Aku tidak Sayang nyawa, tapi Sayang kamu". Jawab nya jahil.

"Tolong Tuan Mesum, jadi orang bisa serius sedikit tidak?. Aku bicara serius kamu menjawabnya seperti itu! Ya Tuhan.. Dunia ini sungguh aneh, masih ada Pria yang tidak hanya mesum tapi jahilnya kelewat batas! Lebih aneh lagi, kenapa aku bisa tertarik pada pria aneh sepertimu?".

Ludius yang melihat Silvia menggerutu dengan wajah kesalnya itu hanya bisa tersenyum menahan tawa,

"Sayang, lama-lama kamu seperti Nyonya muda yang sedang marah pada Tuan Muda. Sepertinya setelah aku menikah denganmu harus siap dengan ocehanmu setiap hari. Bahkan burung Kakak tua tidak secerewet dirimu".

Tanpa mereka sadari mobil telah sampai didepan di depan Butik. Para pegawai sudah menyambut di depan pintu, mereka seperti mendapat kehormatan karena dapat melayani Tuan Ludius.

Ludius memarkirkan mobilnya, sebelum turun  Dia membelai wajah Silvia dengan lembut.

"Akhirnya kamu sudah tidak gemetar lagi.  Sepertinya kamu sudah baikan. Sayang..

Aku lebih suka kamu yang cerewet karena marah dan kesal dari pada gemetar ketakutan".

Silvia menatap Ludius dengan mata berkaca-kaca "Apakah kamu sedang mengkhawatirkanku? ". Tanya nya lirih.

"Tidak mungkin aku tidak khawatir, tubuhmu yang gemetar, kesedihanmu, ketakutanmu, Semua adalah tanggung jawabku. Jika aku tidak bisa menenangkanmu itu sama saja seperti aku melalaikan tanggung jawabku terhadapmu. Jadi jangan sembunyikan semua perasaanmu padaku, karena kamu adalah tanggung jawabku". Ludius keluar dari mobil, dia berjalan membukakan pintu untuk Silvia.

Setelah pintu terbuka, Silvia masih terdiam dan Ludius menggenggam tangannya erat. Silvia keluar dan Ludius menggandeng nya masuk kedalam Butik. Sikap Ludius pada Silvia  membuat semua pegawai wanita terkagum melihat sosok lain dari CEO Tangshi Grup yang begitu perhatian terhadap pasangannya.

"Selamat Datang di Butik kami Tuan Muda Lu dan Nona Silvia. Kami memiliki koleksi terbaru khusus untuk Tuan dan Nona. Silahkan lewat sini". Kata pegawai.

Pegawai membawa Silvia dan Ludius masuk kedalam sebuah ruangan. Disana terdapat koleksi Gaun Pengantin wanita dengan model dan corak kain sutra Limited Edition. Disana juga terdapat beberapa Jas dengan berbagai bahan dan model yang Limited.

Didalam ada begitu banyak Gaun, namun Silvia bingung memilih Gaun nya. Rata-rata  setiap model terlihat kurang sopan dengan belahan dada yang terlalu mencolok dan terbuka.

Melihat Silvia yang kebingungan, Ludius berkeliling memilih Gaun Pengantin wanita yang terpampang. Pandangannya terhenti saat melihat Gaun Pengantin yang terlihat lebih sopan namun anggun seperti Karakter Silvia dengan model bagian belakang memanjang dan belahan dada tidak terlalu terbuka.

"Sayang, Apa kamu mau mencoba yang itu? ". Ludius menunjuk ke arah Gaun.

"Sepertinya Tuanku tahu apa yang aku maksud, aku akan mencobanya".

Pelayan mengambilkan Gaun yang dimaksud dan memberikannya pada Silvia untuk di pakai. Silvia masuk kedalam ruang ganti.

Beberapa menit kemudian, Silvia keluar dengan Gaun yang di pilih kan Ludius. Ludius yang melihat tersenyum dan tatapannya tidak teralihkan dari Silvia.

"Kamu sangat anggun dengan Gaun itu Sayang.   Aku lebih suka kamu memakai Gaun yang sedikit tertutup. Karena tubuhmu terlalu berharga untuk diumbar pada orang lain". Puji Ludius.

"Ludius, kamu bahkan memikirkanku sampai seperti itu?. Terima kasih kamu selalu mengerti apa yang aku butuhkan dan tidak menuntut hal yang aku anggap itu salah". Balas Silvia lirih.

"Jika aku ingin memilikimu, maka aku harus mengerti dirimu terlebih dahulu. Jika aku menuntutmu banyak hal, aku takut kamu yang keras kepala ini akan marah dan ngambek lagi padaku".

"Apa kamu sedang mengejekku?".

"Sudah jangan dipikirkan, kita pulang sekarang. Aku akan  memasak makanan kesukaanmu sebelum kekantor".

"Tuanku bisa memasak! Sejak kapan?! ". Silvia heran seorang Ludius mengatakan kata memasak, seumur hidupnya tidak pernah melihat Ludius memasak.

"Jangan remeh kan kemampuan memasakku. Ayo kita pulang, dan aku pastikan kamu akan ketagihan dengan masakanku". Katanya percaya diri.

Ludius menggenggam tangan Silvia keluar dari butik, mereka masuk kedalam mobil untuk segera pulang. Silvia sudah tidak sabar melihat bagaimana Ludius memasak untuknya.

'Apa ini yang dinamakan suami idaman?'.