Chapter 93 - 93. Pujian atau Hinaan?

"Sayang, Apa kamu sudah merindukan ku.?" Bisik Ludius yang sudah mendapati Silvia berada di sampingnya...

"Aku tidak merindukanmu, hanya.. Sepertinya kamu perlu bantuanku". Balas Silvia.  

"Benarkah? Tapi matamu tidak bisa membohongiku lho..! ". Bisik Ludius.

"Tuan mesum, kalau mau jahil ingat tempat donk! Kita sedang di depan banyak media! ". Bisik Silvia yang meninggikan suaranya karena kesal.

"Aku tidak perduli, biar saja mereka melihat".

Walau hanya saling bisik, Pertengkaran kecil mereka ternyata di ketahui awak media.

Semua mata dan kamera kini tertuju pada mereka, CEO Tangshi Grup yang tidak pernah memperkenalkan pasangannya pada khalayak umum benar-benar menggemparkan media massa.

Kakak Lian yang sadar kamera masih terus menshot mereka, memberi peringatan pada Ludius untuk lebih serius.

"Ah.. Maaf Kakak, habisnya wanita di sampingku ini terlalu mengemaskan untuk tidak menjahili nya".

Ludius menggenggam tangan Silvia, raut wajah Ludius berubah serius namun tetap tenang. Mereka berdiri, karena sikap Ludius yang berubah serius, semua orang yang berisik dan ramai mulai tenang.

"Terima kasih Kepada semua yang hadir dan menyaksikan terutama wanita yang pernah memiliki hubungan dengan saya. 4 Hari lagi kami akan melangsungkan Pernikahan di Hotel Start Victoria. kami mengundang kalian untuk datang dalam acara Pernikahan kami. Terima kasih". Perkataan Ludius diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah.

CEO Tangshi Grup yang sedari dulu tertutup dari awak media dan memiliki privasi yang tinggi, sekarang justru mengumumkan Pernikahannya didepan semua orang membuat mereka terharu.

Konferensi Pers berjalan sesuai rencana, dan tidak ada hal yang mencurigakan. Dalam hati, Ludius sedikit lega Elena tidak datang untuk merusak acara hari ini. Dia tidak bisa membayangkan jika Elena mengatakan banyak hal pada media massa, Bagaimana pun dalam posisi ini Elena bisa dikategorikan korban.

"Sayang, aku akan kantor bersama Kakak dan LongShang. Kamu kembalilah ke rumah dan istirahat". Kata Ludius yang masih di Aula yang sudah sepi karena acara telah selesai.

"Aku akan kekantor, sudah lama aku tidak datang kesana".

LongShang dan Lian yang sedang menunggu, melihat mereka sedang bersama memilih untuk pergi ke kantor dahulu.

"Sayang, Jika kamu rindu katakan saja, Apa sulit untukmu mengatakannya?". Tanya Ludius dengan tatapan jahilnya.

"Sampai kapan kamu terus menggodaku pria mesum. Lagi pula, kalau aku melihatmu terus bisa-bisa aku bosan dan memilih pria lain untukku ajak kencan! " kata Silvia ketus.

Wajah dingin Silvia membuat Ludius ingin terus menggoda nya. Dia mendekap Silvia dari belakang, "Jika ada pria yang berani mendekatimu. Dia pasti seseorang yang sudah bosan hidup karena mau meluangkan waktu dengan gadis berdada rata, cerewet, nakal, ketus, dan bermulut pedas sepertimu ". Bisik Ludius.

"Itu sebuah pujian atau hinaan?. Kalau sudah tahu aku seperti itu, mengapa kamu memilihku? Cari saja wanita lain yang memiliki dada berbuah, dan tidak bermulut pedas sepertiku. Lagi pula pria sepertimu tidak sulitkan untuk menemukan wanita? Atau Jangan-jangan mereka mundur sebelum mendekat karena melihat tatapan dinginmu yang menusuk itu".

"Sayang, perkataanmu memang selalu pedas. Aku ini calon suamimu lho.. Tidak bisakah kamu mengatakan hal lembut padaku. Misal kata Sayang".

Hati Silvia seketika kembali berdebar, Ludius selalu bisa membuat Silvia menunjukkan sisi malu dan rasa sukanya dengan caranya yang khas. Wajah Silvia memerah, dia yang sedang dalam dekapan Ludius mendorongnya dengan sekuat tenaga membuat Silvia hampir terjatuh. Beruntung Ludius menangkap tubuh Silvia, mata mereka saling pandang.

'Mengapa aku tidak pernah bisa menghindar dari tatapan nya?  Wangi Parfum di tubuhnya dan ketampanannya. Apakah dia tidak menyadarinya itu sangat menyiksa ku?'. Batin Silvia.

Disaat keduanya tenggelam dalam angan masing-masing. Terdengar suara tembakan mengarah pada mereka, dengan cepat Ludius mengangkat Silvia dalam pelukannya dan membawanya pergi dari tempat tersebut.

Dor..  Dor..

"Sayang, maaf aku harus membawamu pergi dahulu. Jika kamu belum puas memandangku, kita bisa lanjutkan dirumah nanti". Kata Ludius yang membawa Silvia bersembunyi.

"Tuan mesum, bisa-bisanya kamu menggodaku disaat genting seperti ini? Perhatikan musuhmu! ". Teriak Silvia,

Ssst… menutup mulut Silvia dengan jari telunjuk nya.

"Sayang, Jika kamu berteriak lagi, aku cium kamu". Katanya jahil.

Huuuft…

Silvia turun dari pelukan Ludius, dia hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Ludius yang masih bisa bercanda bahkan menjahili nya disaat nyawa mereka terancam.

Dari balik tempat tersembunyi Ludius mengirim pesan pada WangChu

[ WangChu, dalam 5 menit. Segera bawa anak buahmu kemari, ada orang yang ingin bermain-main denganku. Aku serahkan mereka padamu ].

Ludius hanya bisa menunggu bantuan datang, selain dia tidak tahu musuhnya seperti apa. Dia juga tidak membawa senjata, dan itu terlalu beresiko karena dia sedang bersama Silvia.

"Apa kamu tidak merasa aneh, Hotel sebesar ini mengapa tidak ada penjaganya?". Tanya Silvia.

"Karena mereka sudah merencanakan ini dengan matang. Mungkin mereka tahu kalau aku akan disini sementara waktu untuk menggodamu". Katanya dengan jahil.

Dor.. Dor.. Dor..

Mereka mulai menembak, sepertinya tempat persembunyian sudah diketahui musuh. Silvia mulai gemetar, dia masih mengingat tumpukan mayat dengan genangan darah yang berceceran dimana-mana.

Ludius memeluk Silvia dan membelai kepalanya.  "Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya. Sudah cukup kamu melihat hal mengerikan yang diperbuat tangan kotorku ini".

'Apa dia menyadari apa yang aku rasakan? '. Silvia.

"Sayang, tutup matamu. Kita akan keluar dari sini secepatnya". Ludius menggendong Silvia, dia mengambil resiko keluar untuk menghadapi mereka.

'Rantai takdir yang menyiksa. Bahkan setelah aku menemukan cintaku yang hilang, aku belum bisa memberikannya kebahagiaan dan membawanya dalam takdir terkutuk ini'.