Chapter 96 - 96. Bertemu Lithian

Ludius mengambil piring dan sedikit nasi dengan beberapa lauk dan sayur. Dia ikut menemani Silvia makan siang.

"Tidak Sayang, kamu akhir-akhir ini sensitif sekali, Apa kamu sedang PMS? . Lebih baik kamu habiskan makananmu dan istirahatlah". Ludius berkata dengan lembut membuat Silvia tersadar akan sikapnya akhir-akhir ini.

"Maaf kalau sikapku akhir-akhir ini menjengkelkan. Aku tidak bermaksud untuk… ". Jari telunjuk Ludius menutupi mulut Silvia.

"Ssst.. Jangan diteruskan, aku lebih menyukai Silvia yang seperti ini. Memperlihatkan cinta dengan apa adanya dengan menunjukkan kejengkelan dan kemarahanmu yang manja dari pada mendengar mulut manis yang kadang membawa ke sebuah kebohongan dan ketidaksetiaan".

Silvia yang sedang menikmati makanannya menghentikan sejenak makannya. Dia berfikir sejak kapan Pria yang selalu bermain dengan nyawa seseorang tanpa pandang bulu berubah menjadi pria yang penuh pengertian dan kesabaran?.

'Apa ini semua karenaku? Bagaimana kalau Ibu waktu itu menolak lamaran Ludius dan dia merasa dikhianati? Akankah dia tetap hangat dan sesabar ini?'. Batin Silvia.

"Sayang.. Kamu kenapa?". Tanya Ludius yang menyadari Silvia tiba-tiba melamun.

"Tidak apa-apa". Jawab Silvia dengan senyuman dilanjutkan dengan makannya yang tertunda.

Setelah mereka selesai makan Ludius beranjak dari kursinya dan mendekati Silvia yang baru saja selesai makan membuatnya kaget, dia menoleh ke arah Ludius.

"Oh ya, maaf sayang.. Aku akan langsung kekantor karena sore ini akan ada temu klien di Restaurant. Dan mungkin dalam 3 Hari ini aku akan sibuk di kantor untuk menyelesaikan file sebelum Pernikahan kita nanti. Aku sudah terlalu lama meninggalkan kantor dan menyerahkan tugas pada LongShang. Jadi.. Kalau kamu rindu katakan saja. Aku pasti akan segera menemui mu". Kata Ludius, dia mengusap kepala Silvia dan pergi.

Langkah Ludius terhenti saat bertemu dengan Ibu Yuliana dan Bibi Yun. Ludius menghampiri Ibu Yuliana untuk menanyakan suatu hal. Bibi Yun yang mengetahui ada hal yang akan mereka bicarakan pergi menuju dapur.

"Bibi, Bagaimana dengan persiapan pesta Pernikahan di Indonesia? Aku dengar Bibi sendiri yang mengkoordinir dari jauh dibantu Julian?". Tanya Ludius.

"Nak Ludius, kebetulan Julian sudah menyelesaikan semuanya, persiapan kemungkinan sudah 50% terselesaikan di Indonesia. Pernikahan kalian akan dilakukan 3 Hari setelah pesta Pernikahan di sini. Puncak acara akan diselenggarakan pada hari ke 4. Nak, mungkin Ibu akan merepotkanmu nanti, Karena permintaan keluarga Inti untuk melaksanakan Pernikahan secara adat dan itu sedikit memakan waktu".

"Tidak masalah Bi, jika pernikahan ini dapat mengembalikan kehormatan Bibi dalam keluarga Inti, aku sebagai pendamping Silvia turut senang mendengarnya".

"Ada satu hal lagi yang ingin Ibu bahas denganmu. Nak, mungkin ini sedikit lancang, Apakah kamu tidak keberatan jika Ikrar Pernikahan kalian di lakukan di Indonesia menurut keyakinan kami?. Dan di sini kalian cukup mengadakan resepsi dan menandatangani surat Pernikahan". Kata Ibu Yuliana dengan hati-hati.

Melihat Ibu Yuliana yang terlihat tegang membuat Ludius tersenyum "Tidak masalah Bi, Jika itu yang terbaik aku akan mengikuti saja. Bibi jangan sungkan untuk mengatakan sesuatu padaku. Aku juga putra Bibi yang pernah dibesarkan olehmu. Jika ada hal yang sulit, Jangan memaksakan diri Bi. Aku akan pergi ke kantor dulu". Ludius menundukkan badan dan pergi dari ruang tamu.

Agenda Ludius hari ini sampai 2 hari kedepan adalah rapat dan menyelesaikan semua file dan mengkoordinir Perusahaan untuk 1 setengah bulan kedepan. Dia cukup menyadari bahwa telah membebani Kakaknya, LongShang dan WangChu dengan banyak pekerjaan.

'Aku pasti akan sangat merindukanmu Sayang'. Batin Ludius.

Di satu sisi Silvia yang baru selesai makan siang mendapat pesan dari orang yang baru saja dia fikirkan.

[ Siang Silvia, Sudah lama kita tidak bertemu. Maaf aku mungkin terlihat egois. Sore nanti bisakah kita bertemu sebentar. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu. ]

[ Lithian, sudah lama kamu tidak ada kabar. Aku akan menemuimu dan meminta penjelasan darimu, mengapa kamu menghilang begitu saja? Aku sudah menganggapmu sebagai Kakak. Apakah hubungan kita selama ini tidak ada artinya?. Ah sudahlah.. Kita bertemu di Restaurant Garden. ]

Karena siang ini Silvia tidak ada pekerjaan dan dia tidak diperbolehkan ke kantor. Akhirnya dia merebahkan tubuhnya dan menunggu sampai sore tiba.

***

Kring… Kring….

Alarm berbunyi, jam sudah menunjukkan pukul 3.00 sore. Silvia terbangun dengan wajah kusam nya. Dengan setengah sadar dan malas Silvia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menemui LiThian di Restaurant Garden.

1 jam kemudian, Silvia sudah selesai membersihkan diri. Dia keluar dari kamar dengan pakaian yang terlihat berbeda dengan membawa tas mungilnya membuat Bibi Yun yang kebetulan lewat didepan kamar Silvia bertanya.

"Nona Silvia mau pergi kemana, Kelihatannya rapih sekali? ". Tanya Bibi

"Masa Bi? Aku kira ini baju biasa saja. Aku hanya akan pergi sebentar menemui teman. Mungkin aku akan pulang petang nanti. Kalau gitu aku pergi dulu".

Silvia menuruni tangga menuju pintu utama, dan menuju ke arah samping dimana mobil terparkir. Karena mobil Ludius kebanyakan adalah mobil Sport, Silvia pun akhirnya harus terbiasa dengan mobil yang berjajar rapi di garasi rumah. Karena mobil Ferrari dibawa Ludius, terpaksa Silvia memakai mobil Lamborghini Hitam seharga 5jt US dolar, dengan atap yang dapat terbuka.

"Mengapa aku harus memakai mobil seperti ini? Kalau rusak pasti mahal biaya perbaikannya kan?". Gumam Silvia.

Silvia tidak ada pilihan lain selain mengendarai mobil itu, mungkin itu resiko hidup bersama pria yang maniak mobil sport. Bahkan mobil yang di pakai Ibu dan Bibi Yuliana bepergian tidak jauh berbeda, hanya sedikit lebih baik dari yang biasa Silvia pakai. Dengan kecepatan sedang Silvia mengendarai mobilnya, hanya butuh waktu seperempat jam untuk sampai di tempat tujuan.

Sesampainya di depan Restaurant Silvia memarkirkan mobilnya. Kedatangan mobil Sport yang masuk dalam kategori Limited ternyata menyita perhatian banyak mata. Dia turun dari mobil dengan anggun membuat mata para pria tidak henti memperhatikannya. Silvia berjalan masuk kedalam tanpa memperdulikan mereka, dia menyusuri Restaurant dan mencari meja yang sudah dia pesan. Disebuah ruangan yang sunyi dengan taman didepannya, sudah ada LiThian yang menunggunya.

"LiThian, Apa kamu tahu betapa marahnya aku padamu saat ini? Apa kamu sudah tidak menganggap ku sebagai adikmu lagi?". Kata Silvia dengan sedikit meninggikan nada bicara nya saat bertemu LiThian. Dia duduk di kursi depan LiThian.

"Maaf Silvia, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku datang menemuimu karena ada hal penting yang harus aku katakan". Suasana hening seketika. Silvia yang melihat sikap aneh LiThian seketika memiliki perasaan yang tidak enak.

'Apa yang sebenarnya ingin LiThian katakan? Mengapa aku memiliki perasaan tidak enak tentang hal ini?! '. Batin Silvia.

***

Tanpa Silvia sadari sisi lain ruangan yang sama hanya terhalang sebuah dinding tipis tengah ada sebuah rapat penting yang dihadiri dua Pemimpin Perusahaan besar.

"Saya harap Kerja sama kita kali ini membawa hasil yang terbaik. Silahkan dinikmati hidangannya Tuan Morgan Stanley, Saya harap makanan Khas China bisa menjadi referensi kuliner anda nanti".

"Tuan Lu, anda sudah menjamu saya dengan baik. Tentu saya akan menerimanya dengan senang hati". Jawab nya.