Chapter 97 - 97. Bertemu Lithian bag 2

"Sebenarnya ada apa denganmu LiThian?".

"Silvia, Apa kamu serius ingin menikahi Ludius? Pria sepertinya terlalu berbahaya untukmu. Kamu akan terus berada dalam bahaya jika terus bersamanya! ". LiThian memandang Silvia dengan sungguh-sungguh.

"LiThian, kita berteman sudah lama dan mengapa kamu mengapa tiba-tiba mengatakan hal seperti itu?". Tanya Silvia selidik.

"Karena ini demi kebaikanmu Silvia, Aku akui sekarang dia mencintaimu, Apa itu bisa menjadi jaminan kalau dia tidak akan melepaskanmu begitu dia mendapatkanmu?. Silvia.. Ludius adalah seorang yang memiliki ambisi besar dalam setiap tindakannya. Kemarin aku mengetahui dia baru saja bertemu dengan Orang penting dalam bidang Sains. Kemungkinan dia memiliki sebuah rencana yang akan membuatmu menyesal pada akhirnya. Jika Ludius sudah bertekad, Bahkan jika kamu ingin menghentikannya, kamu takkan mampu. Silvia.. Dia selalu hidup dalam dunia nya yang tidak akan pernah kamu mengerti. Percayalah padaku! Aku hanya tidak ingin kamu menyesal". Tiba-tiba tangan LiThian memegang tangan Silvia yang sedang berasa diatas meja. Wajah LiThian menyiratkan sebuah permohonan.

Dengan cepat Silvia menarik tangannya dan menurunkannya. "Semua yang kamu katakan memang benar. Ludius adalah pria yang memiliki ambisi besar, dia seakan hidup dalam dunia yang terpaut jauh dari jangkauanku, dan tidak menuntut kemungkinan suatu saat dia akan meninggalkanku. Tapi aku telah melihat sisi lain dirinya yang tidak pernah orang lain lihat. Aku juga mempunyai alasan tersendiri untuk hidup bersamanya. Dimata semua orang, pria sepertinya adalah seorang yang ambisius, kejam, selalu mempermainkan hidup seseorang, tangan berlumuran darah dan memiliki segalanya. Tapi di mataku dia hanya seorang pria kesepian yang telah menunggu wanitanya selama 15 tahun. LiThian, jika kamu bertemu denganku hanya ingin mengatakan hal itu, aku sudah mendengar semuanya. Didunia ini tidak ada manusia yang benar-benar buruk begitu juga sebaliknya, itu tergantung sudut pandang seseorang dalam menilainya".

Silvia beranjak dari kursinya, dia mengambil tas mungil nya dan berniat untuk pergi. Dengan cepat LiThian berdiri mencegah, dia menarik tangan Silvia. "Aku mencintaimu sejak lama Silvia dan kamu mengetahui itu. Mengapa kamu tidak memberikan kesempatan untukku menunjukkan Perasaan ku?". LiThian berjalan mendekati Silvia yang masih dia cekal pergelangan tangannya. Tatapan matanya berubah menjadi liar dan merah, kondisinya seketika tidak terkontrol.

"Auuugh.. Sakit LiThian, Apa yang akan kamu lakukan? Tidakkah ini sudah melewati batas!". Silvia mencoba untuk melepas tangannya, namun LiThian terlalu kuat memegang pergelangan nya.

"Jika aku tidak bisa memilikimu. Apakah seorang pembunuh sepertinya pantas mendapatkanmu? Tidak! Aku tidak rela kamu menjadi istri bajing*n sepertinya ".

"LiThian, Apa kamu sedang mabuk? LiThian yang aku kenal tidak mungkin melakukan hal seperti ini".

"Iya..! Aku mabuk karenamu. Sudah 3 tahun kamu mengambil semua hati dan perasaanku bahkan tidak menyisakan sedikitpun untuk orang lain. Namun kamu tidak sedikitpun memberiku kesempatan untuk menjalin hubungan bersamamu. Apa bagusnya pria sepertinya dibandingkan aku?". Perkataan LiThian mulai kacau, dia meracau tidak jelas.

Plaaak…

Silvia membelalakkan matanya, dia tidak sadar Tangannya merespon begitu saja dan menampar LiThian dengan keras. LiThian memegangi pipinya dan mengusap ujung bibirnya yang sedikit berdarah.

"Apa seperti ini caramu memperlakukan orang yang telah mencintaimu? Aku sudah muak kamu menganggapku sebagai seorang Kakak. Aku lebih menyukai kamu yang agresif dan liar seperti ini".

"Lepaskan aku LiThian! Kamu sudah bukan dirimu lagi. Sabar lah! ". Teriak Silvia.

LiThian memojokkan Silvia di sudut ruangan dengan tatapannya yang tajam. Dia mengangkat dan memegang lalu menjepit nya di dinding kedua pergelangan tangan Silvia.

LiThian memegang janggut Silvia dan mengangkat wajahnya. "Hahaha… tidak akan ada yang menolongmu. Tempat ini sudah aku pesankan khusus untukmu".

Wajah Silvia berubah cemas dan terbesit rasa takut melihat tatapan lain dari LiThian. Dia yang sudah terpojok mulai memikirkan cara untuk lolos darinya.

Dari ruangan samping tanpa bersuara Ludius datang dan menarik LiThian paksa. Silvia yang melihat tercengang dan bingung bagaimana Ludius bisa datang menemuinya. Dengan tenang Ludius mengangkat kerah LiThian dan memberi pukulan di wajah LiThian hingga babak belur dan tersungkur.

"Aku memberimu kebebasan untuk bertemu calon istriku karena dia telah menganggapmu saudara. Tapi melihatmu seperti serigala yang kelaparan, sepertinya kamu telah lupa bahwa wanita yang ada di depanmu adalah calon istriku! ". Kata Ludius dengan nada tinggi. Dia mengepalkan tangan seperti akan memberi pukulan kembali, namun Silvia yang berada di belakangnya memegang tangan Ludius dengan kedua tangannya.

LiThian mencoba berdiri, dia mengusap kedua ujung bibirnya yang berdarah. "Ludius, tahu apa kamu tentang Silvia? Setiap kali kamu membuat masalah, Apa kamu tahu bagaimana terlukanya dia? Pria yang berlumuran darah sepertimu tidak pantas untuk Silvia. Jadi jauhi dia!".

"Aku tidak perduli kamu akan berkicau seperti apa. Kelancanganmu kali ini aku maafkan, tapi jika kamu berbuat kasar kembali pada Silvia. Aku pasti akan menghancurkanmu sampai ke akar-akarnya!". Ancam Ludius lirih namun tegas.   Ludius berbalik dan melepas jasnya untuk dipakaikan pada Silvia. Memberi merangkul Silvia pergi dari ruangan itu tanpa berkata apapun lagi.

Silvia masih belum mengerti bagaimana Ludius bisa tahu dan datang tepat pada waktunya. 'Apa ini hanya sebuah kebetulan?! '.

Didepan mobil Lamborghini yang Silvia pakai, Ludius membuka pintu depan dan membantu Silvia masuk. Ludius masuk begitu saja dan menyalakan mesin mobil.

Di perjalanan Ludius hanya terdiam tanpa berkata dan menjelaskan apapun.

"Bagaimana kamu bisa menyalakan mobil ini,Kuncinya kan masih ada bersamaku? Dan juga Bagaimana bisa kamu datang ke Restaurant tepat waktu? Apa itu hanya sebuah kebetulan?". Tanya Silvia, dua memandang Ludius lekat-lekat.

'Wajah tenang itu..  Apa dia sudah mengetahuinya sejak awal?'. Batin Silvia.

"Aku tadi siang kan sudah mengatakan kalau akan ada temu janji sore ini. Dan secara kebetulan di Restaurant yang sama denganmu. Lagi pula untuk apa aku melakukan itu? Karena Kamu adalah Silvia, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkan gadis bermulut pedas sepertimu".

Drrrt… Drrrt…

Ludius merogoh sakunya dan mengangkat telefon seorang.

[ Lalukan dengan sebaik-baiknya. Aku tidak menerima sebuah kesalahan! ]. Kata Ludius. Dia mematikan ponselnya dan menaruhnya kembali.

Gelagat Ludius agak aneh menurut Silvia, tapi coba dia tepis jauh-jauh fikiran jeleknya itu. 'Ah.. Mungkin hanya perasaanku saja'.