Chapter 110 - 110. Resepsi Pernikahan bag 7

Ludius masuk bersama Silvia tanpa membalas sambutan dari pegawai, mereka bergegas masuk mencari Gaun yang baru untuk Silvia pakai.

"Aku membutuhkan Gaun untuk istriku ". Kata Ludius pada pegawai yang bertugas di dalam butik.

"Mari saya antar, ini salah satu rancangan terbaru di Butik ini dan sepertinya cocok untuk Istri Tuan". Kata pegawai merekomendasikan Gaun  yang terpampang.

Gaun putih bahan sutra dengan sedikit aksen di bagian belahan dada menyamping namun tidak meninggalkan kesan sopan. membuat Ludiis berfikir.

'Mungkin ini pakaian yang cocok untuk Sikvia, ia pasti tidak akan suka jika aku beri pakaian yang terlalu terbuka'.

"Sayang, sepertinya kamu cocok memakai Gaun itu. Pakailah, kita harus menyelesaikan Acara Resepsi secepatnya".

Karena Silvia masih memiliki tanggung jawab menjadi Tuan rumah di acara Pernikahan nya. Dia segera mencari ruang ganti untuk mengganti Gaunnya.

"Salah satu pelayan, tolong bantu Istriku memperbaiki riasannya secepatnya. Karena tidak ada waktu lagi". Perintah Ludius pada pegawai yang ada disampingnya.

"Baik Tuan".

20 menit kemudian, Silvia keluar dengan Gaun dan make up terbaru. "Sebaiknya kita secepatnya menuju hotel. Tidak baik meninggalkan Tamu begitu lama". Kata Silvia.

Ludius beranjak dari tempatnya, pertama kali melihat Silvia pandangannya tidak bisa lepas dari Istrinya yang begitu menawan.

"Tuan Rubah, Apa kecantikan marmut ini telah menyita perhatianmu sehingga Tuan rubah ini  tidak berkedip sedikitpun?" Bisik Silvia.

"Sayang, kamu ternyata nakal juga ya.. Sudah berani menggoda suamimu didepan orang".

"Habisnya kamu diam saja. Kita harus kembali Tuan.. Atau semua tamu pergi karena Tuan rumah tidak ada di Pesta".

"Iya Sayang.. Kamu cerewet juga yah".

Mereka kembali ke mobil dan meneruskan perjalanan ke Hotel Star Victoria.

***

Sesampainya di hotel Star Victoria, Ludius turun dan membukakan pintu untuk Silvia. Melihat mobil Ludius tiba di depan hotel, LongShang langsung menghampiri Ludius untuk melaporkan situasi yang terjadi.

"LongShang, Bagaimana keadaan didalam saat ini?".

"Keadaan tamu mereka sedang menikmati pesta yang ada, kebetulan seorang pianist ternama Tuan Marchell Datang dan menghibur para tamu. Saat ini sedang diadakan pesta dansa dan para tamu menunggumu untuk berdansa. Masalah 7 Hunter mereka sudah aku urus. Dan mengenai bom yang di pasang, sudah terdeteksi 2 dan sepertinya masih ada 1 yang belum ditemukan. Yang menjadi masalah adalah jangka waktu sebelum meledak tinggal 25 menit lagi".

"Segera cari dimana bom itu di tempatkan, dan jangan sampai membuat keributan". Ludius sesaat merasa geram. "Sepertinya aku terlalu memberi ruang gerak pada pria tua Bangka itu". Gumam Ludius.

"Sayang, ayo kita masuk.. Dan rubah lah sedikit ekspresi wajahmu yang menakutkan itu. Aku takut semua tamu akan kabur melihat wajah suamiku yang menyeramkan ini".

Tangan Silvia menjewer pipi Ludius seperti mempermainkan sebuah boneka, "Nah seperti ini baru kelihatan imut Tuanku".

"Kamu menggodaku lagi Sayang.. Dalam 20 menit kamu sudah menggodaku 3 kali. Apa yang harus aku lakukan untuk membalas kenakalanmu ini Sayang?! ".

"Kita bahas nanti, ayo masuk dulu". Silvia sedikit memaksa Ludius masuk kedalam. Melewati Red Carpet Silvia dan Ludius kembali.

"Tokoh utama telah hadir, Silahkan Tuan Ludius dan Nyonya Lu untuk memainkan beberapa gerakan dansa. Musik, mainkan ". Kata Pembawa acara yang melihat Silvia dan Ludius kembali.

Ludius membawa Silvia ke tengah Aula, dia menundukkan badan dan mengulurkan tangannya pada Silvia. Silvia bingung, dia tidak tahu kalau akan berdansa didepan semua tamu yang ada.

"Sayang, bersediakah Nyonya Lu berdansa dengan suamimu ini?".

"Baiklah Tuan Lu, Dengan senang hati ". Silvia menerima uluran tangan Ludius.

Melodi dengan ritme yang tidak terlalu cepat membuat suasana terasa begitu romantis. Tangan Ludius dan Silvia saling menggenggam, dan Ludius merapatkan tubuhnya ke tubuh Silvia hingga tidak ada jarak diantara mereka.

Disaat mereka berdansa Ludius membisikkan rangkaian puisi yang membuat hati Silvia tersentuh.

"Dalam lara aku berjalan menyusuri malam tanpa arah,

Menapaki setiap arus jeram nya kehidupan yang tak selalu ramah,

Demi Mencari jejak dan kasih sayang yang kau  tinggalkan di relung hati.

Sayang..

Jika saja pertemuan itu sebuah kepastian, aku akan terjaga dalam hati dan juga jiwa.

Dirimu yang hanya singgah sesaat, membuat hati ini terkadang goyah.

Perasaan rindu yang tak bertuah, Membuat keyakinan ini lunglai tak terarah.

Menunggu..

Tidakkah kau tahu..

Kerinduan yang teramat dalam menyiksa setiap derup nafasku..

Menanti datangnya sosok dirimu yang ku rindu. Penantian panjang ini sungguh menyiksaku.

Membuat tubuh ini berdusta pada keyakinanku.

Hati.. Maafkan aku yang telah mendustaimu…

Kasih..

Tidakkah kau tahu..

Sejuta kebahagiaan menghampiri relung hatiku.

Disaat Kau hadir dan datang ditengah keputusasaan ku..

Menerima sumpah janji setia ku..

Terima kasih Sayangku..

I LOVE YOU..

By.. Ludius Lu.

Jantung Silvia berdetak tidak menentu, perasaannya bergemuruh dan hatinya bergetar mendengar setiap bait puisi yang Ludius ucapkan. Terdengar jelas selama ini dia tersiksa dalam penantian panjangnya.  Jatuh bangun dalam menghadapi kepahitan di atas nikmatnya hidup yang dia tunjukkan. Mata indah Silvia berkaca-kaca dan tanpa sadar jatuh membasahi wajah cantiknya.

"Uchibbuka LiLLah..". Balas Silvia penuh kelembutan. Satu kata yang terucap di bibir Silvia, namun maknanya begitu dalam dan cukup mewakili dari sejuta rangkaian puisi yang di syair kan. Dada Ludius sekali lagi bergemuruh dan jantungnya tiba-tiba berpacu dengan cepat.