Chapter 123 - 123. Pingit

"Kamu tidak melakukan kesalahan apapun Sayang. Maaf kalau aku tiba-tiba bersikap dingin padamu. Lain kali, kamu harus menyadarkanku jika aku berbuat kesalahan yang sama. Sayang.. Mungkin sedikit ciuman darimu akan membantu mengembalikan kesadaranku yang hilang ". Kata Ludius jahil.

"Sedikit ciuman?! ". Silvia terkejut dengan perkataan Ludius, Wajahnya seketika memerah. "Ba.. Baiklah! Sedikit ciuman sepertinya tidak apa-apa ".

Dengan cepat Silvia mencium bibir Ludius dengan mata tertutup membuat Ludius tidak ingin melepas ciuman yang diberikan Istrinya. Karena Ludius tidak melepas ciumannya membuat Silvia sadar bahwa dia sedang dijahili suaminya dan segera mendorong Ludius.

"Tuan Lu! Apa kamu sengaja melakukan ini? Kamu sedang mempermainkanku yah? ".

"Sayang, barusan kamu berinisiatif menciumku terlebih dahulu, Mengapa kamu sekarang marah?. Lagian, kalimat mana yang mengatakan aku memintamu untuk menciumku? ". Kalimat yang tepat untuk membuat Silvia terdiam malu, pipinya memerah membuatnya memalingkan wajah.

'Sayang.. Kamu masih saja seperti dulu, Paling tidak bisa kalau dijahili seperti ini. Padahal aku ini suamimu, tapi tetap saja kamu tersipu malu. Benar-benar sifat dari Istriku ".

"Sudah! Lebih baik kita cepat kerumah Ibu dan menemui Keluarga Al Farezi. Bukankah nanti malam acara Seserahan (penyerahan). Lagi pula nanti malam aku sudah di pingit (berdiam tanpa boleh bertemu pasangan), jadi jangan bermimpi untuk menjahiliku lagi ".

Ludius memalingkan wajah Silvia ke arahnya. "Heh.. Iyakah. Apa kamu lupa siapa aku Sayang? Aku ini Ludius Lu, tidak ada yang bisa mencegahku bertemu Istriku. Jadi tunggulah, bagaimana aku bisa menemuimu malam nanti tanpa ada orang yang tahu ". Ludius melepas Silvia, dia menjalankan mobil menuju rumah Ibu Yuliana.

Diperjalanan Silvia teringat bahwa mereka belum fitting baju pengantin "Tuan Lu.. Bukankah kita akan fitting baju penganting".

"Sayang.. Aku fikir tidak perlu. Aku percaya apa yang dipilihkan keluargamu tidak akan merusak citraku didepan orang. Apapun yang mereka persiapkan akan aku pakai ". Jawab Ludius santai.

"Oh, baiklah ".

Setibanya di depan rumah Ibu Yuliana, Ludius menghentikan mobilnya. Dia dan Silvia keluar bersama dan saling menggandeng tangan masuk kedalam rumah.

Tok.. Tok.. Tok.. Dari dalam seseorang membuka pintu.

"Silvia.. Lama tidak berjumpa, Kakak sangat merindukanmu ". Sapa Julian

"Kakak Julian, aku juga merindukan Kakak ". Silvia memeluk Julian didepan Ludius, dan Julianpun menerima dengan senang hati pelukan dari Silvia membuat Ludius memasang wajah Kesalnya atau bisa disebut CEMBURU! . Julian yang melihat kecemburuan Ludius melebarkan senyum.

"Ekhemm.. Sayang.. Bukankah kamu kesini untuk menjemput Ibumu? ". Tanya Ludius penuh penekanan dengan tatapan dingin yang dia tinjukkan pada Julian dan membuat Silvia sadar pria itu tidak senang melihatnya memeluk Julian.

Silvia melepas pelukannya, dan menoleh kearah Ludius. Dia mengerutkan kening melihat tingkah Ludius yang kekanakan.

"Kakak Julian, dimana Ibu? ". Tanya Silvia.

Dari dalam Ibu Yuliana keluar dengan penampilan yang sudah rapih. "Silvia dan Nak Ludius.. Apa kalian sudah menunggu Ibu lama? ".

Ludius menghampiri Ibu Yuliana dengan wajah yang seketika berubah ramah "Ibu, terimalah salamku... Maaf kami baru bisa menemuimu setelah sampai di Indonesia. Aku dan Silvia mengharapkan Ibu mendampingi kami menemui Keluarga Inti ".

"Tidak perlu sungkan Nak.. Sekarang kamu adalah putraku. Mari.. Ibu juga sudah selesai bersiap. Ohya, Kebetulan Julian juga akan ikut, jadi Ibu bareng Julian saja ". Ibu Yuliana mengunci pintu.

"Baiklah Bu ". Ludius mendekap Silvia dan keluar bersama Ibu dan Julian. Dia memandang Julian seolah sedang menunjukkan kemesraannya pada Julian.

"Sayang.. Kamu tidak bisakah lebih sedikit romantis? ".

'Pria ini.. Mengapa dia bersikap seperti ini didepan Ibu dan Julian?, Benar-benar kekanakan '.

Mereka bersama keluar bersama menuju mobil masing-masing.

***

Tibalah kedua mobil didepan sebuah rumah yang megah dan luas bagi sedikit orang di Indonesia. Silvia dan Ludius keluar, mereka melihat Ibu dan Julian sudah menunggu mereka untuk masuk bersama.

Silvia memandang wajah Ibunya yang terlihat berbinar dengan penuh aura kebahagiaan walau terlihat sedikit rasa canggung. Bagaimana tidak, 18 tahun sudah mereka diasingkan dari keluarga sendiri dan kini mereka berkesempatan untuk menyapa keluarga mereka.

"Sayang.. Kamu temanilah Ibumu. Sepertinya dia sedikit kurang nyaman untuk datang kemari ". Kata Ludius lembut.

"Ludius, terima kasih pengertiannya. Aku akan menemani Ibu masuk. Ibu sudah lama tidak menginjakkan kaki dirumah ini dan pasti itu membuatnya tidak nyaman ". Balas Silvia. Silvia menghampiri Ibunya dan menggandeng tangannya.

Dibelakang Ludius yang sedang berjalan dihampiri oleh Julian.

"Tuan Lu.. Aku tidak menyangka hubunganmu dengan Silvia bisa sampai jenjang pernikahan. Aku kira kamu adalah Ketua dari Mafia tidak akan bisa serius dalam mencintai seseorang. Apalagi saat mendengar kabar kamu pergi ke Inggris dan tidak kembali selama dua tahun. Begitu kembali kamu justru bersama wanita baru, Benar-benar sifat dari seorang Mafia ". Kata Julian yang terlihat menyindir.

"Kakak Ipar, Aku akui perkataanmu sedikit membuat telingaku gatal, Walau Aku tahu kamu mendengar berita hanya setengah-setengah, dan aku juga tahu bagaimana kamu memikirkan tentang diriku. Tapi perkataanku waktu itu tentang -Ingin menjalani hidup bersama Silvia, apa kamu tidak melihat kesungguhanku?. Jadi percayalah aku tidak akan mengecewakanmu Kakak Ipar ".

Didepan pintu utama Silvia bersama Ibu dan Juga Ludius Julian berdiri. Pintu terbuka dan seorang wanita paruh baya menyambut kedatangan mereka.

"Akhirnya tamu kita datang juga. Mari.. Silahkan masuk. Julian, kamu temani tamu kita terlebih dahulu. Aku akan memanggil Paman untuk menemui mereka ".

"Bibi.. Silvia, aku sepertinya tidak bisa menemani kalian begitu lama karena aku akan menemui Ayah di kantor saat ini ". Kata Julian tidak enak hati.

"Tidak apa-apa Julian. Kamu pergilah, Ibu juga tidak sendirian ". Silvia beserta Ibu dan Ludius duduk di Shofa yang berada ditengah ruang tamu. Wajah Ibu Yuliana terlihat cemas dan canggung membuat Silvia memandang Ludius yang duduk disampingnya.

"Kamu tenangkan Ibumu. Biar aku yang menangani semua ini. Aku berjanji, kalian tidak akan di permalukan dan mendapatkan hak kalian kembali di Keluarga Inti ". Kata Ludius memahami kondisi dari Ibu meetuanya

Dari dalam Keluar Pria Tua yang dipapah seseorang dan menghampiri mereka.

"Selamat datang kembali di Keluarga Al farezi. Setelah belasan tahun kamu kembali juga. Yuliana, apa itu kamu? ".

Ibu Yuliana berdiri. "Benar Paman, Ini aku Yuliana anak dari Kakakmu yang telah meninggalkan keluarga Inti selama belasan tahun. Dan mereka adalah putri dan menantuku". Wajah Ibu Yuliana terlihat begitu dingin.

"Kakak... Kamu jangan seperti itu, Ayah sudah Tua maka dari itu dia berkata Asal ". Kata seorang pria yang memapah paman Ibu Yuliana. Dia membantu Paman itu duduk dan berjalan menghampiri Ludius.

"Tuan Lu.. Senang bisa bertemu dengan anda. Aku adalah paman Brahmantya, aku sudah mendengar banyak hal tentang kesuksesan anda dari Julian ".

'Pria tua ini kah.. Yang di sebut Paman Brahmantya?. He.. Mau sampai kapan Paman ini berpura-pura baik? '. Batin Ludius.