Chapter 126 - 126. Mengenakan Hem Batik Pemberian Istri

Setelah selesai membersihkan diri Ludius keluar dari kamar mandi dan mengambil celana panjang yang berada di dalam lemari. Dia memakai celananya dan mengambil Hem batik yang diberikan Silvia.

"Aku tahu ini bukanlah gayaku, tapi memakai baju pemberiannya mungkin akan membuat si Marmut senang saat melihat nya. Sayang.. Kalau kamu melihatnya, Apa pendapatmu? ". Kata Ludius didepan cermin dengan memakai Hem batik hitam polos dengan sedikit aksen batik dibagian dada menyamping.

Ludius memakai jam tangannya dan mengambil parfum dari paris yang mengeluarkan harum yang terkesan dingin seperti perangaiannya. Setelah Ludius memperhatikan penampilannya, dia menelfon Wangchu.

[ "Wangchu.. Apa kamu sudah mempersiapkan semua hadiah dan barang untuk dibawa dalam acara lamaran? ". ]

[ "Semua sudah di persiapkan, aku juga akan menjemput Tuan dan Nyonya Zhuan. Kita akan bertemu di depan kediaman Al Farezi ". ]

[ "Jangan lupa, sebarkan mata-mata dan orang-orangmu untuk menjaga Kediaman Al Farezi agar tidak terjadi hal yang sama. Walau kita berada di Zona aman, Mencegah lebih baik dari pada menyesal nantinya ". ]

[ "Aku sudah mengaturnya, kamu hanya perlu memberikan perintah selanjutnya. Apa kamu memperbolehkan aku membawa 1 wanita untuk mendampingiku? ". ] Tanya Wangchu dengan

[ "Wangchu.. Cepat sekali kamu sudah mendapatkan wanita untuk menemanimu pergi. Apakah kamu menyukainya hingga membuat pria sepertimu yang tidak pernah dekat dengan wanita memutuskan untuk membawanya?. Kamu boleh membawanya, tapi kalau dia melakukan hal yang memalukan pastikan kamu langsung membawanya keluar! ".] Telefon terputus.

Ludius mengambil kontak mobil dan keluar dari Apartement. Dia mengambil mobilnya yang berada di parkiran dan membawanya pergi ke kediaman Inti.

Karena acara lamaran akan di laksanakan pada jam 8 malam nanti. Dan sekarang masih pukul 06.30 Ludius berfikiran untuk menemui Silvia. Dia masih memiliki sedikit waktu untuk menyapa Silvia sebelum akhirnya Paman dan Bibi sampai.

"Lebih baik aku menyapa Silvia terlebih dahulu, siapa tahu aku mendapatkan hal menarik di kediaman Keluarga Inti. Sepandai apapun seseorang menghapus jejaknya, pasti meninggalkan bukti yang tidak terlihat. Sungguh merepotkan berada di Negara Orang, aku tidak leluasa untuk membuat pergerakan yang nyata dan tidak bisa bertindak lebih dari ini ".

Sesampainya di tempat yang sedikit jauh dari Kediaman Al Farezi Ludius menghentikan laju mobilnya. Dia mematikan mesin dan keluar dari mobil. Selanjutnya Ludius masuk melewati pagar samping rumah yang terlihat aman dan melihat kondisi rumah dari segala arah serta menprediksi dimana kamar Silvia berada. Ludius masuk dengan terus bersiaga jangan sampai ada orang yang melihatnya.

"Sayang.. Jamu sudah membuat aku melakukan hal merepotkan seperti ini.. Awas saja kalau sampai aku menemukanmu ". Gumam Ludius.

Ludius mengelilingi bagian luar rumah dan saat dia berada di bagian samping yang sedikit menjorok ke belakang di lantai kedua Ludius melihat ruangan yang terdapat sebuah jendela dan terbuka hanya sedikit tertutup oleh korden. Terlihat samar-samar Silvia sedang duduk di meja dengan wajah muram.

"Sayang, akhirnya aku menemukanmu. Haish.. Aku masih harus memanjat ke lantai dua ".

Karena semua penjaga rumah berada di depan, Ludius leluasa untuk bertindak memanjat rumah dengan mengandalkan kepandaiannya.

Tap.. Tap.. Tap..

Ludius memanjat layaknya spiderman yang merayap di dinding, hingga tiba di depan jendela yang terbuka, Ludius masuk perlahan agar tidak membuat suara. Ludius langsung mendekati Silvia yang saat itu sedang terdiam murung di depan meja rias.

"Sayang.. Wajahmu terlihat kusut, Apakah kamu sedang merindukanku? ". Bisik Ludius di telinga Silvia.

Seketika Silvia memalingkan wajahnya dan terkejut melihat Ludius benar-benar datang untuk menemuinya. Dia berdiri dengan menatap Ludius tajam.

"Ludius..! Bagaimana kamu bisa sampai disini? Apakah kamu melakukan hal aneh pada penjaga atau orang rumah? ". Tanya Silvia beruntun dengan suara lirih.

"Sayang.. Aku datang kemari dengan penuh perjuangan. Tidakkah kamu sedikit memberi suamimu ini hadiah? ". Diam-diam Ludius memperhatikan Silvia yang sudah memakai Dress dengan penampilannya yang begitu menawan.

'Sayang.. Diam-diam kamu ternyata menungguku tapi kamu masih saja mengelaknya. Dasar Istri yang tidak mau jujur dengan perasaan sendiri '. Batin Ludius.

"Hadiah apa yang kamu minta, cepat katakan dan segera pergi dari sini sebelum ada yang melihatnya ".

"Beri aku ciuman selamat datang, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk pergi secepatnya ".

Dahi Silvia mengkerut, terlihat kekesalan Silvia terhadap sikap Ludius yang selalu melakukan hal gila. "Tuan Lu..! Apa kamu sedang mencari kesempatan untuk menjahili Istrimu? ". Kata Silvia penuh penekanan.

"Mana mungkin aku ada niatan seperti itu. Sayang… Aku kemari karena aku beranggapan kamu merindukanku. Jadi apa salahnya aku datang untuk menemui Istriku, Yah.. walau harus main petak umpet dengan para penjaga dan semua penghuni rumah ini ". Ludius menarik tubuh Silvia kedalam pelukannya. "Sayang.. Kalau kamu tidak segera menciumku, mungkin sebentar lagi mereka akan sadar ada oranglain di kamar ini ". Bisik Ludius.

Silvia akhirnya menyerah dengan argumennya, dia berinisiatif mencium Ludius dengan kedua tangan memeluk Ludius erat. Wajah Silvia yang tadinya muram berubah cerah begitu saja.

'Aneh.. Mengapa ciuman ini membuatku merasa bahagia dan tenang. Apakah aku benar-benar merindukan belaian darinya? '. Batin Silvia. Dia melepas ciumannya dan justru Ludius mencium balik dirinya.

Ludius melumat habis bibir manis Silvia yang terlihat merah merona. Dia melepas ciumannya dan mengecup kening Silvia membuat tubuh Silvia gemetar dan dadanya berdebar.

"Sayang.. Jika kamu merindukanku, mengapa kamu tidak mengungkapkannya saja?. Jika kamu sulit untuk mengungkapkan perasaan rindumu, kamu cukup memberiku isyarat maka aku akan memberikan segalanya untukmu. Jangan pernah kamu pendam perasaan indah ini, karena sesungguhnya aku sangat bahagia mengetahui hal ini darimu ". Kata Ludius lembut.

Perkataan Ludius semakin membuat jantung Silvia berdetak tak menentu. Perasaan Silvia saat ini sama seperti saat pertama kali merasakan jatuh cinta padanya.

"Mengapa kamu bisa menebak kalau aku merindukanmu? ". Tanya Silvia dengan menatap wajah Ludius.

'Wajah tampan Ludius entah mengapa aku tidak pernah bosan untuk menatapnya. Seperti memiliki magnet yang dapat menarik siapapun yang melihatnya '.

Ludius menyampirkan rambut Silvia yang menutupi sebagian wajah Silvia. Ludius tersenyum mendengar perkataan unik dari Istrinya.

"Karena tatapan matamu tidak bisa membohongiku. Terlihat jelas binar kerinduan dari balik tatapan dinginmu. Sayang.. Kamu bisa membohongi orang lain, tapi tidak bisa membohongiku. Karena aku adalah suamimu ".