Pagi ini Ludius terbangun dan waktu sudah menunjukkan pukul 05.00. Dia beranjak dari ranjangnya dan mengambil ponselnya. Hal sepagi ini yang terlintas di fikiran Ludius adalah menelfon Wangchu untuk mengatur keamanan selama resepsi berlangsung.
"Wangchu.. Bagaimana dengan persiapan keamanan untuk acara hari ini? ".
"Kamu tidak perlu khawatir, aku sudah menyiapkan setidaknya 200 penjaga. Aku pastikan tidak akan ada kesalahan yang sama seperti sebelumnya ".
"Kamu jemputlah Paman dan Bibi, aku serahkan keamanan mereka padamu. Ini Negara orang lain, jika ada pergerakan dari manapun ingatlah untuk tidak gegabah atau memberi perlawanan berlebihan ". Ludius menutup telefonnya , Dia meletakkan ponselnya kembali dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai mandi, Pukul 06.00 ada tamu yang datang ke Apartement Ludius. Ludius yang masih menggunakan handuk kimono membukakan pintu.
"Permisi Tuan, saya dari penata rias di utus Nyonya Yuliana untuk membantu anda mempersiapkan diri. Perkenalkan saya Ibu Dewi dan ini asisten saya Rizka ".
"Saya Ludius Lu. Silahkan kalian masuklah ". Kata Ludius mempersilahkan. Ludius kembali ke kamar untuk berganti pakaian dan membuatkan mereka minuman.
Kedua wanita yang membawa koper dan tas besar masuk dan duduk di shofa ruang tamu. Mereka membongkar isi tas dan koper, terlihat didalam koper terdapat 1 set pakaian pernikahan KANIGARAN yang merujuk pada dandanan khusus pengantin dari Keluarga Kerajaan di kesultanan Yogyakarta yang disebut PAES AGENG KANIGARAN. Pakaian kanigaran terbuat dari bahan beludru warna hitam yang dilengkapi dengan kain dodot atau kampuh sebagai bawahan. Riasan dan aksesoris beserta cara pakainya memiliki aturan khusus tersendiri dan hanya perias terlatih yang mampu melakukannya.
Ludius yang barusaja masuk kedalam untuk berganti pakaian keluar membawakan minuman dan beberapa makanan ringan untuk menyambut tamunya. "Silahkan di nikmati hidangannya ".
"Terima kasih Tuan sudah repot sendiri membawakan hidangan. Tuan.. Bisa kita mulai meriasnya? ". Tanya Ibu Dewi.
"Tentu, terima kasih sebelumnya karena telah datang kemari ".
Penata rias beserta asistennya mulai membantu Ludius memakai kain dodot yang memang terlihat sulit karena baru pertama kali seorang Ludius memakai pakaian serumit ini. Setelah memakai dodot Ludius memakai rompi beludru hitam dan mulai merias wajah dan memakaikan aksesoris pendukung, seperti keris, blangkon,dan rangkaian bunga melati yang membentuk sebuah kalung.
Butuh setidaknya hampir 1.5 jam untuk mereka merias Ludius. Dan hasilnya benar-benar membuat setiap mata yang memandangnya berbeda. Keluarlah sosok pria wajah putih tampan dengan postur tubuh tinggi tegap menggunakan Pakaian adat jawa khas Keraton Jogja lengkap dengan Keris di punggungnya dan blangkon serta aksesoris kalung riasan yang di buat layaknya Keluarga Kerajaan. Meski terlihat sederhana namun membuat siapapun yang melihatnya membawa kesan kagum akan ketampanan dan kewibawaannya.
"Tuan.. Karena anda memakai pakaian seperti ini mungkin akan sulit untuk anda berjalan. Mari saya bantu Tuan untuk keluar dari Apartement ".
Ludius keluar dari Apartement dan menjadi pusat perhatian. Dia yang hanya bisa berjalan perlahan membuat siapapun yang melihatnya diam-diam mengambil gambarnya. Didepan Apartement sudah ada mobil yang sudah dipersiapkan untuk membawanya ke tempat pertemuan.
*****
Sesampainya di tempat pertemuan di sebuah Pendopo yang hanya berjarak sekitar setengah kilo meter dari Gedung Pernikahan, disana sudah ada semua orang termasuk Paman dan Bibi Zhuan yang akan mengantarkan Ludius menggunakan kereta kencana menuju Gedung Grafika Saba Buana.
"Ludius, sepertinya ini sudah waktunya. Kereta kencana sudah di persiapkan, dan iring-iringan juga sudah menunggu ".
"Baik Paman.. ".
Sudah disiapkan 3 kereta kencana untuk pihak mempelai Pria. Ludius beserta Anggota keluarga menaiki kereta kencana. Dan dibelakang mereka sudah ada puluhan orang yang mengiringi keberangkatan mereka dengan mobil. Seluruh jalan yang menjadi akses menuju Gedung untuk sementara di tutup. Terlihat di sepanjang jalan sudah banyak orang yang berdiri demi melihat Kereta Pengantin melewati jalan tersebut.
"Ludius, sepertinya antusias dari para warga sangat besar. Mereka bahkan rela berdiri demi menyambut kedatanganmu ". Kata Paman Zhuan yang satu kereta dengan Ludius.
"Benar… Budaya dan keunikan dari Negara ini mampu mengubah sudut pandangku mengenai manusia. Tidak semua orang memiliki jiwa sosial dan empati seperti mereka ". Kata Ludius. Sesekali dia melambaikan tangan dengan senyuman yang jarang dia perlihatkan pada orang-orang yang berjajar disepanjang jalan.
"Sepertinya kita memang perlu sedikit belajar dari Orang-orang yang ada di sini ". Kata Bibi Zhuan menyahut.
Setelah seperempat jam perjalanan, kereta kuda telah sampai didepan Gedung Grafika Saba Buana. Gedung yang di desain dengan Janur Kuning di depan pintu dengan penataan ruangan yang kental akan budaya jawa membuat Resepsi Pernikahan kali ini yang menyatukan dua Negara menyita perhatian media massa dari dalam maupun luar Negeri.
Ludius serta Paman Bibi turun dari kereta kuda, Para iring-iringan juga telah sampai. Dengan diiringi musik gamelan jawa dan sambutan dari pembawa acara dengan bahasa jawa Ludius didampingi Paman dan Bibi masuk untuk acara PANGGIH (bertemu). Keluarga memutuskan langsung ke inti acara panggih karena mereka memang sudah menikah dan sah dimata Negara.
Pertama kali Ludiius memasuki Gedung, semua mata tertuju padanya. Pria berkebangsaan China dengan postur dan ketampanan yang dipadu dengan Baju adat jawa membuat menyita perhatian para tamu undangan . Mereka bahkan terlihat kagum dan mengabadikannya dengan mengambil gambar sosok Ludius yang dingin .
Perlahan Ludius melewati Red Carpet dan seketika Ludius terpana saat melihat Silvia yang berjalan dari arah depan memakai pakaian Pengantin dengan desain Kain beludru hitam yang sedikit di modifikasi memanjang dengan riasan sanggul dan rangkaian bunga melati yang memanjang menghiasi penampilannya. Terlihat sederhana namun sangat kental akan budaya.
'Sayang.. Kamukah itu? Baru pertama kali aku melihatmu terlihat berbeda. Sangat anggun dengan kecantikan yang begitu alami '. Setiap langkah Ludius menuju Silvia membuat dirinya bergetar. Alunan gamelan jawa yang terkesan penuh dengan makna membuat hatinya semakin bergemuruh.
Akhirnya mereka bertemu dan saling pandang, hanya berjarak setengah meter mereka mulai prosesi Lempar suruh dan dilanjutkan dengan prosesi mencuci kaki sebagai lambang bentuk bakti istri kepada suami.
"Sayang akhirnya aku dapat menyentuh tanganmu. Pertama kali saat melihatmu hal yang ter fikirkan olehku adalah kamu terlihat cantik dan menawan ". Bisik Ludius saat membantu Silvia berjongkok untuk membersihkan kakinya.
Diam-diam Silvia tersenyum anggun dengan perkataan sederhana Ludius.