Chapter 128 - 128. Nasihat Kakak Ipar Julian

"Adik ipar, aku tahu kamu sangat mengkhawatirkan Silvia. Tapi meninggalkannya disini justru akan membuatnya melakukan hal nekad. Silvia begitu ceroboh dan selalu mengambil keputusan yang terburu-buru. Hal pertama yang terfikirkan olehnya pasti adalah menyusulmu kembali ke China. Jika itu terjadi apa yang akan kamu lakukan?".

"Alasan aku menitipkannya padamu adalah karena aku tahu dia wanita yang ceroboh dan melakukan hal tanpa berfikir panjang. Aku hanya tidak ingin Silvia terjebak dalam bahaya jika terus berada disampingku. Musuh sudah menjadikan Silvia sebagai kartu AS mereka untuk menekanku ".

Dari samping pagar tiba-tiba seseorang datang dan menyapa dengan santainya. "Tuan Lu… apa kedatanganku mengganggu kalian? ".

"Zain.. Kamu sudah seperti pencuri yang mengendap-endap datang entah dari mana. Ada urusan apa kamu datang mencariku?. Bagaimana bisa kamu menememukanku disini? ". Tanya Ludius dingin.

"Tuan Lu, tidak penting aku tahu kamu disini dari siapa. Tapi… Izinkan aku menjadi pengawal pribadi Silvia, dengan begitu dia tidak harus tinggal disini dan bisa tetap berada disisimu ". Kata Zain mantap.

Spontan Ludius memalingkan wajahnya kearah Zain dan menatapnya tajam. " Apa kamu sedang mencoba mendekati Silvia kembali?. Bukankah aku sudah mengatakan sebelumnya, aku tidak segan mengantar nyawamu ke neraka jika kamu sampai berani mendekati Silvia kembali!! ". Ancam Ludius.

"Tuan Lu.. Bukankah kamu juga tahu untuk saat ini, selain dirimu hanya aku yang bisa menjaga Silvia dari tangan musuh. Lagi pula aku menjadi pengawal Silvia tidak cuma-cuma ". Zain mendekat kearah Ludius dan berbisik padanya. "Aku diperintahkan atasan untuk mengambil tindakan antisipasi mengenai pergerakan Black Emperor. Dan tentu mencari siapa saja orang dalam yang terlibat dengan organisasi mereka. Bantu aku untuk menemukan mereka!! ". Bisik Zain.

Ludis terdiam cukup lama, dia memikirkan semua yang kemungkinan terjadi jika dia menyetujui permintaan Zain untuk menjaga Silvia.

"Jika saatnya tiba, Kamu tanyakan saja pada Silvia, jika dia mau dikawal olehmu. Aku tidak keberatan!!. Aku akan kembali kedalam, kita bahas ini lagi lain kali ". Ludius masuk kedalam rumah, terlihat mereka sedang bersenda gurau membahas mengenai bisnis dan kerja sama antar perusahaan.

Waktu terus berjalan, mengikis setiap menit yang Ludius lewati. Pertemuan malam ini berakhir dengan lancar dan mengukuhkan dua Keluarga besar.

"Tuan Lingga.. Saya senang bisa mewakili keponakan saya Ludius untuk bertemu dengan anda. Semoga acara Pernikahan besok berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan kita semua " Kata Paman Zhuan.

"Tuan Zhuan, anda tidak perlu sungkan. Kita adalah keluarga, sudah seharusnya seperti ini ". Kata Kakek Tua Lingga bermulut manis.

Pihak keluarga Paman Zhuan berdiri berjalan keluar pintu ditemani pihak keluarga Al Farezi. Sikap Tuan Lingga sedikit membuat Ludius tercengang. Sikap acuh dan tidak terimanya atas kehadiran ibu Yuliana hilang begitu saja ketika bertemu Paman Zhuan.

'Kakek Lingga, Kamu bahkan tunduk setelah mengetahui Kekuasaan kami yang sebenarnya. Apa orang tua sepertimu benar-benar takut bisnisnya terancam? '.

Pihak dari Ludius meninggalkan kediaman Al Farezi dengan membawa kemenangan telak. Paman Zhuan berhasil mengendalikan Kakek Tua Lingga yang selalu menojokkan Ibu Yuliana.

Wangchu beserta ajudan mengantar Paman dan Bibi kembali ke Apartement mereka. Dan Ludius juga kembali ke Apartementnya.

****

Sesampainya di Apartement waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Ludius melepas jasnya dan melonggarkan dasi yang melilit lehernya. Dia mengambil ponsel dan Vidio Call Silvia untuk mengurai kerinduan walau hanya sebentar tidak bertemu.

"Sayang.. Apakah kamu sudah tidur? ".

"Tuan Lu.. Jika kamu menelfonku seperti ini, bagaimana aku bisa tidur?. Aku mendengar suara banyak orang di bawah. Apakah acara lamaran berjalan dengan lancar? ".

"Seperti yang kamu inginkan Sayang. Lihatlah wajahmu yang kusut itu.. Apakah kamu merindukanku? ". Tanya Ludius jahil.

"Mana ada aku rindu!. Aku justru bersyukur malam ini tidak ada kamu si Tuan mesum yang selalu melakukan hal mesum padaku ". Silvia berbicara dengan menunjukkan ekspresi kesalnya.

"Kamu tidak menyesalkah berbicara seperti itu?". Ludius menundukkan wajahnya. "Jika tiba-tiba aku harus pergi tanpamu, Apakah kamu akan mengatakan hal yang sm padaku Sayang? ".

Silvia tidak langsung menjawab pertanyaan Ludius. Dia justru meneteskan air mata yang membuat Ludius menelan ludah.

"Kamu mempertanyakan itu.. Apakah kamu akan pergi setelah semua kebahagiaan ini?. Apakah kamu tega melakukan hal yang sama seperti waktu itu?. Kamu hanya memikirkan tentang dirimu sendiri, tapi Bagaimana dengan perasaanku?. Kamu sudah terlanjur merebut semua hatiku tanpa menyisakan sedikitpun untuk orang lain. Dan kamu berkata kamu akan pergi! Tuan Lu.. Tidakkah kamu begitu kejam? ". Air mata Silvia menetes didepan camera. Mereka yang hanya Vidio Call membuat Ludius tidak bisa menyeka air mata berharga istrinya.

"Aku memang kejam, dan kamu tahu itu!. Sayang.. Permainan hidup dan mati bukanlah hal yang seharusnya kamu campuri. Dari awal dunia kita memang berbeda, dan aku sudah menikmati dunia indah yang selalu kamu tunjukkan padaku ".

"Suamiku... Dunia seperti itu juga bukan dunia yang ditempati oleh Suamiku yang selalu menunjukkan kenalakan dan sisi jahilnya. Kamu adalah Suamiku, aku tidak akan membiarkan suamiku berjalan sendiri dalam Permainan hidup dan mati. Aku akan selalu disampingmu, dan membawa kamu keluar dari dunia kejam ini. Aku akan selalu menyadarkan dan membuatmu kembali menjadi suamiku disaat kamu mulai hilang arah ".

Ludius tercengang dengan perkataan Silvia. Seolah dia terbawa sisi ambisinya untuk mengalahkan musuh tanpa mempertimbangkan kekuatan cinta dari Silvia.

"Silvia.. Maafkan aku yang mengatakan hal omong kosong tanpa mempedulikanmu. Mendengar kata itu darimu, sepertinya tidak ada pilihan lain selain membawamu bersamaku. Ini sudah larut malam, kamu tidurlah sayang. Besok akan menjadi sejarah baru untuk kita dan Negara ini ".

"Suamiku.. Berjanjilah kemanapun kamu pergi, kamu tidak akan meninggalkanku sendiri hanya demi alasan keselamatanku. Tidak ada artinya jika aku selamat dan mendengar kamu pergi dan tidak kembali. Itu sama saja seperti kematian yang membunuhku secara perlahan ".

"Sayang… karena kamu sudah berkata seperti itu. Bisakah satu kali saja kamu panggil aku Sayang?. Aku ini suamimu, tapi kamu tetap saja memanggilku Tuan Lu ". Kata Ludius dengan tatapan jahilnya.

"Baiklah.. Sa.. Sa.. Sayang.. ". Seketika di layar terlihat wajah Silvia yang memerah bagai rembulan kalang.

'Silvia.. Cinta dan kasih sayangmu adalah kekuatan terbesarku hingga aku bisa melangkah sampai sejauh ini. Dulu aku berfikir, adanya kehadiranmu menjadi kelemahan dalam setiap pertempuranku. Tapi melihat senyum malumu dan kasih sayang yang terpancar di wajahmu. Anggapan itu seketika musnah '.