Chapter 131 - 131. Petikan Guzheng Pria Tampan

Setelah acara sungkeman berlalu Pengantin beranjak dari pelaminan untuk berganti pakaian. Pakaian yang di pakai Ludius setelah ini adalah pakaian adat jawa yang dulunya di pakai oleh Raja Kerajaan Mataram. Yaitu kain dodot atau kain batik berwarna hitam corak batik coklat yang hanya menutupi bagian bawah dada tubuhnya di padu dengan selendang hijau tua bercorak coklat untuk memperindah penampilan. Di lengkapi dengan aksesoris di bagian lengan, telinga dan kalung serta mahkota yang terbuat dari lapisan emas membuat Ludius seperti kembali ke zaman Kerajaan Mataram. Di sisi samping mahkota terdapat rangkaian bunga melati sebagai penanda bahwa dia adalah pengantin pria. Dan keris yang sudah terdapat rangkaian bunga melati di selipkan di punggungnya.

Sedangkan Silvia memakai Kain dodot yang memiliki corak sama namun Silvia memakai rompi beludru panjang untuk menutupi tubuhnya. Hanya sedikit yang berubah dari Silvia namun hasil akhir terlihat begitu berbeda apalagi jika disandingkan dengan tubuh bidang Ludius.

"Tuan Lu.. Tubuhmu begitu terlihat. Apakah Kamu tidak merasa risih? ". Tanya Silvia.

Jujur Silvia yang melihat tubuh bidang Ludius memakai pakaian layaknya raja pada masa Kerajaan membuat Ludius terlihat lebih gagah dengan postur tubuhnya yang tinggi tegap dan memiliki dada yang bidang. Siapapun yang melihat pasti berfikiran yang sama.

"Sayang, kamu mempertanyakan ini, apakah karena takut akan banyak wanita yang terpikat karena ketampananku?. Boleh dikatakan pakaian ini cukup unik, disamping hanya memakai kain untuk menutupi bawah dada. Namun aksesoris yang di gunakan juga terkesan klasik. Apakah ini pakaian pada masa Kerajaanmu dulu? " Tanya Ludius menebak.

"Walau tubuhmu terlihat begitu indah, tapi kamu terlalu dini untuk percaya diri. Siapa juga yang takut dengan wanita-wanita yang terpesona denganmu?". Silvia berbicara dengan merajuk dan memalingkan wajahnya karena tidak ingin mengakui bahwa Ludius memang terlihat lebih gagah.

"Sayang.. Lebih baik kita keluar dan menyambut tamu yang datang. Berhentilah memasang wajah jelekmu itu Permaisuriku".

Tiba-tiba Ludius menarik Silvia dengan memberi ciuman nakalnya membuat Silvia tidak bisa berkutik sedikitpun dan menerima ciuman nakal suaminya.

"Apakah kamu sudah bisa tersenyum sayang? ". Tanya Ludius.

"Tuan Mesum!! Apanya yang tersenyum?. Apa kamu ingin membuat bibirku bengkak seperti marmallow merah? Yang benar saja". Wajah Silvia memerah, dia memalingkan wajahnya menyembunyikan perasaan malu yang begitu mendebarkan.

"Eh... Masih merajuk? Apa gigitan manisku belum memuaskanmu?".

"Tuan Lu, berhenti bercanda. Kita lebih baik kembali ke Acara karena tamu undangan pasti sudah menunggu".

Silvia menggandeng lengan Ludius dan keluar dari ruang ganti menuju ke tempat Acara. Ditengah langkahnya, Silvia tanpa sengaja melihat Zain datang menggunakan kemeja hitam dan duduk di antara para tamu yang hadir.

Ludius dan Silvia duduk di pelaminan dan menyapa setiap tamu undangan yang mendekat. Kesabaran seorang Ludius di uji. Mengapa tidak…?, pria yang tidak pernah melakukan hal merepotkan bahkan harus melakukan hal sepele seperti duduk bak raja dan terus memberikan senyuman di kala ada orang yang memberinya selamat.

Seorang pria paruh baya berjas rapih. Sepertinya bukan orang sembarangan menghampiri Ludius.

"Tuan Lu.. Saya Pak Herman dari Perusahaan GM Grup. Senang melihat Tuan Lu menjadi bagian dari Al Farezi Grup. Saya sudah mendengar banyak hal mengenai Tuan Lu yang memiliki Perusahaan Besar Tangshi Grup. Kedepannya semoga kita bisa menjalin kerjasama dalam bidang bisnis ".

"Tentu Tuan Herman, saya menantikan itu". Jawab Ludius dengan tenang.

Ludius sadar, pernikahan antara dua Keluarga besar yang memegang peran penting dalam Perusahaan akan menyita banyak perhatian dari para Pengusaha yang ingin memiliki kerjasama dengan Ludius. Mereka mulai mendekat demi memiliki sebuah kontrak kerjasama dengan perusahaan besar seperti Tangshi Grup.

Setelah hampir 5 mereka duduk, dan melihat Ludius yang begitu kaku dan tidak bisa bergerak bebas membuat Silvia terkekeh.

"Tuan Lu.. Lelah yah harus repot seperti ini? Kalau lelah katakan saja! Lagipula aku juga tidak memaksamu kok". Ledek Silvia.

"Sayang.. Apa kamu sedang menguji kesabaranku?. Jangan melihatku seperti itu!. Aku masih pria normal yang sanggup menahan kesabaran untuk hal merepotkan seperti ini. Tapi jujur saja aku sudah mulai bosan. Apakah ada sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat? ". Tubuh Ludius seperti kaku, mungkin karena harus menahan mahkota yang lumayan berat selama berjam-jam .

"Entahlah, Tuan Lu.. Bersabarlah sedikit lagi. 3 jam lagi acara ini selesai. Please.. Semangat!! ". Kata Silvia menyemangati.

Seketika LOL…

Ludius menelan ludahnya mendengar dia masih harus duduk 3 jam lagi untuk menyelesaikan acara ini.

Akhirnya Ludius mempunyai ide untuk memecah kebosanannya.

Wangchu, segera bawakan aku Guzheng dan pakaian hanfu. Aku ingin merenggangkan sedikit ototku. Adat ini benar-benar telah menguras kesabaranku. Aku tunggu dalam 15 menit. Tidak kurang

Ludius, apa kamu gila menyuruhku mencari alat musik Guzheng disini? Mana ada alat seperti itu disini?

Ambil itu di Apartement Paman, Dia membawanya dari China sewaktu kemari. Mungkin dia tahu akan di gunakan suatu saat nanti.

"Sayang.. Aku ada sebuah kejutan untukmu. Kamu tetaplah di sini, aku akan segera kembali". Bisik Ludius yang membuat Silvia penasaran.

Setelah setengah jam lamanya tiba-tiba seisi gedung hening tanpa suara gamelan atau riuh para tamu undangan. Dan dari arah lain terdengar suara petikan alat musik yang tidak begitu asing bagi Silvia. Suara petikan itu juga menyita semua perhatian tamu undangan yang hadir.

Silvia beranjak dari tempatnya dan berjalan ke sumber suara. Ternyata di bagian samping pelaminan terdapat panggung kecil dan seseorang tengah duduk memainkan alat musik GUZHENG yang mengalun lembut. Seketika Silvia terdiam, dia tidak menyangka seorang pria yang memakai baju tradisional Hanfu dan memainkan alat musik Guzheng adalah Suaminya yaitu Ludius Lu.

Petikan demi petikan membuat para tamu undangan berdecak kagum dengan irama yang begitu lembut dan asing di telinga mereka. Pemandangan baru bagi para tamu undangan yang hadir tidak terkecuali dari pihak keluarga.

'Sejak kapan Ludius mempelajari alat musik Guzheng?. Pria keras sepertinya terlihat begitu anggun menggunakan pakaian Hanfu dengan jemarinya yang memetik senar tanpa ragu. Sepertinya perlahan hati dan ambisi kekejaman Ludius juga mulai meluruh. Jika tidak, dia tidak akan bisa memainkan irama Guzheng sebagus ini. Suamiku.. Kamu sudah memberi kejutan yang terindah hari ini'. Batin Silvia, ia sungguh terpana melihat sosok Ludius yang terlihat bak Pangeran dari Kerajaan Dinasti di Masa Lalu.

Disisi lain Paman Brahmantya merasa sangat puas dengan acara pernikahan kali ini. Karena kedatangan Ludius telah menarik banyak Direktur Perusahaan besar yang akan membuatnya memiliki banyak kesempatan memiliki kerjasama dengan mereka.

Karena acara Resepsi telah berakhir Tamu undangan mulai meninggalkan gedung pernikahan. Namun Ludius masih memainkan Gushengnya menemani tamu meninggalkan Gedung.