Chapter 132 - 132. Ketampanan dari Sang Ludius

Setelah semua tamu meninggalkan Gedung, Alunan petikan Guzheng yang dimainkan Ludius terhenti. Dia beranjak menghampiri Silvia yang berada di pelaminan dan terus memperhatikannya. Ludius yang memakai pakaian tradisional Hanfu bercorak merah darah bercampur coklat seperti Pangeran dari Dinasti Ming yang tiba-tiba hadir dan menghampiri Silvia.

"Sayang.. Ini adalah hari Pernikahan kita. Mengapa kamu hanya berdiam saja?. Aku ada satu permintaan untukmu, maukah kamu mengabulkannya? ". Pinta Ludius

"Boleh, memangnya kamu menginginkan apa Tuan Lu? ".

"Menarilah untukku, aku akan mengiringi langkah tarianmu. Aku sudah siapkan pakaian Hanfu untukmu agar memperindah tarianmu".

"Ta.. Tapi aku tidak bisa menari tarian tradisional China".

"Ayolah Sayang.. Selagi aku memegang Guzheng, dan lagi pula disini tidak ada orang lain selain keluarga kita. Aku percaya kamu bisa menari dengan baik".

"Huft.. Baiklah, aku akan menari untuk kali ini saja. Aku akan ganti baju dulu". Silvia menuju ruang ganti dan mengambil baju Hanfu yang Ludius siapkan.

Seperempat jam kemudian Silvia keluar sudah memakai pakaian tradisional hanfu berwarna merah muda. "Apakah seperti ini? ", tanya Silvia, dia berputar-putar memperlihatkan hasil dia memakai baju.

"Benar, ternyata kamu bisa memakainya juga yah. Bisa kita mulai? ".

"Tentu saja. Mainkan musiknya".

Ludius memainkan Guzheng dan Silvia mulai menari tarian tradisional China. Lagi-lagi kelakuan pasangan ini menyita perhatian orang lain. Anggota keluarga yang sedang sibuk menghentikan aktifitas mereka dan melihat apa yang sedang di lakukan pasangan baru itu.

Ludius yang melihat Silvia menari dengan elok layaknya burung merak yang membentangkan sayapnya, Begitu terlihat sangat menawan dan menyita hati setiap yang melihatnya.

"Senyum bahagia yang terpancar dari wajahmu, aku akan terus mempertahankannya". Gumam Ludius yang terus memainkan Guzheng dengan mata memandang Silvia.

Zain yang kebetulan belum pergi dari Aula pernikahan melihat dengan jelas kedekatan dan kebahagiaan yang dirasakan Silvia. Dia berjalan mendekat kearah dimana Silvia menari untuk suaminya dan tepat saat Zain berdiri didepan Silvia, ternyata membuat Silvia kaget dan menghentikan tariannya.

"Zain.. Bagaimana kamu bisa ada disini?". Silvia mundur ke arah Ludius.

"Aku disini tentu saja untuk menghadiri resepsi pernikahanmu. Mengapa kamu menghentikan tarianmu? Tadi itu sangat indah".

"Aku menari atas permintaan suamiku, lagi pula acara ini sudah selesai. Mengapa kamu belum pergi juga". Silvia berbicara dengan mengalihkan pandangannya.

"Jahat sekali kamu Silvia. 5 tahun tidak bertemu, Apakah aku tidak bisa berbicara barang sebentar?. Apakah Tuan Lu belum memberitahumu apapun mengenaiku disini? ".

Pertanyaan aneh yang dilontarkan Zain membuat Silvia memandang Ludius tajam. "Tuan Lu, sebenarnya apa yang kamu katakan padanya?".

"Mulai saat ini dan seterusnya, Zain akan menjadi pengawal pribadimu". Ludius berbicara tanpa ekspresi. Dia tidak menunjukkan perasaan kesal, atau marah saat mengatakannya, tapi wajahnya lebih menunjukkan bahwa ini adalah keputusan yang terbaik.

"Tuan Lu, tidak bisakah kamu membuat keputusan mempertimbangkan pendapatku terlebih dahulu?. Aku tidak bisa menerimanya".

"Kalian bicaralah dahulu, aku sebaiknya pergi agar tidak mengganggu kalian". Kata Zain yang melihat Silvia menolaknya. Dia pergi karena sadar, dirinya tidak akan mendapat persetujuan Silvia

"Sayang.. Jika kamu ingin ikut kembali, maka keputusanku tidak dapat diubah. Mulai sekarang terbiasalah dengan kehadirannya. Didunia ini aku tidak bisa mempercayakan keselamatanmu pada siapapun. Setelah kita kembali ke China nanti, setiap tempat akan menjadi medan pertempuran. Jika aku mempercayakanmu pada sembarang orang dan membuatmu dalam bahaya. Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri". Perkataan Ludius masih tanpa ekspresi, seakan mengatakan bahwa ini adalah jalan satu-satunya.

"Jika Kamu tidak percaya pada siapapun untuk menjagaku, mengapa kamu harus memilih dia?. Tidakkah kamu memaksaku membuka memori lama yang sudah aku buang? ". Silvia menaikkan nada bicaranya. Dia tidak habis fikir dengan jalan pemikiran Ludius.

Ludius yang duduk disamping Silvia mencium keningnya. "Sayang, dia satu-satunya orang yang bisa dipercaya untuk menjagamu. Aku tahu keputusan kejam yang aku ambil suatu saat akan membuatku terluka, Tapi itu tidak sebanding dengan keselamatanmu. Dan aku percaya, istriku akan selalu menjaga hatinya untukku. Besok aku akan membawamu pergi kesebuah tempat. Kita akan menikmati sejenak suasana di Indonesia sebelum kita kembali ke China ". Ludius membelai kepala Silvia dengan senyuman.

****

2 hari telah berlalu sejak Acara resepsi pernikahan waktu itu. Semua Anggota Keluarga telah kembali ke Kediaman masing-masing. Paman dan Bibi Zhuan tengah menikmati indahnya kota Jakarta dan memutuskan tinggal lebih lama untuk liburan. Sedangkan Wangchu sedang melakukan penyelidikan atas perintah Ludius. Mungkin disini Wangchu lah yang menghabiskan hari-hari terkahir di Indonesia dengan setumpuk tugas tersembunyi yang membuatnya tidak bisa bersenang-senang dengan para gadis Indonesia.

Setelah melewati begitu banyak masalah dan kendala, akhirnya Ludius membawa Silvia kesebuah pulau yang bernama Raja Ampat. Ludius bahkan sudah menyewa Resort untuk mereka tinggali selama 3 hari disana.

Pagi ini Silvia yang masih tertidur pulas terbangun karena mencium wangi masakan yang familiar. Dia beranjak dari tidurnya dan berjalan dengan setengah sadar mengikuti wangi masakan itu. Setelah di tepat di pintu dapur Ludius memandang kearahnya.

"Sayang.. Kamu sudah bangun?. Lebih baik kamu membersihkan diri, lalu kita sarapan bersama. Aku sudah siapkan Nasi goreng untukmu. Setelah ini aku akan membawamu ke sebuah tempat".

"Tuan Lu.. Apakah kamu sudah menyiapkan kejutan untukku? ".