"Tentu saja, Aku sudah menyiapkan kejutan untukmu hari ini. Sudah lama kita tidak pergi berduakan?. Anggap saja ini Honey Moon yang tertunda. Jadi cepatlah bersihkan diri lalu sarapan. Baru kita akan pergi kesuatu tempat". Mata Silvia berbinar mendengar kata kejutan dari Ludius. Dia tahu suaminya memang super romantis, selalu memiliki cara tersendiri membuat istrinya berbunga-bunga dan merasakan jatuh cinta setiap saat.
Silvia membersihkan diri selagi Ludius memasakkan sarapan untuknya. Tidak pernah terfikir dalam benak Silvia ada masa dimana dia akan mendapat hari bahagia bersama Ludius.
Disaat Silvia merias diri setelah mandi dan mendapat Dress diatas kasur yang disiapkan Ludius, Silvia tiba-tiba teringat pertama kali dia bertemu dengan Ludius. Pada malam itu, jika pria berdarah dingin sepertinya tidak datang menolong, Mungkin Silvia sudah menjadi santapan preman yang sedang mabuk berat. Dan takdir membawa Silvia pada Ludius yang menunjukkan sisi gelapnya. Pria berdarah dingin dengan sejuta misteri yang hampir membunuhnya, pria yang menunjukkan kekejaman didepan matanya, dan pria yang selalu menganggap wanita sebagai pakaiannya. Kini perlahan berubah menjadi lebih pria yang lebih hangat dan menunjukkan sisi kasih sayangnya pada orang lain.
"Aku ini mikirin apa coba?, itu hanya masa lalu. Aku harus percaya dia takkan berubah menjadi dirinya yang dulu". Gumam Silvia.
"Apa yang kamu fikirkan Sayang, mengapa wajahmu terlihat pucat?". Tanya Ludius yang datang untuk mengajaknya sarapan. Dia mendekap Silvia yang baru saja selesai merias diri.
"Aku tidak apa, bukannya kamu kemari untuk mengajak sarapan bersama?. Ayo.. Aku sudah selesai". Silvia beranjak dari depan cermin dan berdiri didepan Ludius dengan senyuman.
"Sayang.. Kamu hari ini terlihat cantik. Iyaa Salah.. Seharusnya, Kamu memang selalu terlihat cantik, Bagaimana aku bisa mengalihkan pandanganku darimu?".
"Tuan Lu, kamu tidak sedang merayukukan?, bukankah kita akan sarapan?". Kata Silvia dengan malu-malu.
Silvia yang bertingkah malu membuat Ludius menarik Silvia dalam pelukannya, dia menatap Silvia yang mengalihkan pandangannya. "Sayang tidakkah kamu memberi sarapan pembuka yang manis untuk suamimu ini?". Bisik Ludius, dia semakin merapatkan pelukannya membuat Silvia tidak bisa lepas darinya.
Find authorized novels in Webnovel,faster updates, better experience,
"Ehm.. Tuan Lu, kalau kita terlalu lama seperti ini bisa-bisa makanannya dingin. Ohya.. Bukannya kamu akan membawaku pergi?". Silvia mengalihkan pembicaraan, dia terlalu malu untuk mengetahui maksud hati suaminya".
"Apa kamu mencoba menghindar Sayang, Sarapan tidak akan terasa lengkap tanpa sesuatu yang manis bukan?". Tiba-tiba Ludius mencium Silvia lembut, karena merasa terpojok Silvia tidak dapat menghindar dan menerima kenakalan suaminya.
"Tuan Lu… kamu nakal sekali. Sepagi ini kamu sudah mencuri ciuman dariku?".
"Memangnya kenapa dengan mencuri ciuman darimu, ini baru permulaan Sayang. Nanti malam aku akan mencuri dan memberi lebih banyak darimu. Lebih baik kamu siaga mulai saat ini, karena aku tidak akan melepaskanmu malam nanti". Bisik Ludius. Dia yang melihat Silvia bersemu merah melepas pelukannya dan membiarkan istrinya pergi keruang makan.
Silvia dan Ludius sarapan bersama dengan saling diam karena canggung. Silvia masih merasa malu dan berdebar dengan kejahilan Ludius.
Setelah sarapan bersama, Ludius membawa Silvia pergi kesebuah tempat yang di sebut pulau wayag. Untuk bisa mengelilingi seisi pulau, Ludius sudah mempersiapkan kapal untuk mereka tumpangi .
"Sayang.. Ayo naik. Aku akan membawamu kesebuah tempat ". Kata Ludius di depan kapal Ludius mengulurkan tangan membantu Silvia menaikinya.
"Kamu akan membawaku kemana, Mengapa harus menggunakan kapal?". Perlahan Silvia masuk kedalam kapal di bantu Ludius.
"Aku akan membawamu mengelilingi pulau ini. Aku dengar pemandangan Pulau wayag ini indah, jadi aku memilih tempat ini untuk ku tunjukkan padamu".
Silvia masuk kedalam kapal, dia terkejut melihat sudah ada satu set meja dengan kue tart dan lilin-lilin kecil yang ada di atasnya. "Tuan Lu, ini maksudnya apa?". Tanya Silvia yang masih bingung.
"Sayang.. Selama ini aku tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengucapkannya. Tapi kali ini biarkan aku mengatakannya dengan benar. Selamat ulang tahun istriku, semoga yang kamu cita-citakan tercapai. Tetaplah disisiku, untuk saat ini dan selamanya". Kata Ludius dengan makna yang mendalam.
Silvia tertegun, dia menatap Ludius cukup lama dan air matanya jatuh begitu saja. "Terima kasih Tuan Lu karena memberikan hal yang begitu berharga". Kata Silvia dengan senyumnya yang begitu manis.
"Ini bukanlah apa-apa dibanding kebahagiaanmu Sayang. Jika kamu menginginkannya dan membuatmu tersenyum, aku akan selalu memberimu kejutan dan hal seperti ini disaat kamu bersedih". Ludius mengeluarkan sebuah kotak kecil panjang dan memberikannya pada Silvia. "Sayang ini adalah hadiah kecil untukmu". Ludius memberikan kotak kecil itu pada Silvia.
Silvia membuka kotak itu untuk mengetahui isinya. Dia tersenyum melihat sebuah penjepit rambut (tusuk konde) berbentuk bunga sakura. "Cantik dan indah..",
"Itu adalah penjepit rambut, aku ingin suatu saat kamu memakainya pada rambut panjangmu, saat aku membawamu ke tempat dimana bunga sakura bermekaran. Lebih baik kita kedepan dan melihat pemandangan yang langka ini".
Silvia menyimpan hadiah dari Ludius dan menuju kedepan kapal. Silvia melihat Ludius begitu menikmatinya membuatnya merasa tenang. "Tuan Lu, bukankah pemandangan ini begitu indah dan menenangkan?. Kita seperti terlepas dari semua masalah yang selalu membebani hati dan fikiran. Ketenangan dan keindahan ini yang kulihat bersamamu, aku pasti akan menyimpannya dan tidak akan melupakannya".
"Syukurlah kamu menikmatinya, ini akan menjadi salah satu kenangan yang akan kita ceritakan pada pangeran kecil kita nanti". Ludius merangkul Silvia dan membiarkannya bersandar di bahunya.
"Pangeran kecil?, maksudnya?".