Chapter 134 - 134. Honeymoon Pulau Wayag bag 2

Silvia menundukkan pandangannya, wajahnya berubah muram, tanpa terasa bulir air mata menetes begitu saja dari pelupuk matanya, demi menghindari Ludius agar tidak mengetahui keadaannya, dia memilih terdiam tanpa mengatakan apapun.

Ludius yang menyadari akan keresahan yang Silvia rasakan akibat perkataannya membuatnya merasa bersalah. Ludius membalikkan tubuh Silvia kearahnya dan melihat Silvia menetekan air mata.

"Lagi-lagi aku membuatmu mengeluarkan air matamu yang begitu berharga". Ludius menyeka air mata Silvia dengan ujung jemarinya. "Sayang.. Maafkan aku, Tidak seharusnya aku mengatakan itu. Aku tahu ini semua salahku hingga membuatmu menjadi seperti ini. Luka yang membekas di rahimmu sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa menghilangkannya karena itu semua adalah hasil dari perbuatanku". Perkataan Ludius terdengar parau. Dia merasa menjadi suami yang tidak bertanggung jawab karena telah mengungkit rasa sakit yang selalu Silvia pendam selama ini.

"Apa yang kamu katakan Tuan Lu.. Jangan menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi padaku. Hal yang aku alami dan yang kita hadapi sekarang ini, semuanya adalah takdir yang sudah di tentukan. Mulai dari pertemuan kita, dinner kita yang berubah menjadi sebuah pertempuran hingga membuatku harus menerima peluru darimu dan disaat kita memutuskan untuk menikah, Itu semua adalah permainan takdir yang tidak bisa di ubah. Hal yang bisa kita lakukan adalah berusaha mencari jalan keluar setelah takdir yang Tuhan berikan. Jika rahimku terluka, bukan berarti aku tidak bisa mengandung. Aku pasti akan berusaha mewujudkan mimpimu memiliki Pangeran kecil untuk kita".

"Jangan paksakan dirimu Sayang, aku lebih suka menghabiskan waktuku bersamamu". Ludius tersenyum dan memeluk Silvia. Disaat yang bersamaan Ludis teringat akan perkataan Dokter waktu itu.

'Dokter pernah mengatakan kemungkinan kecil untuk Silvia bisa mengandung. Walapun Silvia mengandung sekalipun nyawa keduanya terancam dan aku harus memilih antara Silvia atau bayi yang ada dalam rahimnya. Sekarang aku benar-benar menyesal telah mengatakan itu didepan Silvia. Apa yang harus aku lakukan sekarang?'.

Ludius membawa Silvia turun ke salah satu pulau kecil untuk bersua foto. Disana masih banyak satwa langka dan airnya begitu jernih hingga terlihat ikan-ikan yang begitu langka dan cantik.

"Kamu akan membawaku kemana lagi Tuan Lu?".

"Berkeliling, aku dengar di tempat ini masih banyak satwa langka. Mungkin itu bisa memanjakanmu untuk berfoto dengan mereka".

Baru saja Ludius dan Silvia turun dari kapal, mereka sudah di sambut dengan berbagai macam burung dan hewan langka lainnya.

"Tuan Lu, lihatlah.. Itu burung cendrawasih. Kamu tahu.. Burung ini sangat langka lho.. Bantu aku untuk berfoto dengannya yah..". Buju Silvia manja.

"Sayang.. Kamu manja sekali ya.. Tapi karena hari ini adalah ulang tahunmu, aku akan mengabulkan semua keinginanmu. Kebetulan aku bawa kamera, ayo.. cepat dekati burung itu sebelum kabur".

Perlahan Silvia mendekati burung cendrawasih dan Ludius siap dengan kameranya. Silvia berpose berdiri disamping ranting pohon yang menjadi pijakan burung itu.

3.. 2.. 1..

"Chears.. ". Led dari kamera menyala,

"Aaargh..". Karena burung itu kaget, burung itu tiba-tiba terbang membuat Silvia tersentak, hingga tidak sengaja kakinya menginjak kumbangan air.

"Awas hati-hati.. ". Teriak Ludius. Dia secepatnya berlari kearah Silvia untuk menangkapnya yang hampir terjatuh.

Byuuur…

Silvia terjatuh bersamaan dengan Ludius dengan posisi Silvia terjatuh tepat diatas tubuhnya. Keduanya basah kunyup dan pakaian mereka kotor penuh dengan lumpur.

"Ekhemm Pfft... Tuan Lu. Kamu yang seperti ini terlihat lebih tampan dari biasanya. Sungguh..!". Silvia terkekeh menahan tawa melihat wajah Ludius belepotan dengan lumpur.

"Sayang, Apakah kamu sedang mengejekku?". Melihat dia di tertawakan istrinya membuat Ludius ingin menjahili Istrinya itu. "Sayang.. Mau sampai kapan kamu terus duduk diatasku dengan posisi seperti ini?. Apakah kamu ingin bermain dengan suamimu diatas lumpur?. Sepertinya ini lebih menarik dan menyenangkan dari pada bermain di atas ranjang", Kata Ludius jahil.

Dengan cepat Silvia beranjak dari atas tubuh Ludius, "Dasar Tuan Mesum, sedang terjebak seperti ini kamu masih saja berfikiran mesum". Silvia bersengut, dia memalingkan wajahnya dari Ludius.

Melihat Istrinya merajuk, Ludius mengambil lumpur yang ada disampingnya dan mengusapkannya pada wajah Silvia. "Lihatlah Sayang, Kamu terlihat lebih cantik kalau seperti ini".

Menyadari wajahnya penuh lumpur karena kejahilan Ludius Silvia seketika marah. "Tuan Lu.. Awas kamu yah.. Aku pasti akan menangkapmu dan membuatmu membayar 2 kali lipat!!". Teriak Silvia, dia mengambil lumpur dan mengejar Ludius.

"Sayang.. Kamu marah ya? Tapi kalau marah yang seperti ini kamu tambah cantik lho, beneran..!". Ludius lari untuk menghindari kejaran Silvia. Mereka sesaat seperti kucing dan anjing, yang sedang saling kejar.

'Rasanya menyenangkan. Aneh.. Ini seperti aku kembali ke masa kecil yang terlewat begitu saja tampa hal yang menyenangkan untuk diingat'. Batin Ludius.

"Tuan Lu, sudah cukup.. Aku lelah. Bisakah kamu berhenti berlari". Kata Silvia dengan nafas terengah-engah.

Ludius menoleh kearah Silvia dan melihatnya sedang terengah-engah. "Sayang, kita sudah basah kuyup dan penuh lumpur. Sebaiknya kita kembali ke resort sekarang juga. Aku khawatir kamu akan masuk angin kalau berlama-lama di tempat terbuka seperti ini". Ludius menarik Silvia dan menggendongnya kembali ke kapal.

"Tuan Lu, turunkan aku. Malu tahu kalau ada awak kapal yang melihat!".

"Siapa suruh kamu terjatuh dan mengejarku hingga nafasmu hampir habis. Sayang, kamu cerewet sekali. Diamlah.. Atau akau akan menciummu didepan mereka nanti". Gertak Ludius.

"Hmmmpt.. ". Silvia merajuk dan memalingkan wajahnya.

"Dasar wanita keras kepala". Gumam Ludius.