Setelah pembicaraan mereka di ruang depan, Ludius berencana membuat kejutan terakhir untuk Silvia. Malam ini Silvia yang baru selesai SPA dan merias diri di salon kecantikan, kembali ke resort memakai Dress putih yang Ludius siapkan untuknya.
"Sayang, aku ada satu kejutan lagi untukmu. Maukah kamu ikut denganku kesuatu tempat?". Tanya Ludius. Dia sudah rapih dengan setelah jas Tuxedo hitam untuk menyelaraskan warna putih milih Silvia.
"Dengan senang hati Suamiku..". Jawab Silvia dengan senyuman.
Dengan menaiki mobil, mereka menempuh perjalanan selama setengah jam. Di sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam hingga mobil terhenti di sebuah pantai pasir putih. Kondisi cuaca yang baik dengan langit yang cerah bertabur bintang, Ludius membawa Silvia ke pantai pasor putih yang masih berada di kawasan Raja Ampat.
Ludius keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Silvia. Dia mengulurkan tangan membantu Silvia keluar dari mobil. Dengan menggandeng tangan Silvia, Ludius membawanya ke pesisir pantai yang gelap dan hanya diterangi langit bertabur bintang.
Prok.. Prok..
Ludius menepuk tangan, seketika lampu kerlap kerlip menyala membentuk sebuah bangunan kecil tanpa atap dan berhias banyak bunga. Di tengahnya sudah terdapat satu set meja beserta menu makan malam yang sudah dihidangkan.
"Apa kamu menyukainya Sayang?". Tanya Ludius.
Silvia sekejap terkesima, dia memandang semua hal yang ada didepan matanya. Perasaan dan hati yang berbunga menyelimuti hatinya. "Tuan Lu, Mengapa kamu selalu bisa membuat kejutan yang membuatku semakin jatuh cinta padamu?. Pemandangan di pantai ini sungguh indah".
"Bisakah untuk kali ini kamu memanggilku Sayang?. Ya baiklah kalau kamu tidak bisa. Di meja sudah ada menu makan malam, sebaiknya kita makan terlebih dahulu".
"Baiklah Sa.. Sayang". Kata Silvia, dia tersipu malu mengatakan hal yang canggung pada Ludius.
Di meja makan sudah terdapat beberapa menu khas dari Indonesia. Salah satunya adalah sate madura, soto lamongan dan pecel lele yang sengaja Ludius pesankan khusus. Karena jarang sekali mereka kembali ke Indonesia, maka dari itu Ludius memesan makanan yang hanya ada di Indonesia.
"Sayang.. Makanan sebanyak ini, apa kamu mau memakan semuanya?". Tanya Silvia yang melihat banyak sekali menu yang Ludius pesan.
"Kita akan kembali besok, nikmati saja makanan yang ada. Makanan yang ada dimeja hanya bisa di temukan di Indonesia lho.. Sayang kamu yakin tidak mau memakannya satu persatu?". Ledek Ludius.
"Jangan salahkan aku kalau makanannya habis. Aku lapar..". Kata Silvia membela diri.
Mereka mulai makan malam bersama, di sela makan mereka terdengar suara musik dari Grand Piano. Silvia baru menyadari ada sebuah piano disamping mereka beserta pianisnya. Musik dari sentuhan piano menemani makan malam mereka.
"Sayang, kamu juga membawa seorang pianis kemari untuk apa?". Tanya Silvia heran.
"Kamu tidak suka kah?, Tentu saja untuk mengajakmu berdansa. Di bawah atap langit dengan pencahayaan bintang di sertai biasnya gemerlap malam, bukankah tempat paling indah untuk berdansa? ".
Setelah mereka selesai makan malam, Ludius beranjak dari kursinya dan menundukkan badan serta mengulurkan tangan. "Istriku, Maukah kamu berdansa beberapa lagu dengan suamimu ini?".
"Dengan senang hati Sayang..". Jawab Silvia, dia menerima uluran tangan Ludius.
Di tengah pantai pasir putih mereka berdansa mengikuti alunan piano.
"Maukah kamu berjanji, apapun yang terjadi kamu tidak boleh pergi meninggalkanku. Setiap kali mengingat kamu akan pergi membawa senjata, Aku selalu khawatir hatimu akan berubah menjadi dirimu yang dulu, tapi sebenarnya bukan itu yang membuatku resah. Aku selalu takut dan resah jika harus kehilangan dirimu tanpa bisa melakukan apapun. Setiap kamu kembali, tubuhmu selalu dalam keadaan terluka berat, Seperti malaikat akan mengambilmu dari sisiku saat itu juga".
"Apa yang kamu fikirkan Sayang, dulu aku mengeluarkan senjata karena ambisi untuk menang. Tapi semenjak ada kamu, aku memiliki tujuan hidup yaitu demi melindungi kamu dan semua orang yang kita sayang, jadi aku tidak akan semudah itu untuk mati. Walaupun aku mati, bukankah itu yang dinamakan takdir?".
"Kamu selalu seperti itu, tidak pernah mengerti perasaanku". Silvia selalu kesal setiap Ludius mengatakan hal yang seolah dia tidak akan kembali selamanya.
"Ini adalah tanggung jawab yang harus aku jalani sebagai cucu dari orang yang telah membuat senjata berbahaya. Jika aku berdiam diri, aku sama saja pengecut yang hanya bisa menghunuskan pedang tanpa mau menerima rasa sakitnya".
Beberapa lagu tak terasa sudah mengiringi dansa mereka. Setelah lagu terhenti, tiba-tiba saja begitu banyak kembang api yang bermekaran di langit dan Memberi banyak warna hingga menenggelamkan kegelapan dengan beribu warna.
"Ini adalah pemberian terakhirku, langitnya begitu indah bukan". Kata Ludius, dia tersenyum melihat Silvia memandang langit menikmati sejuknya angin malam dengan kemerlap kembang api. Anginnya semakin kencang, Ludius membuka jasnya dan memakaikannya pada Silvia. "Pakai Jas ini, angin di laut semakin kencang".
'Pemberian terakhir, mengapa perkataan itu begitu menyakitkan'. Batin Silvia.
"Jangan pernah berkata ini adalah pemberian terakhir karena aku tidak akan menerimanya. Kamu harus berjanji setelah semua berakhir kamu akan membawaku ke tempat indah lainnya".
"Baiklah, aku tidak bisa menolak permintaan istriku yang nakal dan manja ini. Setelah semua ini, aku akan memberi banyak kejutan untukmu". Ludius memeluk Silvia dan menciumnya. "Karena kamu sudah menerima kejutannya, Saatnya aku meminta imbalan. Sayang.. Aku tidak akan melepasmu malam ini. Dan aku tidak menerima penolakan!! ". Kata Ludius jahil. Tiba-tiba Ludius menggendong Silvia dan membawanya kembali ke Resort.
***
Sesampainya di parkiran, Ludius menggendong Silvia keluar dari mobil dan membawanya kembali ke dalam resort, karena didepan resort tengah ramai orang sedang bakaran ikan, kehadiran Ludius yang menggendong Silvia menyita perhatian mereka.
"Lepaskan aku Tuan Lu.. Kamu menyita perhatian banyak orang tahu…".
"Aku tidak perduli, lagi pula kamu istriku. Apa yang perlu di permalukan".
"Dasar Tuan mesum muka tebal.. ".
Ludius membawa Silvia masuk kedalam kamar yang sudah di desain dengan penerangan yang redup dan begitu banyak bunga. Dia membaringkan Silvia di ranjang yang bertabur bunga mawar. "Sayang,.. Serahkan dirimu malam ini hanya untukku. Aku akan memanjakanmu dengan perlahan dan lembut".
'Suasana seperti apa ini?. Dia mau melakukannya sekarang?'. Batin Silvia, hati dan jantungnya berdebar.
Ludius melepas dasinya dan membuka kancing kemejanya. Perlahan Ludius mendekati Silvia, dan mulainya dengan menyentuh wajah lembut Silvia.
"Relaks sayang, aku akan melakukannya dengan lembut". Bisik Ludius.
Perlahan Ludius menarik res sleting dan membuka Dress yang dipakai Silvia. Semakin lama mereka tenggelam dan larut dalam suasana yang mendebarkan. Setelah melewati hari dengan cinta di penghujung malam ini akhirnya Ludius memberi sentuhan terakhir pada cinta mereka.