Pagi ini Silvia terbangun dengan tubuh penuh tanda dan bekas kenakal dari Ludius, bahkan Tubuhnya masih serasa sakit dan lemas. 'Dasar Ludius, mengapa dia begitu kuat. Aku sampai lemas dihajarnya habis-habisan tadi malam'. Batin Silvia.
Silvia melihat kesekeliling dan tidak melihat dimana Ludius berada. Dia beranjak dari kasur dan melihat secarik kertas di atas meja.
Sayang, pagi ini aku akan mengurus kepulangan kita ke China. Aku sudah meminta seseorang menjemputmu dan meminta pelayan untuk membereskan semua barang-barang bawaanmu. Jaga dirimu baik-baik, di meja makan sudah ada sarapan yang aku persiapkan untukmu. See you Babe..
"Tuan Lu.. Setelah puas bermain denganku tadi malam, sekarang kamu pergi begitu saja. Apa kamu sengaja sepagi ini membuat aku kesal?". Geram Silvia. Silvia akhirnya membersihkan diri dan melakukan semua aktifitasnya sambil menunggu jemputannya datang.
2 jam kemudian, disaat Silvia duduk diruang depan dengan ponsel ditangannya, seseorang tiba-tiba datang dan menyapanya. "Silvia, aku datang untuk menjemputmu dan membawamu kembali ke Apartement. Mulai dari sekarang aku akan menjadi pengawal pribadimu".
Mendengar suara yang familiar, Silvia menoleh kearahnya. "Zain..! Bagaimana kamu bisa ada disini?". Silvia langsung berdiri karena terkejut.
"Suamimu yang memintaku menjemputmu, dia ada urusan yang harus di selesaikan. Karena tidak enak hati pagi-pagi sekali membangunkanmu, dia memintaku untuk menjemputmu. Apakah kamu sudah siap, mana barang bawaanmu? Biar aku yang membawanya". Zain menunjukkan perhatiannya pada Silvia.
Namun sepertinya Silvia mencoba menghindari Zain "Semua barangku ada dikamar, kamu bisa mengambilnya. Kita kembali sekarang". Kata Silvia yang terkesan dingin. Dia melangkah pergi namun Zain mencegahnya dan memegang pergelangan tangannya.
"Silvia, apa kamu sedang mencoba menjaga jarak dariku? Tidak biasanya kamu bersikap acuh seperti ini". Zain bertanya dengan wajah penuh keseriusan. masih tidak melepaskan tangan Silvia.
"Zain, lepaskan tanganku. Aku tidak menjaga jarak darimu, karena pada dasarnya jarak kita memang telah jauh. Aku sudah bersuami, jadi aku harap kamu mengerti dengan batasanmu".
Tanpa sengaja Zain melihat bekas kecupan yang terdapat dibawah dagu Silvia. Seketika dia melepas tangan Silvia, dan mengalihkan wajahnya. "Maafkan aku Nyonya Lu, aku mengerti dengan batasanku, Jadi kamu tidak perlu mengkhawatirkannya". Zain berjalan masuk kekamar tanpa menoleh kembali kearah Silvia.
******
Setelah keluar dari Resort, dia pergi satu mobil dan satu pesawat bersama Zain untuk kembali ke Apartement. Disepanjang perjalanan Silvia dan Zain saling diam tanpa ada sepatah katapun yang keluar. Hingga Zain mengatakan hal yang membuat Silvia teringat akan masa lalu.
"Silvia.. Aku kira janji kita semasa di sekolah dulu akan berakhir pada pertemuan yang indah. Tapi waktu yang telah berlalu memang mampu menelan segalanya. Aku hanya tidak menyangka kamu mencintai pria yang akan selamanya membawamu dalam bayang-bayang masalah dan bahaya. Tidakkah kamu mengerti Silvia, Nyawamu terlalu berharga untuk itu".
"Terima kasih kamu sudah perhatian kepadaku. Semua yang kamu katakan memang benar, mencintai dia berarti harus siap mempertaruhkan segalanya. Tapi aku bukanlah seorang wanita yang berjalan dan hidup tanpa tujuan. Dan aku menikahi dia bukan hanya untuk cinta semata. Aku sudah melihat begitu banyak hal saat bersamanya dan sisi lain darinya yang tidak di ketahui siapapun. Jika mencintainya mampu membuatnya menjadi lebih baik, mengapa tidak..!".
"Kamu terlalu naif Silvia..! Sampai kapanpun seorang Mafia akan selalu hidup dengan berlumuran darah dan terjerat rantai dendam yang tidak berujung".
"Tidak..! Kamu salah, Ludius tidak akan kembali ke dalam lingkaran hitam itu lagi. Jika sekalipun IYA, aku akan menyadarkannya dan membawanya kembali". Sergah Silvia, entah mengapa dia begitu tidak menerima perkataan Zain yang bisa jadi memang sebuah kenyataan.
"Itulah mengapa aku mengatakan kamu terlalu naif, suatu saat kamu akan mengerti dengan apa yang aku katakan".
Setelah pesawat sampai di bandara, Silvia keluar dari pesawat bersama Zain dan mobil sudah menunggu mereka untuk membawa mereka kembali ke Apartement.
"Kamu boleh pergi, ini sudah sampai di Jakarta jadi aku pasti baik-baik saja".
"Aku di Perintahkan untuk menjadi pengawal pribadimu. Berhentilah bersikap keras kepala atau aku akan memaksamu dan mengantarmu sampai di Apartement". Tegas Zain.
"Zain.. Kamu keterlaluan..!". Silvia masuk kedalam mobil dan semua barang bawaannya sudah diletakkan di bagasi. Zain duduk didepan bersama sopir. Akhirnya Silvia tetap kembali ke Apartement bersama Zain.
Di sepanjang perjalanan Silvia tidak sengaja ketiduran. Dan sesampainya di depan gedung Apartement, Zain yang melihat membukakan pintu untuk Silvia melihatnya dalam keadaan tertidur pulas. "Dasar Silvia, kamu masih saja ceroboh seperti dulu. Tidak bisa menjaga diri barang sebentar dan justru tidur dengan pulasnya. Jika orang lain yang mengantarmu apakah mereka akan menahan diri melihat kecantikanmu saat tertidur?". Gumam Zain.
Zain menggendong Silvia masuk kedalam gedung Apartement dan mencari dimana ruangannya berada. Sampai di depan ruangannya, justru pintu masih terkunci. Dalam keadaan menggendong Silvia, Zain mencari kartu cadangan di tas Silvia.
"Akhirnya ketemu". Dengan susah payah Zain membuka pintu, membawa Silvia masuk dan membaringkannya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang, Menunggunya sampai Ludius kembali atau meninggalkannya sendirian disini?".
Perlahan Zain memperhatikan bias wajah Silvia yang tengah tertidur pulas. Wajahnya masih tetap terlihat cantik walau sedang tidur sekalipun. "Haisst.. Mengapa aku berada dalam situasi seperti ini. Ya Sudahlah, aku akan menunggunya disini sampai Ludius kembali". Zain pergi keruangan depan dan duduk untuk menunggu Ludius datang.
Samar-samar Zain mencium parfum ruangan yang menyengat. "Wangi parfum ruangan ini sungguh aneh. Apakah Ludius memiliki selera parfum ruangan yang unik?". Tidak terasa Zain mengantuk dan tertidur di atas Shofa.
***
Selang 2 Jam Kemudian, Ludius kembali ke Apartement bersama Wangchu dan melihat pintu tidak terkunci. Ludius menyusuri ruangan depan dan masuk kedalam kamar. Betapa terkejutnya saat melihat Zain sedang tertidur satu ranjang bersama Silvia di dalam kamarnya.
"Hey.. Hey.. Ludius, apa aku tidak salah lihat?. Ludius, apa istrimu sudah pindah ke lain hati dan bermain dengan mantan kekasihnya". Wangchu sama terkejutnya melihat apa yang terjadi.
"Jaga bicaramu Wangchu, cepat seret Zain keluar. Jangan biarkan Silvia bangun dan tahu apa yang terjadi. Segera ke bagian pengawas CCTV dan lihat apa yang sebenarnya terjadi".
"Baik Boss, siap laksanakan". Wangchu menarik Zain yang masih berada di ranjang keluar dari kamar. Sedangkan Ludius duduk disamping Silvia dan menemaninya sampai dia terbangun.
'Zain.. Baru aku tinggal sebentar kamu sudah berani tidur satu ranjang dengan istriku. Jika aku menemukan bukti bahwa semua ini rencanamu, Aku tidak akan melepasmu begitu saja'. Batin Ludius, dia mengepalkan tangannya dengan perasaan geram yang luar biasa.