Chapter 138 - 138. Jebakan

Ludius masih setia menunggu di samping Silvia, dia tidak ingin membuat Silvia panik dengan aoa yang terjadi. Tidak lama kemudian Silvia terbangun dari tidurnya dan bingung melihat dirinya sudah di Apartement bersama Ludius.

"Kenapa aku bisa tidur di Apartement?, Tuan Lu.. Apa kamu yang membawaku kemari?". Tanya Silvia yang terlihat linglung.

"Iya Sayang, kamu ketiduran saat di perjalanan dan kebetulan aku melihat mobil yang menjemputmu sudah kembali dan membawamu kekamar. Apa tidurmu nyenyak?".

"Entahlah, aku merasa sedikit pusing dan bingung dengan apa yang terjadi. Ohya.. Dimana Zain, dia yang menemaniku kembali kesini. Apakah kamu tidak melihatnya Tuan Lu?".

"Dia pergi untuk membereskan barang bawaanya.

Jangan terlalu difikirkan, mungkin kamu lelah. Sebentar lagi pesawat yang akan mengantar kita kembali ke China tiba. Kamu sepertinya tidak enak badan, Apakah kamu mau menunda penerbangan?". Kata Ludius dingin, Wajah yang ditunjukkannya terlihat berbeda. Seperti ada hal yang mengganjal hatinya dan itu membuat Silvia merasa tidak nyaman.

"Tidak perlu, aku baik-baik saja. Tuan Lu.. Apa kamu sedang marah padaku?. Wajahmu begitu tidak bersahabat dan terkesan dingin. Apa aku melakukan kesalahan?". Tanya Silvia perlahan.

Ludius mengusap kepala Silvia dengan senyuman yang sedikit dipaksakan. "Kamu berfikir terlalu jauh..! Aku ada sedikit pekerjaan, Kamu istirahatlah kembali. Aku akan meminta seseorang membawakan makan siang untukmu". Ludius pergi meninggalkan Silvia dan menemui Zain yang masih berada di tangan Wangchu.

***

Di sebuah tempat terpencil yang masih di kawasan Apartement, Ludius menemui Zain. Zain yang saat itu masih dicekal Wangchu dengan sedikit lebam di wajahnya tersenyum melihat Ludius datang. Karena merasa geram dia memberi pukulan pada wajah Zain.

"Katakan yang sejujurnya, Apa yang sebenarnya terjadi padamu. Bagaimana bisa kamu tidur satu ranjang dengan istriku?". Ludius bertanya dengan tatapan dinginnya karena menahan amarah.

"Tuan Lu… Apakah kamu percaya dengan apa yang kamu lihat kalau aku tidur bersama Silvia?".

"Aku sudah menahan diri Zain. Apa kamu sengaja mempertanyakannya untuk memancing emosiku?. Aku mengenal Silvia lebih baik darimu, aku tahu dia tidak mungkin melakukannya. Katakan apa yang terjadi sebenarnya!!". Gertak Ludius. Emosinya yang di permainkan Zain membuatnya hampir kehilangan kendali.

"Tuan Lu.. Kamu yang berfikiran lebih tenang seperti ini beneran sebuah keajaiban. Maafkan aku, tapi sepertinya aku dan Silvia di jebak seseorang. Tuan Lu.. Apa sebelumnya kamu tidak merasakan parfum ruanganmu yang menyengat?. Aku teledor, sepertinya parfum ruangan itu terdapat obat bius dan dalam sekejap aku tertidur".

Penjelasan Zain membuat Wangchu melepas cekalannya pada Zain.

"Parfum ruangan?, Aku dan Wangchu tidak mencium wangi parfum apapun. Sepertinya pelaku sudah menhilangkan bau parfum itu untuk menghapus jejak. Pelaku mungkin sengaja untuk mengkambing hitamkan kamu agar melepas pengawasanmu pada Silvia. Apa sebelum ini ada yang mengetahui bahwa kamu adalah pengawal pribadinya? ".

"Tidak..! karena ini juga termasuk misi rahasia dari atasan. Jika seseorang tahu sampai sejauh ini pergerakan kita berarti… ".

Ludius memotong perkataan Zain. "Ada mata-mata yang terus mengawasi kita dari jauh. Dan dia juga tahu kamu bagian dari Organisasi Intelejen Keamanan Negara. Pelaku mungkin sengaja mengadu domba agar aku memberhentikanmu menjadi pengawal Silvia. Jika rencana pelaku berhasil maka akan terdapat celah yang besar untuk mereka mengincar Silvia di China nanti. Sekarang pertanyaannya adalah siapa mata-mata itu?". "Wangchu, apakah kamu sudah menemukan rekaman CCTV di bagian keamanan?". Tanya Ludius.

"Sudah, tapi semua bukti rekaman CCTV telah di hapus. Mereka mungkin sudah merencanakannya dari awal. Karena rencana ini tersusun rapih bahkan tidak meninggalkan bukti apapun, pasti pelaku yang melakukan ini bukan orang sembarangan. Jangan khawatir, aku akan menyelidikinya lebih dalam. Ludius dan kau Zain, sebaiknya kalian segera kembali ke China. Aku akan tinggal beberapa waktu untuk menyelidiki tentang masalah ini dan Paman Brahmantya. Entah mengapa aku merasa mereka masoh saling berhubungan. Ohya Ludius, semua bukti hitam dari keluarga inti Al farezi sudah berada di tanganku. Aku akan mengirimkan filenya ke Emailmu".

"Aku serahkan urusan disini padamu. Aku memang harus segera kembali, Sudah tidak ada waktu lagi sampai Rossman Nero menyerang. Zain, kamu akan ikut aku kembali ke China. Ingatlah untuk tetap waspada..! Aku tidak ingin mendengar kecerobohan mu terjadi kembali nanti".

"Tentu saja, aku pasti akan melakukan apapun demi keselamatan Silvia".

Mereka bertiga kembali ketempat masing-masing, Ludius kembali bersama wangchu ke Apartement dan Zain kembalibkerumah untuk mengambil barangnya.

Disaat Ludius akan kembali, tiba-tiba terdengar langkah seseorang dan seketika mereka bertiga bersiaga. "Siapa disana!!". Gertak Ludius.

"Ludius, kamu segeralah kembali ke Silvia. Silvia pasti dalam bahaya saat ini. Biar aku yang membereskan yang disini". Ujar Wangchu.

Sebelum Ludius pergi, Wangchu melemparkan senjata api Dessert Angle milik Ludius.

"Wangchu, bahkan selama di Indinesia kamu masih membawa senjata milikku?. Kamu lumayan kritis juga!".

Ludius segera berlari kembali ke Apartement, dia lengah dan sesuatu pasti terjadi pada Silvia. "Aku

Seharusnya tidak meninggalkan Silvia sendiri. Sial, kali ini aku lengah. Sayang, aku harap kamu tidak dalam keadaan bahaya".

"Tidaaaak…!!". Tidak jauh dari Apartement milik Ludius, terdengar sebuah teriakan.

Ludius yang mendengar teriakan semakin cemas dan mempercepat langkahnya. Sampai didepan Apartement Ludius mendobrak pintu.

Braaak…!!

Didalam sudah ada Silvia yang berada di tangan 2 orang yang memakai pakaian serba hitam dengan penutup wajah. Sepertinya Silvia pinsan karena pengaruh obat dari kedua orang itu.