Sha shuang berjalan menghampiri putranya. "Bukankah aku pernah mengatakan kalau aku sudah mempunyai putra dari hubungan kita. Azell adalah putramu Ludius, seharusnya kamu bisa merasakannya walau kalian tidak pernah bertemu". Wajah Sha Shuang yang terlihat sedih membuat Azell memandang wajahnya.
"Pa.., aku tidak tahu menau mengenai siapa Papa sebenarnya. Tapi bersikap kasar terhadap Mama itu bukan hal yang benar". Azell berkata dengan cerdasnya. Dia berdiri tepat tanpa rasa takut atau canggung didepan Ludius dan Silvia.
"Ludius, Kamu tidak seharusnya bersikap seperti itu. Bahkan anak kecil pun tahu yang kamu lakukan itu salah. Lebih baik kamu sambut putramu dengan pelukan. Tidak baik berdebat didepannya saat ini". Silvia berkata dengan tenang meski hatinya bergemuruh dan terasa seperti tersayat-sayat.
"Tapi bagaimana denganmu, aku tidak bisa semudah itu menerima anak yang belum tentu putraku". Sergah Ludius, dia merasa bersalah jika begitu saja menerima anak kecil dari wanita lain.
"Jangan fikirkan aku, aku baik-baik saja meski ini membuatku syok. Aku bukanlah Silvia yang cengeng seperti dulu, aku sudah menata hatiku sebelum kita kembali ke sini. Azell putramu atau bukan kita fikirkan nanti, lebih baik kamu turuti keinginannya untuk saat ini". Silvai menjawab dengan senyuman.
Ludius menerima saran Silvia, dia menundukkan tubuhnya dan merenggangkan tangannya untuk menerima pelukan Azell.
"Papa.. Aku tahu Papa pasti akan memelukku suatu hari nanti. Aku sudah lama ingin bertemu denganmu Pa..". Azell memeluk tubuh bidang Ludius dengan gembira.
"Azell anak yang baik, aku juga senang bertemu denganmu. Kamu masih kecil tapi sudah mengerti banyak Hal. Kamu sungguh anak yang cerdas". Ludius berkata dengan dewasa, dia mengusap kepala Azell dan membuat Azell merasa percaya diri.
"Tentu saja, karena Azell adalah putra Papa. Jika Azell besar nanti, Azell pasti akan menjadi laki-laki yang hebat seperti Papa".Kata Azell bangga.
Ludius mengangkat Azell dan menggendongnya. Raut wajahnya terlihat senang layaknya seorang Ayah yang sebenarnya. Namun disisi lain dia juga merasa tertekan dengan yang apa yang terjadi.
'Anak ini begitu cerdas, Apakah dia benar-benar putraku?. Aku harus secepatnya memikirkan hal ini sebelum aku kehilangan kendali atas situasi yang terjadi. Hal seperti ini yang paling terluka saat ini adalah Istriku. Sebaiknya apa yang harus aku perbuat saat ini?'.
Ludius menurunkan Azell dari gendongannya. "Azell, kamu turunlah dahulu dan bisakah kamu bermain dengan Paman Zain dan Paman Longshang?. Mereka akan membawamu jalan-jalan ketaman hiburan. Aku ada urusan sebentar dengan Mamamu". Pinta Ludius pada Azell,
"Baik, Papa.. Aku akan bermain dengan Paman sesuai keinginan Papa..!". Jawab Azell. Dia berlari ke arah Zain, pria yang baru di lihat Azell.
Ludius mulai memikirkan apa yang harus dia perbuat disaat seperti ini. Menghadapi wanita memang lebih sulit dari pada menghadapi musuh yang bersenjata. Selain berdampak pada emosional hal seperti ini juga berdampak pada masa depan hubungan pernikahannya dengan Silvia. Ludius menghampiri Longshang dan meminta bantuannya.
"Longshang kamu temani Azell bersama Zain dan ikuti kemanapun yang dia inginkan. Aku akan mengurus hal ini dan memberi kejelasan pada Sha shuang. Aku ingin menanyakan satu hal, Sha shuang datang kemari mengapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya?. Apakah kamu tahu, akibat dari kelalaianmu ini bisa berakibat buruk pada hubunganku dengan Silvia!!".
"Dari awal aku ingin memberitahumu, tapi Sha shuang terus saja mendesak untuk ku tetap diam. Entah mengapa, mantan kekasihmu itu sedikit berbeda dari 5 tahun yang lalu. Dia seperti orang lain yang terlihat lebih mengarah ke ambisi dari pada sebuah cinta. Bagaimanapun, aku tetap mendukungmu dengan Silvia, dia sudah berjuang selama ini demi kamu juga Perusahaan".
"Benar, sorot matanya memang terlihat berbeda, Shashuang yang kukenal adalah wanita yang tidak berambisi pada kekuasaan. Lakukan hal yang sama pada Azell, segera uji DNA untuk mengetahui hasilnya".
Ludius menyerahkan pengawasan Azell pada Longshang, dan membawa Silvia untuk pergi menyelesaikan masalah ini dengan Shashuang.
"Sayang.. Apa kamu tidak keberatan ikut denganku untuk menyelesaikan masalah ini dengan Shashuang?".
"Tidak sama sekali, aku juga ingin tahu apa yang di inginkan wanita itu". Jawab Silvia dengan sedikit memaksakan senyumnya.
Dengan saling bergandeng tangan Ludius membawa Silvia ke Shashuang yang masih berdiri terpaku melihat kemesraan mereka.
"Ludius, apa kamu sengaja memamerkan kemesraanmu didepanku?". Tanya Shashuang dengan geramnya. Tanpa sadar tangannya meremas lengan tas yang dia bawa dengan sangat kuat.
"Aku sedang tidak memamerkan kemesraanku padamu, karena nyatanya Silvia adalah istriku. Jika kamu ingin aku memberikan status pada Azell, datang ke Restaurant Garden sekarang juga, Aku tunggu. Keputusan ada ditanganmu, aku tidak memberikan penawaran lebih dari ini".
"Baik aku akan datang..". Shashuang menatap sinis Silvia dan pergi dengan emosi yang sudah berada di ubun-ubun. Mungkin apa yang terjadi tidak susuai rencana yang dia susun.
"Ludius, apa tidak apa-apa kamu mengambil keputusan seperti ini. Dia terlihat begitu kesal dan marah. Jika benar Azell putramu keputusan apa yang akan kamu ambil?". Silvia bertanya dengan tenang, namun sejatinya hatinya merasa resah membayangkan keputusan apa yang akan Ludius ambil.
"Apapun keputusanku, Aku tidak akan melepaskanmu atau membagi cintamu. Karena itu janjiku pada Ibumu Sayang. Pantang bagi Ludius mengingkari Janji pada orang yang aku cintai. Aku harap kamu bisa Bersabar sedikit lagi". Ludius mengecup kening Silvia. Dan pergi dari bandara menuju Restaurant Garden .