Chapter 151 - 151. Pria berwajah tenang

Mata Ludius menatap Lithian sadis, dia yang melihat Silvia memandang lama Lithian merasa jengkel dan mengeratkan rangkulannya. "Sayang.. Mau seberapa lama lagi kamu akan memandangnya?. Apakah Lithian lebih menarik perhatianmu dari pada wajah suamimu?". Sindir Ludius,

"Tuan Lu.. Perkataanmu itu sungguh tidak ber alasan! Aku hanya membalas sapaannya dan kamu malah berkata seperti itu?. Ya Ampun Tuan Lu, cemburu juga ada batasnya kali!". Balas Silvia tidak kalah jengkelnya.

Lithian berjalan mendekat, dia mengulurkan tangannya dengan senyumnya yang menawan. "Silvia, sudah lama kita tidak bertemu sejak terakhir kali. Bagaimana keadaanmu?". Tanya Lithian, dia berkata santai tanpa memperdulikan Ludius yang menahan jengkel didepannya.

"Ah.. Aku baik-baik saja. Lithian kamu sendiri bagaimana keadaannya?. Aku masih teringat Hari itu.. Maaf karena aku tidak menjengukmu, padahal kamu terluka karenaku".

"Lupakan waktu itu. Sekarang seperti yang kamu lihat, aku masih sama seperti yang dulu. Menanti kamu berpaling dan datang menghampiriku".

Perkataan Lithian yang terang-terangan membuat emosi dan kesabaran Ludius habis. Ludius menatap Lithian tajam dengan wajah yang tidak bersahabat.

"Tuan Li.. Lama tidak berjumpa kamu masih saja menggoda wanita yang sudah bersuami. Apa Tuan dari Huangshi Grup ini sudah kehabisan stok wanita?".

"Tuan Lu.. Kalaupun stok wanita begitu banyak, tapi hanya Silvia seorang yang menarik perhatianku. Tuan Lu jangan lupa, selama Tuan Lu menghilang 2 tahun yang lalu, akulah yang selalu ada disisi Silvia. Kedekatan kami tidak hanya sebatas ini, bahkan sebelum Tuan Lu datang akulah yang terlebih dahulu ada di sisinya".

"Tuan Li.. Kamu adalah seorang pria tapi mulutmu begitu berbisa. Jika tidak ingin racun bisa mu menyebar dan melukai Silvia, sebaiknya kamu jaga perkataanmu!".

Silvia yang berada di tengah-tengah keributan mereka merasa bosan mendengar perkataan mereka yang tidak akan tahu kapan ada ujungnya. Silvia melepas rangkulan Ludius dan mundur beberapa langkah. "Tuan Tuan sekalian jangan hiraukan aku, lanjutkan saja debat kalian. Aku masih harus melihat kemana Azell pergi. Sampai jumpa!". Kata Silvia dengan senyuman. Dia berjalan mundur, lalu berbalik arah dan pergi.

"Aaargh.. Dasar 2 pria aneh, setiap ketemu pasti adu mulut, Petasan saja tidak seribut mereka. Kalau aku terlalu lama bersama mereka, bisa-bisa aku ketularan mulut mereka yang seperti bebek. Tidak ada hari tanpa adu mulut!".

"Sayang..!" Panggil Ludius, namun Silvia tidak menghiraukannya.

Silvia berbicara dan mengumpat tidak jelas dengan pandangan yang tidak terarah membuatnya tidak sengaja menabrak seseorang hingga baramg bawaan orang itu terjatuh.

Bruuak..

Seluruh barang bawaan seseorang terjatuh membuat Silvia kaget dan tersadar dari sikapnya Barusan. Silvia langsung berjongkok dan mengutip semua barang-barang yang berserakan. Terdapat laptop dan Map yang entah apa isinya berserakan di lantai.

"Maaf.. Maaf.. Karenaku semua barang-barangmu terjatuh". Silvia beranjak dan mengangkat wajahnya melihat siapa yang dia tabrak. Terlihat pria tampan dengan sikap elegan dan tatapan mata yang begitu tenang, tanpa adanya emosi ataupun amarah.

"Tidak perlu meminta maaf, itu juga salahku karena tidak berhati-hati. Terima kasih karena telah mengambilkannya untukku. Bisa aku minta semua barangnya?". Tanya si pria yang masih melihat Silvia terdiam tanpa menyerahkan semua barangnya.

"Ah.. Iya, maafkan aku. Jika ada kerusakan di Laptopmu, kamu bisa mencariku". Tawar Silvia.

"Itu tidak perlu, sebagai gantinya maukah kamu memberitahukan namamu?. Perkenalkan, aku Daniel Qin". Mengulurkan tangan,

"Aku Silvia. Ohya untuk yang tadi, sekali lagi aku benar-benar minta maaf. Ini kartu namaku, kamu bisa mencariku kalau ingin meminta ganti rugi". Silvia mengambil kartu namanya didalam tas dan memberikannya pada Daniel. "Karena tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Kalau begitu sampai jumpa". Silvia berbalik arah dan melanjutkan langkahnya.

Silvia melanjutkan kelilingnya, dia sampai di depan sebuah toko pakaian pria dan melihat ada jas yang menarik perhatiannya.

"Jas long coach, pasti sangat cocok kalau dipakai tubuh atletis Ludius. Tuan Lu, aku kasih kamu hadiah, kamu mau bayar aku pake apa?". Gumam Silvia. Dia masuk kedalam toko dan disambut oleh pegawai yang berjaga didepan.

"Selamat datang Nona, ada yang bisa saya bantu?". Tanya pegawai sopan, dia menundukkan tubuh menyambut pelanggan dan mengantar masuk.

"Dari depan saya sudah melihat ada Jas Long Coach. Bisa tolong ambilkan. Aku ingin melihatnya, siapa tahu cocok untuk suami saya".

"Maaf Nona, jas yang anda ingin pegang adalah Jas Branded keluaran terbaru. Tidak sembarangan orang bisa membelinya, jadi maaf saya tidak mengizinkan anda untuk hanya sekedar menyentuhnya".

"Hufft..!". Silvia seketika menghela nafas mendengar pegawai angkuh dan sombong seperti orang yang ada didepannya. "Mbak, Apa seperti ini cara pegawai melayani pelanggan. Jangan hanya karena penampilan anda menilai orang seenaknya saja. Saya bisa laporkan anda pada Manajer Mall!". Ancam Silvia karena jengkel.

Pegawai yang masih bersikukuh dengan pendapatnya memanggil pegawai lain untuk menghadapi Silvia. Tidak lama 1 pegawai lagi yang bersikap angkuh datang dan berkacak pinggang menyambut Silvia.

"Hei Nona, jika tidak mempunyai uang jangan pernah berfikir untuk mendapatkan sesuatu yang mustahil. Didunia ini tidak ada yang murah dan gratis!". Umpat si pegawai dengan angkuhnya.

"Mbak Pegawai, dulu aku diam saat ada orang yang menindas orang lain. Tapi jika wanita seperti kalian aku biarkan berkeliaran, bisa jadi dunia ini akan kiamat karena dipenuhi wanita tidak berpendidikan yang angkuh dan sombong seperti kalian!". Silvia mengambil kartu Gold unlimitide di dalam tasnya dan melempar ke arah wajah pegawai yang ada didepannya.

Plaaak…!

Kartu Gold terlempar tepat mengenai wajah pegawai

"Makan tuh uang. Bukankah itu yang kalian inginkan?". Balas Silvia, kini dia berbicara dengan dinginnya. Aura kemarahan dari Silvia bahkan mampu membekukan tempat itu dalam sekejap.

Pegawai yang menerima kartu Gold melihat nama pemilik kartu. Dan di ujung kartu terlihat nama Ludius Lu Perusahaan Tangshi Grup. Seketika pegawai terdiam membatu dan perlahan memandang Silvia dengan perasaan harap-harap cemas. Belum sempat pegawai berkata-kata Ludius dari arah depan datang.

"Apa yang kalian lakukan pada istriku! Apakah kalian tidak tahu siapa wanita yang telah kalian Bully?". Tanya Ludius tegas.

"Tu.. Tuan Lu, maafkan saya. Saya sungguh tidak bermaksud untuk..". Belum selesai pegawai berbicara Ludius memotong perkataannya.

"Aku butuh penjelasan dari kalian. Semua yang kalian lakukan sudah terlihat jelas di depan mataku, lihatlah! Apa yang akan manajer kalian lakukan. Manajer!!!". Panggil Ludius tegas.