Chapter 178 - 178. Kenakalan Suami Bag. 2

Keesokan harinya,

Pagi bersambut dengan suara kicauan burung yang singgah di pepohonan dekat taman rumah. Terik matahari yang masih samar-samar sembunyi menyusup melewati celah jendela menyorot tajam kedalam kamar yang gelap.

Mungkin sekarang waktu menunjukkan sekitar pukul 05.00, Silvia yang semalaman tidak bisa tidur karena memang sedang dalam keadaan kurang baik, ia juga terganggu dengan Ludius yang sengaja tidur telanjang dada mendekap erat dirinya.

Silvia membuka selimut dan perlahan beranjak dari kasur karena takut membangunkan suaminya yang akhir-akhir menjaganya. Ia mengambil handuk dan berencana untuk mandi selagi Ludius masih belum bangun.

Meski suhu tubuhnya belum sepenuhnya turun, tapi jika Silvia menunda mandinya, ia tidak tahu lagi apa yang akan terjadi kalau Ludius sampai mengetahui dirinya sedang ada dikamar mandi.

"Arrgh.. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika pria mesum itu benar-benar memergoki aku sedang mandi. Kemarin malam saja dia terang-terangan telanjang dada tidur disampinku tanpa malu!!". Gerutu Silvia. Tiba-tiba saja Silvia teringat Ludius yang baru keluar dari kamar mandi. It's so perfect body.. Hati dan fikiran Silvia sejenak tidak terkendali.

Suara gemercik air shower di pagi hari rupanya membangunkan Ludius yang masih menikmati paginya. Sejurus fikirannya berubah liar mendengar suara shower yang mengganggunya.

"Sejak menikah, aku jarang sekali melihat istriku mandi didepan ku. Sekali-kali tidak masalahkan kalau aku menantinya keluar dari kamar mandi, atau lebih baik aku temani istriku mandi saja?".

Ludius merubah posisi tidurnya menyamping menghadap ke arah pintu kamar mandi dengan tangan menyangga kepala, seolah menanti saat dimana Silvia keluar.

Krekk…

Silvia dengan santainya keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk kimono, ia yang berjalan sambil mengeringkan rambut dengan handuk terlihat seksi. Tubuh tinggi semampai yang hanya memakai kain kimono untuk menutupi sebagian tubuhnya berpadu dengan rambut basah yang menetes serta wangi dari lulur, seketika memikat Ludius.

"Sayang.. Pagi ini kamu terlihat cantik, sayang sekali aku jarang melihatmu seperti ini". Sapa Ludius.

Silvia langsung mengangkat kepalanya melihat kearah kasur. Benar saja Ludius sedang memandangnya dengan santai tanpa mengedipkan matanya. "Apakah Tuanku ini sangat menyukai pemandangan yang erotis? Sudah berapa wanita yang kau pandangi seperti ini!!". Tanya Silvia ketus, ia melemparkan handuk basahnya pada wajah Ludius.

"Makan nih handuk!! Dasar mata keranjang!!". Silvia pergi dari hadapan Ludius,

Secepatnya Ludius beranjak dari kasur dan menarik lengan Silvia hingga jatuh ke atas ranjang. "Sayang, kamu tahu apa arti bagi seorang pria jika ada wanita melempar handuk padanya?".

Ludius memblok tubuh Silvia hingga ia tidak bisa berkutik. Posisi Silvia yang terbaring tepat di bawah Ludius memaksanya untuk melihat jelas wajah Ludius. "Mana kutahu! Aku ini wanita polos baik-baik, mana mungkin aku tahu hal seperti itu". Kata Silvia berkilah.

"Sayang.. Sejak beberapa hari kau selalu memancing keliaranku. Sepertinya istriku ini memang perlu di beri sedikit pelajaran atau olahraga pagi agar tidak jahil kepada suamimu". Harum tubuh Silvia membangkitkan gairah Ludius, ia mencium leher hingga kebagian belahan dada.

Wajah Silvia mulai memerah menahan hasrat yang Ludius berikan, ia mendesah setiap menerima sentuhan yang Ludius berikan.

"Suamiku hentikan, aku sedang hamil. Bukankah kau tahu kalau olahraga seperti ini tidak baik untuk wanita hamil?". Cegah Silvia.

"Selama beberapa bulan ini kita tidak melakukannya, tidak ada yang salah jika kita melakukannya sesekali. Sayang jangan khawatir, aku akan melakukannya dengan lembut". Balas Ludius, ia masih belum mau menghentikan keliarannya.

Suhu tubuh Silvia yang semula sudai mulai turun tiba-tiba naik secara drastis. Perasaan dan ingatan malam pertama singgah begitu saja membuat Silvia tidak bisa lagi menggambarkan bagaimana perasaannya saat ini.

Namun Silvia sadar, ini bukanlah waktu yang tepat untuk bermain seperti ini, apalagi Azell senang masuk kekamar seseorang tanpa bersuara. Ia yang sudah ada dalam genggaman Ludius bingung mencari cara agar Ludius menghentikan niatnya.

"Tap.. Tapi, ini masih pagi Ludius. Bagaimana kalau Azell tiba-tiba main kerumah dan masuk kekamar ini? Apa kamu tidak takut ketahuan anakmu sedang bermain?". Kata Silvia masih beralasan.

Sejenak Ludius terdiam, "Ish.. Kau pandai membuat alasan". Ludius melepas Silvia dan beranjak dari atas tubuh Silvia.

"Baiklah, sayang pagi ini kau menang. Tapi sebelum ittu... ". Lagi-lagi Ludius menarik Silvia hingga jatuh tepat ke dalam pelukan Ludius. Tanpa aba-aba Ludius mencium bibir merah Silvia.

'Ciuman yang lembut, meski ini sebuah paksaan. Mengapa aku menikmatinya?'.

Perlahan ia melepas ciuman Ludius. Silvia yang terlanjur malu memilih untuk langsung pergi dari depan Ludius.

"Ingatlah aku akan menunggumu malam nanti Sayang..". Teriak Ludius sedikit mengingatkan. Ludius melepas Silvia yang sudah menahan malu hingga tergambar jelas merah merona yang menghiasi wajahnya.

Istri liar yang sungguh pemalu, bahkan setelah menikah beberapa bulan masih tidak sanggup menahan rona merah hanya karena sebuah ciuman. Silvia yang seperti ini Benar-benar seperti saat pertama kali bertemu..

***

Silvia yang masih memakai handuk kimono berjalan cepat kekamar sebelah untuk sekedar mengganti pakaian. Silvia tahu jelas kalau dirinya masih tetap di kamar bersama Ludius, ia tidak akan semudah itu lepas dari suaminya.

"Pakai Dress apa enaknya yah hari ini?". Silvia memilih Dress di dua lemari. Ia menemukan sebuah Dress sederhana dengan lengan dan bagian dada yang tertutup. Silvia segera memakai Dressnya sebelum Ludius menyusul dirinya kekamar sebelah.

"Sayang.. Kamu ada didalam?". Tanya Ludius yang berada di luar pintu kamar.

"Sebentar.. Masih belum selesai Tuan Lu". Silvia lagi-lagi memilih pakaian yang sulit untuk dipakai. Ia kesusahan menarik resleting belakang yang memanjang kebawah.

"Sayang.. Kalau kamu kesusahan apa salahnya meminta bantuanku?".

Silvia berjingkat, ia kaget dan langsung menoleh kebelakang. Bagaimana tidak.. Seseorang masuk tanpa meninggalkan suara apapun.

"Tuan.. Kau hantu atau apa? Kalau masuk kekamar seseorang permisi dulu kek! Main selonong itu nggak bener!". Omel Silvia.

"Baiklah istriku yang cerewet, sekarang berbaliklah kedepan. Biar ku bantu menarik resletingnya".

Mungkin membantu menarik resleting hanyalah alasan Ludius belaka, mereka yang sedang berdiri di depan cermin membuat Ludius mendekap Silvia dari belakang. "Lihatlah ke cermin sayang.. Didalam cermin terlihat jelas aku sedang mendekapmu".

Silvia menoleh tepat kewajah Ludius. "Apa maksudmu Tuan?".

"Tidak ada maksud apa-apa, aku hanya ingin mengatakan, dimanapun kamu berada aku akan selalu menemanimu seperti ini".

Lagi-lagi perkataan sederhana Ludius mampu menembus kedalam perasaan Silvia. Seorang Ludius yang memiliki segalanya dan mampu mengatakan kesombongan serta keangkuhan justru memilih kata sederhana untuk mengungkapkan perasaannya. Seakan Ludius membuang semua yang ia punya dan memilih merendah di depan istrinya.

Perasaan Silvia tentu sejenak melayang, wanita manapun jika mendengar suami membuang kesombongannya dan merendah didepan istri dengan kata-kata sederhananya pasti akan takluk.

"Ehm.. Tuan Lu, aku ingin makan nasi goreng buatanmu". Rengek Silvia tiba-tiba memecah suasana yang tengah romantis.

Seketika Ludius mengeryitkan kening, ia tentu saja kesal suasana yang tengah romantis pecah hanya karena sebuah Nasi goreng.