Chapter 179 - 179. Kenakalan Suami Bag 3

"Sayang, sepagi ini ada apa kamu minta nasi goreng? Kondisimu kan masih belum pulih, Untuk saat ini hanya boleh makan bubur!". Ludius memperingatkan kondisi Silvia saat ini.

"Ayolah sayang, sepagi ini aku benar-benar ingin makan nasi goreng buatanmu, Nggak mau yang lain". Silvia geleng-geleng kepala menolak manja.

Jangan berfikir kalau Silvia itu adalah wanita dewasa yang tidak melakukan banyak kekonyolan hanya karena suaminya seorang terpandang atau dirinya wanita yang bermartabat. Silvia yang seperti ini justru selalu membuat Ludius berfikir

Wanita menarik seperti Silvia cukup hanya aku yang mengetahui kekonyolannya.

Ludius sesaat tersenyum simpul kala mendengar kata SAYANG..! Sejak kapan Silvia mulai menjadi wanita yang begitu ROMANTIS??

"Istriku tercinta, Memang harus banget ya.. Suamimu ini masakin nasi goreng untukmu?". Tanya Ludius pelan,

"Harus!! Ini yang minta calon baby kamu loh.. Bukan aku!!". Timpal Silvia sewot. Ia memalingkan tubuhnya membelakangi Ludius.

"Baiklah.. Aku mengaku kalah". Ludius kembali mendekap Silvia untuk menenangkan perasaannya. "Kamu duduk dulu sayang, tunggu aku di ruang makan. Ingat! Jangan melakukan hal konyol lagi seperti kemarin".

"Ok!!". Jawab Silvia singkat sambil melingkarkan jemarinya membentuk huruf O. "Selamat berjuang Mr. Lu". Katanya dengan Ciuman lembut melesat di wajah Ludius. Silvia pergi dari kamar dengan senyum manisnya yang menggoda.

Ludius yang masih memakai pakaian tidur lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dikamar mandi dengan shower yang mengucur deras tangannya begitu saja memegang pipinya yang menerima ciuman Silvia. Hangatnya bibir Silvia seakan masih membekas.

"Satu hari, hanya satu hari saja seperti ini rasanya tidak buruk. Meski pada akhirnya aku harus kembali pada sebuah kenyataan".

Beberapa saat telah berlalu, setelah keluar mandi dengan tubuh hanya berbalut handuk. Ludius membuka lemari pakaian, ia berniat langsung memakai kemeja karena ia memang harus pergi kekantor. Namun pandangan matanya tertuju pada sebuah hem yang tergantung bersama pakaian yang lain.

"Hem ini adalah pemberian dari Silvia waktu di Indonesia dulu, tidak ada salahnya aku pakai bersamaan dengan jas".

Ludius mengambil hem hitam dengan campuran aksen batik solo yang khas. Lalu ia mengambil Jas dan celana resmi untuk dipakainya nanti ketika akan berangkat ke kantor.

"Model hem yang sebenarnya sederhana namun modis, tidak buruk juga".

Ludius berdiri di depan cermin untuk membenahi diri setelah memakai hemnya. Ia bergegas keluar kamar untuk memasak sarapan pagi, ia tidak ingin Silvia menunggu lama.

***

Didapur Bibi Yun sedang mempersiapkan sarapan untuk mereka. Ia bingung sekaligus kagum melihat Tuannya ada didapur dengan pakaian yang tidak biasa Ludius pakai.

"Bibi Yun, kau bisa lakukan pekerjaan yang lain. Aku akan memakai dapur ini sementara". Kata Ludius yang baru saja datang, ia mengambil celemek yang tergantung di lemari dapur.

"Baik Tuan, ada yang bisa saya bantu?". Tanya Bibi Yun. Ia masih heran dengan apa yang akan Ludius lakukan.

"Tidak perlu, kau boleh pergi".

"Baik Tuan". Bibi Yun tidak ingin mengajukan pertanyaan lebih banyak lagi. Ia langsung pergi meninggalkan bahan-bahan yang sudah ia racik untuk membuat menu sarapan.

Dengan cepat Ludius menyiapkan bahan-bahan masakan nasi goreng, seperti nasi putih, sayur kol, telur, tomat, sosis atau kornet.

Karena Ludius tidak ingin repot mengulek bahan, ia lebih memilih memotongnya lembut. Teknik pisau yang mumpuni sebenarnya dapat dengan mudah membuatnya mendapatkan lisensi memasak.

***

Disisi lain, Silvia yang baru keluar dari kamar mendengar suara seseorang di ruang tamu. Samar-samar namun pasti, Silvia yang merasa belum ada orang yang menyambut tamu turun dari lantai atas untuk melihat siapa yang berkunjung dipagi buta.

Langkah Silvia terhenti di ambang pintu dalam yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang keluarga. Siapa sangka, Shashuang masih memiliki muka untuk datang berkunjung.

"Selamat pagi Nona Shu, ada keperluan apa kamu pagi-pagi sekali berkunjung ke kediaman Lu?". Sapa Silvia.

"Pagi Nyonya Lu, pertanyaanmu sungguh tidak mendasar! Ingatlah! Azell masihlah putra kandung suamimu. Aku datang kemari tentu saja untuk mempertemukan Ayah dengan anaknya. Kecuali memang ada hal yang kau sembunyikan hingga tidak mengizinkan Azell menemui Ayahnya". Shashuang masuk kedalam ruang tamu, ia dengan anggunnya duduk di sofa dengan tangan masih mencekal tangan Azell.

Silvia berdiri terpaku melihat Sashuang masuk ke dengan menggandeng Azell. "Jaga perkataanmu Nona Shu. Kau mengatakan ada hal yang aku sembunyikan dari Ludius?. Jika ingin mengatakan omong kosong seharusnya kau memikirkannya berulang kali. Tenang saja Nona Shu.. Aku sangat menyambut kalian disini. Jika mencari Ludius dia masih ada didapur untuk memasak". Kata Silvia dengan menghela nafas panjang.

Setengah emosi sudah menguasai Silvia, ingin sekali Silvia mengatakan banyak hal pada Shashuang tapi ia masih teringat ada Azell diantara mereka.

Azell yang sedari tadi di gandeng melepas tangannya dan berlari kearah Silvia. "Bibi.. Boleh aku menemui Papa di dapur". Tanya Azell, ia memandang ke atas melihat ke arah Silvia.

"Tentu saja, Azell temuilah Papamu yang sedang memasak. Jangan khawatir, Nona Shu akan disini dengan Bibi". Silvia mencubit pipi Azell gemas sebelum Azell berlari pergi ke dapur.

Silvia melangkah ke arah sofa dan duduk di sofa bagian depan Shashuang. Silvia duduk dengan tatapan tajamnya memulai pembicaraan.

"Nona Shu, terus terang saja aku tidak suka basa basi. Katakan sejujurnya, mengapa kau masih saja mengganggu hubunganku dengan suamiku? Apa tujuanmu sebenarnya?".

Shashuang terdiam cukup lama, ia justru tersenyum seringai mendengar pertanyaan Silvia. "Nyonya Silvia, apa kau takut suamimu akan jatuh dalam pelukanku? Pertanyaanmu ini sama saja kau meragukan Ludius. Aku kemari hanya untuk mengantar putraku menemui Ayahnya. Memang apa salahnya dengan ini?".

"Baiklah.. Aku tidak akan melanjutkan pertanyaanku. Ohya, aku hanya ingin mengatakan ini sekali. Ingatlah posisimu Nona Shu! Jangan melangkah lebih jauh atau kau akan menyesal".

Perbincangan Silvia dan Shashuang terpotong mendengar suara Ludius dari arah ruang makan.

"Sayang.. Sarapanmu sudah siap". Terdengar panggilan dari ruang makan.

Silvia berdiri dengan tersenyum tipis "Nona Shu, anda dengar.. Suamiku telah memanggil kita untuk sarapan bersama. Mari.. Saya persilahkan Nona Shu untuk menuju ruang makan".

"Tidak perlu.. Aku akan kembali sekarang". Balas Shashuang, ia merasa sangat geram mendengar setiap perkataan Silvia. Terakhir kali Shashuang mengikuti makan bersama ia justru melihat kemesraan Ludius bersama Silvia.

"Tunggu dulu Nona Shu, jangan menolak niat baik kami untuk mengajak anda makan bersama. Setelah sarapan bersama anda bisa kembali". Cegah Silvia.

'Shashuang, aku sudah bersabar untuk setiap sikapmu. Mungkin ini sedikit kejam, tapi aku harus tunjukkan padamu dimana posisimu di kehidupan Ludius. Aku harap dengan ini kau berhenti dan menemukan kehidupan barumu!'.