Chapter 180 - 180. Sarapan Pagi,

Azell berlari kecil menyusuri ruang makan sebelum sampai ke dapur. Ia mendekati Ludius yang baru saja selesai memasak.

"Papa, Azell datang untuk menemui Papa". Panggil Azell yang sudah berada di belakang Ludius.

Ludius menoleh ke belakang, ia meletakkan bekas penggorengan ke wastafel. Satu piring besar nasi goreng telah matang, cukup untuk beberapa porsi orang.

"Azell kau kemari dengan Mamamu?".

"Iya Pa, ohya.. Papa keren sekali memakai celemek. Sudah seperti koki profesional loh Pah".

Perkataan yang simpel, namun terdengar seperti ledekan yang menohok membuat Ludius merasa bahwa harga dirinya telah turun dimata putranya.. Ludius hanya bisa tersenyum kecut, ia mengangkat Azell dalam gendongannya.

"Bibi Yun..". Panggil Ludius.

Dengan segera Bibi Yun datang mendengar panggilan Ludius. "Ada apa Tuan memanggil saya?". Tanya Bi Yun.

"Bi.. Tolong bawa nasi gorengnya ke ruang makan. Siapkan makanan lain untuk pendamping dan juga dessert untuk Azell".

"Baik Tuan"

"Azell ingin makan dessert apa?. Papa punya pudding mangga kesukaan. Azell mau?".

"Boleh, Azell suka pudding..". Katanya girang..

"Azell, kau panggil Bibi Silvia dan Mamamu. Kita sarapan bersama, nanti Papa menyusul".

"Baik Pa".

Ludius menurunkan Azell yang terus berlari kembali ke ruang tamu.

Sebenarnya Ludius selalu merasa tidak nyaman jika Shashuang datang ke Mansion ini meski dengan alasan mengantar Azell. Ia selalu merasa ini tidak adil untuk keduanya,

"Aku harus secepatnya mencari pasangan untuk Shashuang, dia tidak bisa terus begini". Ludius melepas celemeknya dan menaruh kembali ke lemari.

Ludius keluar dari dapur untuk menemui kedua wanita yang sepertinya sedang dalam keadaan perang dingin, apalagi mood Silvia akhir-akhir ini sedang tidak stabil.

"Sayang, sarapannya sudah siap". Panggil Ludius dari ruang makan. Ia diam-diam mengintip kedua wanita yang sedang berdebat tentang dirinya.

Sedikit merasa bangga menjadi rebutan dua wanita, apalagi mendengar perkataan Silvia yang mengisyaratkan : Tidak ingin melepasnya meski Shashuang melakukan trik apapun. Meski hanya hal sepele, ia tetap tersenyum menang. Seakan tengah mendapatkan jacpot.

"Istriku sudah mulai menakutkan, dia bahkan secara terang-terangan berani memperingatkan Shashuang. Entah apalagi yang akan terjadi jika dia mengetahui hal lebih jauh lagi. Wanita memang mahluk paling menyeramkan jika sudah terpancing amarah". Gumam Ludius. Ia duduk di bagian kanan meja makan yang menanjang sambil menanti yang lain.

"Suamiku, kamu udahan masak nasi gorengnya?". Tanya Silvia yang masuk ke ruang makan bersama Azell dan Shashuang.

"Papa.. Aku mau nasi goreng buatan Papa". Kata Azell berlari kearah Ludius dan menatap dengan manja.

"Tentu.. Azell, temani Mamamu untuk sarapan bersama disini. Kebetulan aku masak lumayan banyak dan masih cukup untuk beberapa orang".

Bibi Yun datang membawa Nasi goreng yang Ludius masak, serta beberapa makanan pendamping seperti tempe goreng, lalapan serta sambal, semua khas masakan Indonesia. Terlebih lagi ada makanan penutup berupa pudding mangga dan es buah. Lengkap bukan??

"Ayo Nona Shu dan si kecil Azell, silahkan di nikmati sarapannya. Nasi goreng inu eksklusif buatan Ludius loh..!". Kata Silvia mempersilahkan tamunya untuk sarapan.

Silvia mengambil piring dan mengambilkan beberapa sendok nasi goreng, tempe goreng, lalapan serta sedikit sambal lalu di berikan pada Ludius.

"Suamiku.. Ini sarapannya". Kata Silvia.

"Terima kasih sayang".

Shashuang yang melihat menu sarapan Ludius heran, sejak Shashuang mengenal Ludius ia memang tahu betul kalau Ludius tidak suka pedas. Lalu mengapa sekarang justru sebaliknya??

Kalian pasti sama seperti Nona Shu yang baru tahu kalau si Tuan Lu ini suka sambal. Nah.. Sebenarnya ada kisah dibalik Tuan Lu suka sambal. Tapi untuk hal satu ini, akan dibahas nanti jika waktunya telah tiba.

"Ludius, bukankah kau tidak menyukai pedas?".

"Dulu memang iya, tapi semenjak Silvia selalu masak masakan aneh yang mendominasi rasa pedas, Lambat laun aku juga menyukainya. Itu tidak buruk". Katanya santai, Ludius mengambil memegang garpu dan sendok. Ia mulai menyantap menu sarapan pagi nya.

"Oh..". Jawab Shashuang singkat.

Azell yang mengambil nasi goreng serta lauknya terlihat menikmati sarapannya, ia bahkan terdiam dan seolah tidak mendengarkan bahkan mengabaikan perdebatan dingin diantara mereka.

Suasana menjadi sunyi, hanya ada suara ketukan sendok atau garpu yang bergesekan dengan piring. Mereka larut dalam diam, dan entah apa yang ada dalam fikiran masing-masing.

Bibi Yun dari arah ruang tamu datang dan berbisik. "Tuan, ada Tuan Julian dengan seorang wanita berkunjung".

Ludius menghentikan makannya, ia berfikir sejenak mendengar perkataan Bibi Yun. 'Apakah wanita yang dimaksud adalah Nadia. Dia wanita baik dan terlihat menyukai Kakak Lian. Tapi mengapa Kak Lian terkesan cuek?'. Batinnya.

"Persilahkan mereka masuk Bi, langsung saja antar ke ruang makan untuk sarapan bersama".

"Baik Tuan". Bibi Yun berlalu pergi ke ruang tamu.

"Sayang, sepertinya Julian dengan Putri Nadia datang kemari". Kata Ludius memecah keheningan.

"Kebetulan sekali kita sedang sarapan, Nadia pasti senang bisa makan masakan Indonesia". Silvia yang duduk disamping Ludius mendekat padanya. "Sayang sekali Kakak Lian tidak ada disini". Bisik Silvia.

"Kau menyadarinya juga Sayang?". Balas Ludius kaget.

"Hei Tuan Lu..! Aku ini juga wanita normal. Wajarlah aku mengetahui gerak-gerik Putri Nadia. Padahal Putri Nadia itu wanita yang belum pernah mempunyai pasangan loh! Haduh.. Rugi Kakak Lian jika tidak bisa mendapatkan Putri Nadia". Ujar Silvia cerocos.

"Iya aku tau, lanjutkan sarapanmu. Jika ada waktu aku akan membicarakan ini dengan Kakak Lian".

Dasar kaum wanita.. Kalau menyangkut masalah pasangan pasti sudah maju duluan. Paling awal bergosip dan menjodohkan. "Huuft..". Ludius hanya bisa menghela nafas.