Chapter 182 - 182. Amarah Julian Bag 2

"Kau mengerti akan hal ini, tapi mengapa kau masih saja melakukannya? Apa kau tahu bagaimana Silvia menghadapinya di belakangmu!!". Teriak Julian.

Ludius terdiam tanpa memberi perlawanan, ia justru gentar dengan perkataan Julian yang menohok hatinya. "Bagaimana Silvia menghadapinya di belakangku?". Kata Ludius mengulangi perkataan Julian.

Sesaat Ludius memandang kearah Silvia dengan pertanyaan yang sama di hatinya. 'Bagaimana Silvia menghadapinya di belakangku?'.

Buackk..!!

Julian masih belum selesai, ia memberi pukulan kedua tepat di bagian perut disaat Ludius sedang memandang Silvia dengan pertanyaan yang sama dalam hati.

Ludius yang mendapat pukulan kedua kalinya masih diam, ia justru memilih menghampiri Silvia dan menanyakan hal yang sama. "Bagaimana kau menghadapinya di belakangku Sayang.. Apakah selama ini kamu benar-benar telah terluka tanpa aku sadari?". Tanya Ludius miris.

"Aku baik-baik saja Ludius, perasaan terluka kadang-kadang singgah itu wajar. Aku tahu kau mencoba untuk adil demi Azell, sesama wanita aku tidak akan menyalahkan Shashuang atau menyalahkanmu". Balas Silvia mencoba menenangkan, Ia menyentuh perlahan wajah bengkak Ludius.

"Kau pria bodoh atau apa!! Jangan terlalu naif Ludius. Wanita mana yang terima dengan kedatangan wanita lain dari masalalu suaminya. Meski Adikku diam dan mengatakan baik-baik saja tapi dia tetaplah wanita. Sadarlah Ludius, kau tidak akan bisa berbuat adil diantara 2 wanita..!". Kata Julian menyela pembicaraan Ludius dengan Silvia dengan nada tinggi. Emosinya seakan memuncak melihat Ludius dengan pemikirannya yang terlalu naif.

"Julian, Aku tahu aku salah dengan berfikiran NAIF!!, lalu katakan… Aku harus bagaimana dengan Shashuang, Apakah aku harus menelantarkannya begitu saja disaat Azell bersamanya?.

"Julian cukup..! Sudah cukup kau memberi pelajaran pada Tuan Lu". Cegah Nadia. Ia tahu apa yang dilakukan Julian ada benarnya, tapi mencecar dan memojokkan Ludius terus-menerus akan memperkeruh suasanya.

"Aku sepertinya harus pergi, kalian teruskan saja perkelahiannya tanpaku". Sela Shashuang.

Kemarahan Julian yang memang belum reda mendengar sepatah kata dari Shashuang langsung menghampirinya. "Apa kau bilang, pergi!!". Pekik Julian. "Kau masih bisa sesantai ini meski sudah membuat keributan sebesar ini?. Kau anggap ini lelucon hah?".

"Iya! Ini memang hanya lelucon yang bahkan tidak lucu untuk di lihat. Kau sendiri juga mau melabrakku dan membela adikmu yang baik itukan! Kalau begitu labrak aku sesuka hatimu, aku akan diam mendengarnya disini!". Ujar Shashuang dengan setengah emosi.

"Tentu saja aku akan membela adikku karena dia sudah menikah dengan orang yang kau cintai. Mengapa kau tidak menyerah saja dan memulai kehidupan yang baru?". Kata Julian berkilah.

"Mudah sekali kau berbicara Tuan! Memang pria mana yang mau menikahi wanita tanpa status yang sudah ternoda dan memiliki anak sepertiku? Kalian hanya bisa mengolokku tanpa tahu bagaimana aku menjalani hari-hariku dalam penghinaan didepan orang! Aku juga masih memiliki harga diri!".

Shashuang mengatakan segalanya didepan semua orang yang berada di ruang makan, ia meluapkan segala emosinya yang menumpuk. Akhirnya setelah sekian lama ia dapat mengatakannya.

Semua terdiam dengan perasaan simpati mendengar pembelaan Shashuang, terlebih Julian yang baru saja berdebat dengannya. Ia merasa kesal sekaligus prihatin pada posisi Shashuang. Julian menundukkan wajahnya malu, malu akan apa yang telah ia katakan pada wanita yang sebenarnya juga terluka. Ia berfikir dengan keras dengan hal ini, akhirnya ia mengangkat kepalanya tegak.

"Jangan anggap semua pria sama Nona, jika dengan ini kau mau melepas Ludius. Baik.. AKU AKAN MENIKAHIMU!!".

Semua tercengang mendengar pernyataan Julian, ia seperti sedang memainkan lelucon di tengah badai yang tenang.

Shashuang yang tidak pernah mendapatkan cinta dan kasih sayang Ludius tidak menyangka akan mendapat perkataan itu justru dari pria asing. Sedikit tersentuh, namun segera Shashuang tepis sebelum ia benar-benar terluka dengan omong kosong Julian.

Silvia yang sejak tadi diam memperhatikan angkat bicara. "Hati-hati dengan perkataanmu Kak? Pernikahan bukanlah sebuah permainan!". Tegur Silvia.

"Silvia.. Aku tidak sedang bermain dengan kata-kataku, kau paling memahami aku. Aku tidak bisa melihat adikku terus tersiksa dengan adanya wanita lain".

"Pada akhirnya aku tetaplah tidak diinginkan! Kau mengatakan ingin menikahiku bahkan terang-terangan karena ingin agar aku tidak mengganggu mereka. Terima kasih atas kata-kata manismu Tuan, tapi aku tidak butuh!!".

Shashuang pergi dari ruang makan meninggalkan mereka semua yang mendengar kata-kata manis Julian. Ia sadar bahwa didunia ini tidak ada pria yang benar-benar menginginkannya.

Kepergian Shashuang membuat keadaan hening sesaat, Julian diam terpaku memandang wanita yang tidak ia ketahui siapa telah terluka karenanya. Meski Julian tidak akan main-main dengan perkataannya, namun alasannya untuk menikahi tetaplah menyakiti hati Shashuang.

Silvia yang melihat kepergian Shashuang melangkah geram kearah Julian. Bukan Silvia tidak berterima kasih atas pembelaan Kakaknya, tapi cara penyampaiannya pada Shashuang pasti sangat melukai hatinya. Dan sebagai sesama wanita Silvia tidak bisa membiarkannya.

"Kak, apa kau puas sekarang? Kau puas menyalahkan semua orang tanpa mendengar penjelasanku terlebih dahulu! Kau bahkan mengatakan ingin menikahinya dengan alasan diriku! Meski aku sangat membencinya sampai aku tidak ingin melihatnya, tapi aku tidak sekejam itu".

"Lalu aku harus bagaimana?, aku begitu saja mengatakannya Silvia! Aku hanya tidak ingin kau terluka".

"Kejar dia Kak, katakan sejujurnya tentang perasaanmu padanya. Meski kakak tidak mencintai Nona Shu, aku percaya Kakak tidak akan mengatakan hal seperti ini jika Kakak tidak memikirkannya terlebih dahulu".

Julian memejamkan matanya, ia bertanya pada hatinya apa yang harus ia lakukan. Akankah benar jika ini terus berlanjut?

Julian membuka mata, ia memegang kedua bahu Silvia "Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku akan pergi untuk mengejarnya".

"Aku senang Kakak bertanggung jawab dengan apa yang Kakak katakan".

Julian setengah berlari keluar dari ruang makan, dan menyusuri Mansion Ludius. Ia berlari kearah Luar Mansion dengan tergesa-gesa. "Dimana dia sebenarnya?. Mengapa secepat itu dia menghilang".