Silvia mempercepat langkahnya, halaman Mansion sudah ada sopir yang sedang sibuk mengelap mobil yang baru saja di cuci.
"Nyonya.. Anda ingin pergi?". Tanya Pak sopir.
"Iya Pak, saya pakai dulu mobilnya yah".
"Tapi mobilnya belum selesai saya bersihkan, bagaimana kalau sebentar lagi Nyonya.. ".
"Tidak perlu Pak, saya buru-buru biar saya bawa sendiri mobilnya".
"Baik Nyonya". Pak sopir memberikan kunci mobilnya pada Silvia. Ia melesat membawa mobil Ferrari menuju Rumah Sakit S.
'Selalu saja seperti ini, sudah cukup aku melihat suamiku terluka dan di ambang kematian. Tidak adakah cara lain untuk keluar dari situasi seperti ini? '.
Angan dan impian sederhana Silvia seakan terbang bersama angin yang berhembus. Semua akan INDAH PADA WAKTUNYA, dan itu masih menjadi misteri waktu.
Setibanya mobil di pelataran Rumah Sakit S Silvia langsung memarkirkan mobilnya. Ia keluar dari mobil dan menuju tempat informasi untuk menanyakan dimana Ludius berada.
Di koridor paling depan terdapat beberapa suster yang berjaga "Suster maaf mengganggu, saya ingin bertanya". Sapa Silvia.
"Oh.. Silahkan, ada yang bisa kami bantu?".
"Saya ingin menanyakan informasi dimana Pasien bernama Ludius Lu di rawat".
"Oh Tuan Lu yah.. Mohon tunggu sebentar, saya akan melihat di daftar List masuk pasien". Ujar Suster, ia melihat komputer dan berusaha mencari nama yang di minta.
'Mereka begitu saja berkata Oh Tuan Lu yah.. Memang seterkenal itu suamiku hingga suster bahkan bagian administrasi pun mengenalnya. Untung saja tidak ada orang yang membicarakan ke play boy annya'. Gerutu Silvia dalam hati.
"Oh begini, Tuan Lu baru saja masuk tadi pagi. Beliau ada di ruang VVIP lantai 2". Sambung Suster memberitahu.
"Oh baik Sus, terima kasih atas informasinya. Saya permisi".
"Iya sama-sama, silahkan… ".
Silvia melanjutkan mencari Ludius, ia mencari Lift atau tangga untuk menuju lantai 2. Di tengah pencariannya ia melihat ada Lift tidak jauh dari depannya.
Didepan Lift, ia menunggu pintu terbuka dan tiba-tiba…
"Nona Silvia, bukankah ini kamu?". Tanya Seseorang yang ada di belakangnya.
Silvia menoleh mendengar namanya di panggil. "Tuan Daniel, kamu disini juga? Apakah sanak saudaramu ada yang sakit?". Tanya Silvia balik.
"Iya, saudara saya kebetulan ada yang sakit dan aku baru bisa menjenguknya siang ini".
"Oh begitu, maaf Tuan Daniel aku sedang buru-buru. Lain kali kalau ada waktu pasti aku sempatkan untuk ngobrol lebih lama".
"Tidak masalah, aku juga harus ke kantor. Kalau begitu semoga kita di pertemukan kembali". Katanya dengan senyum manisnya sebelum berlalu dari Silvia. Ia berbalik arah, dengan senyum seringai dan sorot mata yang mengerikan ia melanjutkan langkahnya.
"Ah iya, sampai nanti".
Pintu Lift terbuka, Silvia masuk ke dalam lift dengan pikiran yang masih bertumpu pada Suaminya yang selalu bersikap egois, tanpa memperhatikan dengan benar sikap dari Daniel.
"Suamiku.., awas saja kalau aku berhasil menemukanmu! Apakah kau masih bisa mengelaknya nanti!". Geram hati Silvia meski khawatir dengan kondisi Ludius.
TING..
Lift telah berhenti dan pintu terbuka, Silvia lalu menyusuri koridor Rumah Sakit satu persatu mencari ruang VVIP.
Hampir satu lantai ia singgahi, tapi belum menemukan ruang VVIP yang dimaksud. "Seharusnya mencari ruang VVIP tidak sulit bukan? Tapi mengapa aku masih belum menemukannya?. Suamiku.. Tidakkah ini keterlaluan! Kau bahkan ingin menyesatkan istrimu sendiri". Keluh Silvia dengan nada jengkel.
Didepan ruang rawat yang cukup besar beberapa perawat baru saja keluar, dengan langkah cepat Silvia menghampiri. "Tunggu Sus.. ". Panggil Silvia.
"Apa ada yang bisa saya bantu?". Tanya Suster, ia terlihat cantik dengan tubuh tinggi semampai membuat siapapun yang di rawatnya pasti akan merasa betah untuk berlama-lama di Rumah Sakit.
"Suster, bisa anda tunjukkan dimana Pasien Ludius di rawat?".
"Oh Tuan Lu, ruangan yang baru saja saya masuki adalah tempat dimana Tuan Lu di rawat". Jawab suster ramah.
Silvia yang mendengar menghela nafas lega, akhirnya dia bisa menemukannya. Tapi sekali lagi ia melihat wanita cantik yang baru saja merawat Ludius perasaan jengkel dan marah singgah di hatinya begitu saja.
'Tuhkan.. Ludius! Awas kalau kamu main-main.. '.
Silvia dengan tatapan dinginnya bertanya pada Suster yang baru saja merawat suaminya. "Bagaimana kondisinya Sus?".
"Kondisi Tuan Lu saat ini sudah stabil, tadi pagi beliau baru saja menjalani operasi ringan karena luka sayatan yang cukup dalam".
"Baik, terima kasih Sus atas informasinya".
"Sama-sama".
Ruangan yang ada di belakang Silvia ternyata tempat dimana ludius dirawat, antara jengkel dan sedih ia melangkah menuju ruang rawat Ludius.
KREKK..
Didepan pintu tanpa Silvia ketuk atau permisi ia langsung masuk begitu saja.
"Sayang… ". Panggil Ludius yang ada sedang berbaring di ranjang.
Dengan jengkelnya Silvia menghampiri Ludius, "Enak yah jadi Tuan Ludius Lu! Sakit banyak di jagain suster-suster cantik sampai lupa ngabarin istri sendiri yang kalang kabut di rumah". Omel Silvia dengan mata yang berkaca-kaca.
"Sayang jangan marah ya..". Bujuk Ludius, ia membenarkan posisinya menjadi duduk bersandar di kasur.
"Tau ah..". Silvia terlihat ngambek, marah dan memalingkan dirinya membelakangi Ludius. Ia yang melihat kondisi Ludius tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar.
'Sepertinya Silvia ngambek dan marah, apa yang aku lakukan ini salah yah? Padahal aku hanya tidak ingin kamu khawatir Sayang'.
Ludius memegang lengan Silvia dan menariknya "Sayang lihat aku.. Mengapa kamu membelakangiku seperti ini?".
Silvia menghempaskan tangan Ludius yang mencoba mencekal lengannya "Masa bodoh!".
"Aaaugh..". Rintih Ludius,
Seketika Silvia berbalik arah "Ludius, apa tadi terasa sakit. Maaf.. Aku tidak sengaja". Katanya khawatir. Ia melihat lihat bagian mana yang membuat Ludius sakit.
Ludius diam sesaat, ia tersenyum melihat Istrinya masih memiliki kekhawatiran padanya. 'Itu berarti kamu masih belum mengacuhkanku sepenuhnya kan sayang..??'.
"Kamu!! Kamu sengaja ya pura-pura sakit untuk menarik perhatianku?". Omel Silvia sambil menunjuk Ludius jengkel.