Chapter 201 - 201. Antara Amarah dan Cemburu bag 2

Ludius diam sesaat, ia tersenyum melihat Istrinya masih memiliki kekhawatiran padanya. 'Itu berarti kamu masih belum mengacuhkanku sepenuhnya kan sayang..??'.

"Kamu!! Kamu sengaja ya pura-pura sakit untuk menarik perhatianku?". Omel Silvia sambil menunjuk Ludius jengkel.

"Tidak sayang, kamu kan liat sendiri aku sedang terluka". Bujuk Ludius, kejahilan Ludius mulai lagi.. Ia sengaja menggoda Silvia yang jelas-jelas sedang khawatir dan jengkel padanya.

"MODUS..!!". Silvia semakin jengkel di buatnya, ia terperangkap lagi oleh kejahilan Ludius.

'Dasar nyebelin!! Aku sudah kalang kabut khawatir sama kondisinya, dia justru dengan santainya disini ditemani Suster cantik'. Gerutu Silvia dalam hati.

Ludius yang memahami tabi'at Silvia dengan baik hanya bisa tersenyum menahan rasa senang dihatinya. Ia sadar istrinya sedang hamil dan itu mempengaruhi mood dan emosinya, ia hanya harus sedikit lebih sabar dan memahami apa keinginan Silvia agar tidak merusak Moodnya.

Ludius hanya menggelengkan kepala memahami perasaan Silvia. 'Sayang.. Kamu pada Susterpun cemburu? Marahmu ini terbaca jelas olehku, dasar Istri yang tidak pandai menyembunyikan perasaannya'.

Ludius menggenggam kedua tangan Silvia, "Tatap mataku Sayang.. ". Ludius memaksa Silvia untuk melihat tatapan matanya. "Apa kamu melihat sebuah kebohongan di mataku?". Tanyanya serius.

Silvia hanya menggelengkan kepala manja, "Tapi tetap saja kamu tidak memberitahuku kalau kamu terluka, ini sama saja dengan kebohongan. Dan aku paling benci di bohongi".

"Sayang.. Aku minta maaf kalau salah karena tidak memberitahu kondisiku. Tapi aku benar hanya terluka biasa.. Aku hanya tidak ingin kamu khawatir".

"Benar hanya itu? Kamu tidak sedang main-main dengan Suster atau wanita lain kan?". Tanya Silvia selidik,

"Bukankah kamu sudah melihatnya sendiri Sayang, kalau aku tidak main-main dengan suster disini". Ludius menarik Silvia hingga jatuh dalam pelukannya.

"Aaagh… " Teriak Silvia.

Pandangan mata mereka sangat dekat, saking dekatnya sampai tidak ada jarak diantara mereka. "Sayang, kamu tahu.. Seberapa besar aku menahan diri untuk tidak menyentuhmu?". Tanya Ludius ambigu, yang membuat Silvia berdebar tak karuan.

"Apa yang sebenarnya kamu tanyakan?". Tanya Silvia balik pura-pura tak memahami jalan pembicaraan mereka. Perasaan dan gemuruh di dadanya mencuat begitu saja.

"Sayang, kamu sungguhan tidak tahu atau hanya ingin menghindar dariku lagi? Aku benar-benar sudah menunggu saat-saat seperti ini, di mana hanya ada keheningan dan kita berdua".

Suara dan deru nafas Ludius meresap kedalam setiap inci pori-pori kulit Silvia yang membuatnya semakin berdebar. Bibir merahnya yang lembab dan seksi menarik perhatian Ludius, nafsu membaranya nampak jelas di mata Silvia. Ia mencoba memalingkan wajahnya namun Ludius hentikan dengan ciuman nakal yang sedikit di paksakan.

Ludius melumat Bibir merah nan lembab yang sudah lama tidak ia rasakan bagai obat mujarab yang mengobati perasaannya yang tertahan begitu lama.

Silvia yang mendapat serangan mendadak hanya bisa pasrah pada nafsu suaminya yang membara, ia sadar benar suaminya telah menahan keinginan dan nafsunya berkali-kali karena kondisi kehamilan dirinya yang riskan akan keguguran dan dampak lainnya.

Setelah selesai melumat ia melepas bibir merah Silvia. "Sayang.. Tumben kamu tidak menolak ciumanku meski aku memaksamu". Kata Ludius terang terangan.

Perkataan Ludius menyadarkan Silvia, ia dengan cepat beranjak dari sisi Ludius dan duduk disampingnya.

"Suamiku.. Tidak bisakah kamu lebih malu sedikit? Kamu bertanya hal memalukan sesantai itu?". Tanya Silvia meninggikan nada bicaranya,

"Memangnya kenapa? Kamu kan Istri tercintaku".

Seketika wajah Silvia merah merona, Bohong seorang istri tidak berbunga-bunga mendengar kata ISTRI TERCINTAKU dari suaminya begitu juga Silvia, namun ia terlanjur memasang muka jutek maka harga dirinya adalah taruhannya.

"Eem.. MODUS!!".

"Tuhkan.. Suami romantis di bilang MODUS! suami di jagain Suster dikira MAIN MATA, suami pergi tidak memberitahu dikira SELINGKUH. Terus aku harus bagaimana Sayang...". Bujuk Ludius.

'Suamiku kalau ngomong kadang suka benar deh, bikin istri tambah jengkel saja!'.

BLETAK..!!!

Silvia menjitak kepala Ludius yang bicara sembarangan meskipun itu ada benarnya.

"Lho.. Kok aku di jitak sih Sayang?".

Seorang CEO dan Ketua Mafia Naga Imperial lemah di depan seorang istri. Harga diri seketika turun DRASTIS!!.

"Salah sendiri bicara seenaknya saja, memangnya aku terima". Silvia memasang wajah cemberut,

'Mengapa seolah jadi aku yang terlihat salah disini?'. Batin Ludius.

"Aaagh… Kau mau apa Tuan Lu?". Teriak Silvia.

Ludius menarik lengan Silvia hingga terjatuh di atas kasur, dengan jahilnya Ludius mendekap erat Silvia dari belakang. Tangannya yang kekar melingkar di perut Silvia menjamah kedalam pakaian yang hampir terbuka.

"Mau memelukmu seperti ini! Memangnya tidak boleh?". Ludius meraba perut Silvia yang sepertinya kian membesar,

"Tuan Lu.. Ini masih siang! Bagaimana kalau ada orang yang datang? Malu tahu". Omel Silvia.

"Biarin saja orang lihat, lagipula sejak kapan Istri Ludius Lu jadi cerewet begini? Hmmm… Berarti kalau malam tidak masalahkan?". Tanya Ludius dengan Ledekannya.

"Ah.. Kalau itu… ". Silvia tidak bisa melanjutkan kata-katanya, perasaan malu masih saja menyelimuti dirinya meski bukan lagi pangantin baru.

"Kalau apa? Kalau itu tidak masalah bukan?". Ledek Ludius kembali,

"Ludius.. Apakah kau tidak merasa bosan meledeki istrimu terus?". Rengek Silvia.

"Habisnya Tuan Lu ini benar-benar merindukan istri yang jutek ini, sehari saja tidak meledeknya mana bisa tahan".

"Hnng… Jahil". Ujar Silvia dengan wajah cemberut.

"Biarin, sama istri sendiri apa yang harus aku takutkan... ". Ludius yang mendekap Silvia menyadari waktu terus berjalan. "Sayang.. Kamu hamil sudah jalan berapa bulan?".

Pertanyaan Ludius membuat Silvia berpaling padanya, kini mereka saling tatap dan pandang dengan tangan Ludius yang masih mendekap erat istrinya.

"Aku hamil sudah 2 bulan, bulan ke 4 kita pulang ke Indonesia ya.. ". Rengek Silvia.

"Memangnya kamu mau ngapain pulang ke Indonesia Sayang?".

Silvia memanyunkan bibirnya cemberut, "Kamu takkan tahu, di Indonesia ada acara 4 bulanan bagi wanita yang hamil memasuki bulan ke 4".

"Kamu percaya hal begituan?". Tanya nya seolah semua adat dan kebiasaan adalah omong kosong belaka.

"Issh.. Kamu memang tidak tahu apapun! ".

"Sayang.. Karena aku tidak tahu makanya aku tanya, memang untuk apa diadakan acara begituan?."

"Tuan Ludius Lu.. Aku tahu kamu masih belum sepenuhnya percaya akan adanya Tuhan. Tapi alasan diadakannya acara 4 bulanan adalah untuk mendoakan janin dan Ibu janin agar selalu di beri kesehatan, keselamatan. Maka dari itu di Indonesia ada acara 4 bulanan, apalagi aku masih kerabat Keraton yang menjunjung tinggi adat Jawa Kuno".

"Baiklah.. Jika sudah memasuki 4 bulan kehamilanmu kita akan terbang ke Indonesia. Ibumu juga sepertinya rindu padamu ". Kata Ludius lembut, ia mengecup kening Silvia. "Sudahlah Sayang, jangan cemberut terus, senyum dong..". Ludius menarik hidung mancung Silvia.

"Auugh.. Iya.. Iya, aku nggak ngambek lagi. Habisnya kamu sih yang mulai duluan".

"Awas kalau jahil lagi, aku jitak lagi baru tahu rasa!". Ancam Silvia.

Ludius malah tertawa. "Hehe.. Iya iya, cukup sayang. Ini sudah siang, waktunya untukmu tidur. Ingat.. Jangan terlalu lelah".

"Belum mengantuk". Jawabnya singkat,

"Kamu memang tidak pandai membuat alasan, jujur saja kalau memang masih ingin di peluk olehku". Kata Ludius usil dengan tawa renyah. Wajah merona Silvia sudah cukup membuat hati Ludius tenang.

'Setidaknya kamu tidak terlalu terbebani kehamilanmu Sayang… '.