Chapter 205 - 205. Tidak akan Melepaskanmu bag 3

Begitu pula dengan Ludius, dadanya yang semula bergemuruh, otot-ototnya yang menegang seketika melemas. Ia perlahan melepas miliknya dari dinding dalam vagina istrinya yang mengapit kuat miliknya. Setelah terlepas ia beranjak dari atas tubuh istrinya dan berbaring dengan posisi menyamping melihat istrinya yang nampak kelelahan dengan peluh membasahi keningnya. Dengan lembut Ludius mengecup kening istrinya lalu mengusap keringat di kening istrinya dengan jemarinya yang kekar.

Teringat akan buah hati mereka, Silvia menggapai tangan Ludius dan mengusap lembut perutnya. "Suamiku... Buah hati kita pasti senang melihat kita yang sedang bersama seperti ini.. ". Katanya dengan senyum mengembang.

"Baby.. Baik-baik kamu di rahim Mamamu ya, jangan nakal dan usil agar Mamamu tidak merasa kesusahan. Aku akan sebisa mungkin menjaga, dan merawat kalian berdua hingga kamu lahir kedunia ini". Perkataan bijak Ludius membuat Silvia merasa tenang dan semakin yakin akan hubungan pernikahan mereka.

"Ekhem.. Bukannya yang usil itu kamu yah.. ". Sindir Silvia dengan melirik manja kearah Ludius.

"Iya.. Iya.. Aku yang usil, apa kamu puas Sayang?". Timpal Ludius.

"..." Hanya diam dan memanyunkan bibir merahnya.

"Baiklah, istirahatlah sayang. Kamu tadi hanya pura-pura tidurkan.. " Ludius ia masih memandang nakal istrinya. Ia membelai rambut dan merapikannya yang terlihat berantakan.

"Hng... Sok tahu!".. Ujar Silvia mengalihkan pandangannya,

"Tentu saja aku tahu, istriku memang tidak ingin membuat suaminya khawatir. Dia bahkan pura-pura tidur meski tidak bisa memejamkan matanya. Aku tahu sekarang kamu sedang kelelahan, jadi tidurlah Sayang.. Aku akan segera memesan makan siang kemari". Ludius lantas beranjak dari tidurnya, tangannya menggapai handuk kimono yang tergeletak di meja samping ranjang. Dengan selimut yang hanya menutupi tubuh bagian bawah Ludius membuat bagian atas tubuhnya terlihat jelas.

Diam-diam Silvia mengalihkan pandangannya, untuk kesekian kalinya 'Arrrghh… Mengapa aku tidak pernah merasa bosan melihat keindahan tubuh dari suamiku, dada yang bidang, sorot matanya yang tajam hidungnya yang mancung serta aura kepemimpinannya yang kuat. Dia terlalu sempurna untuk di puja', Batin Silvia, ia tidak bisa melepas pandangannya dari nikmat dunia yang memanjakan matanya. Begitu sempurna…

"Kamu kenapa Sayang..?". Tanya Ludius yang sedang memakai kimono tanpa beranjak dari Duduknya. Ia yang menyadari tubuhnya di perhatikan oleh istrinya tersenyum tipis. "Aku tahu tubuhku memang enak di pandang dan wajahku memiliki ketampanan yang tiada tara, tapi melihat Istriku sangat mengagumiku aku sungguh tersanjung".

Baru beberapa menit mereka bermain 1 babak, namun Silvia sudah dibuat merona oleh kata-kata Ludius. "Narsis !! Muka tebal !!". Silvia menarik kembali selimut hingga menutupi seluruh tubuh dan wajahnya seolah sedang menyembunyikan sisi dirinya yang memalukan.

Merasa gerah karena telah melakukan hubungan intim, Ludius beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. "Sayang.. Aku akan mandi terlebih dahulu ". Kata Ludius memberitahu.

"Kalau mau mandi, ya mandi saja. Mengapa kau mengatakannya padaku". Balas Silvia dengan nada nyaring yang masih bersembunyi di dalam selimut hingga suara terdengar berat,

Ludius yang mendengar itu hanya terkekeh sebelum akhirnya masuk kedalam kamar mandi. Di kamar mandi selepas melakukan hubungan intim efek dari operasi kecil di punggungnya tiba-tiba terasa perih dan menyayat.

"Isssh.. Ternyata lukanya cukup dalam juga, benar-benar merepotkan mendapat luka disaat seperti ini".

Ludius melepas kimononya dan menyampirkannya serta memutar kran sower. Air sejuk mengguyur dari atas membasahi seluruh tubuh atletis Ludius, tidak terkecuali lukanya yang masih baru.

"Aku harus secepatnya ke laboratorium untuk mengecek peninggalan Kakek Zhao ." Ludius membasuh wajahnya kebelakang rambutnya, menikmati setiap air yang membasahi tubuhnya. "Belum lagi dokumen penting Rossman Nero, apakah Longshang sudah menyelidiki Kota Jingxian tersebut?. Ada banyak hal yang masih belum aku ketahui, lebih mengkhawatirkan jika Black Emperor memiliki hubungan dengan Dark Phantom. Ini pasti akan menjadi hal yang merepotkan".

Ludius menengadahkan wajahnya menerima derasnya sower yang mengguyur tubuhnya, seolah sesaat itu menenangkan dirinya. "Apa aku mampu menghadapi kedua Organisasi besar sekaligus? ". Gumam Ludius.

Beberapa waktu telah berlalu, Ludius yang masih setengah basah keluar dari kamar mandi dengan berbalut kimononya. Ia melangkah kesofa untuk mengambil kemeja serta celana yang ia pakai.

Sesekali Ludius melihat ke arah istrinya yang masih menyembunyikan diri di balik selimut tebal tersenyum. "Istriku ini memang sangat pemalu.. ".

Tidak berselang lama setelah Ludius memakai kemeja dan celananya, ia yang sedang menghadap ke meja cermin memakai kembali jam tangan kesayangannya. Dan tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk

TOK TOK TOK

"Tuan Lu.. Makan siang yang anda pesan telah sampai, bolehkah saya masuk?". Panggil seseorang di luar pintu.

Ludius tidak lantas menyahut, ia melihat Silvia terlebih dahulu dan memastikan istrinya tidak membuka selimut, "Sayang ada orang yang akan masuk, kamu tetaplah disitu ".

"Masuklah.. ". Serunya,

Tidak lama setelah mendengar sahutan Ludius pintu terbuka, seorang pelayan pria membawa meja dorong berisi beberapa makanan yang mungkin Longshang pesankan untuknya.

"Tuan, maaf mengganggu waktu anda. Saya membawa pesanan makan siang anda dari Sekretaris anda Tuan Longshang". Sapa Pelayan restoran, ia mendorong meja menuju meja sofa yang berada di sudut ruangan. Di tengah langkahnya ia melihat wajah Silvia yang tengah tertidur pulas dengan selimut menutupi bagian dada dan menyisakan lehernya yang jenjang.

Si pelayan meneruskan langkahnya dan di depan meja ia mulai memindah satu persatu makanan yang ada di meja dorong. Karena si pelayan tertarik dengan Silvia yang tengah tertidur, ia dengan sengaja mengubah posisinya agar bisa melihat Silvia sambil menaruh satu persatu piring berisi makanan pesanan Ludius. Matanya yang memandang intens Silvia membuat fikirannya menjelajah jauh masuk kedalam selimut Silvia, memikirkan bagaimana tubuh dibalik selimut tebal yang menutupi tubuh Silvia.

Ludius yang sedang mengecek ponsel menyadari ada yang salah dengan pelayan itu langsung naik pitam. "Keluar!! ". Perintah Ludius tanpa memberikan penjelasan.

"Tap.. Tapi Tuan.. ". Kata pelayan dengan gagap melihat sorot mata mematikan Ludius.

"Apa kau tidak dengar !! aku memintamu KELUAR!!". Gertak Ludius mengulang perkataannya, ia menatap tajam pelayan yang tidak mengindahkan peringatan darinya.

Si pelayan berdiri terpaku dengan seluruh badan gemetar dan gugup. Ia tidak menyangka Ludius akan memergoki kenakalan matanya meskipun Ludius tidak terlihat memperhatikannya. "Tuan janganlah terpancing emosi. Baik Tuanku, saya akan keluar". Jawabnya, ia beranjak dan mundur dengan wajah menunduk tanpa berani melihat sorot mata Ludius lalu pergi berlalu dari depan Silvia.