Chapter 208 - 208. Sudut Hati Nadia

Awalnya Huan ragu-ragu untuk menerima uluran tangan Lianlian. Ia tahu dengan jelas, sorot mata penuh keirian mereka dan alasan ia menjadi bahan bullyan mereka adalah karena kedatangannya yang tiba-tiba bersama Lianlian. "Apa om tidak apa-apa? ". Gumam Huan xian.

Dengan setengah hati Huan menerima uluran tangan Lianlian, namun tidak ia sangka. Lianlian justru menarik kuat tubuhnya dan menggendongnya keluar dari Kantor.

"Hei.. Apa yang kau lakukan?". Ucap Huan dengan perasaan malu,

"Diamlah! Jika tidak seperti ini, semua orang di Kantor adikku akan terus memojokkanmu, dan aku tidak suka itu".

Lianlian mengatakannya dengan sangat gagah, mata teduhnya sesaat memancarkan aura mengerikan tapi tetap hangat. Mendengar serangkaian perkataan sederhana Lianlian membuat wajahnya semakin merona merah.

Sontak saja semua staf dan karyawan yang melihat tercengang, bahkan tidak sedikit dari mereka menggunjing membicarakan Huan di belakangnya.

Wanita Penggoda..!!!

Ya.. Itu adalah kalimat yang samar-samar terdengar oleh telinga Huan selepas dari tempat ia di bully. Sebuah perkataan hinaan hanya karena dia datang bersama seorang CEO.

"Aku dari mana terlihat menggodanya? ". Gumam Huan nyaris tidak terdengar .

Ia mengalungkan tangannya di leher Lianlian untuk menguatkan gendongannya. Setelah keluar dari dalam kantor Huan menengadahkan kepalanya, dari dekat ia dapat melihat jelas bagaimana ketampanan dari Lianlian. Pria dengan wajah teduh namun tegas didepannya mampu menyita semua perhatiannya, tapi hal yang masih ada dalam benak adalah...

'Bagaimana dia bisa menjadi Kakak dari Ludius Lu? Lalu surat perjodohan yang selama ini menghilang ada di tangan siapa? '. Pertanyaan itu terus terngiang di fikiran Huan seiring waktu berjalan ia semakin dekat dengan Lianlian.

Didepan kantor sopir yang membawa mobil Lianlian sudah berdiri menunggu Lianlian keluar. "Tuan Lian, silahkan masuk". Kata sopir mempersilahkan, ia membukakan pintu penumpang.

Setelah pintu terbuka Lianlian masuk dan dengan lembut ia mendudukkan Huan xian di tempat duduk. "Apakah kau sudah bisa melepaskan tanganmu? ". Tanya Lianlian yang melihat Huan masih mengalunkan tangannya di lehernya.

"Eh.. Ah iya maaf". Secepatnya Huan melepas tangannya setelah ia tersadar dari lamunannya.

"Hm… ". Lianlian beranjak dari balik pintu dan masuk ke sisi lain tempat duduk mobil. "Pak.. Antarkan ke Restoran Garden".

"Baik Tuan ". Jawab pak sopir lalu membawa mobil pergi.

***

Setibanya di halaman Restoran Garden mobil langsung terhenti, tempat ini memang sering Lianlian kunjungi karena rekomendasi Silvia. "Turun ". Kata Lianlian memandang Huan dengan nada seperti perintah, seakan itu sebuah keharusan bagi Huan. Ia sendiri keluar tanpa menunggu jawaban dari Huan.

"Hei tunggu Tuan Lian". Sahut Huan, ia buru-buru keluar dari mobil mengikuti langkah Lianlian.

"Apakah kau sering datang kemari Tuan Lian? ". Tanya Huan yang sudah tepat dibelakang Lian

"Jangan banyak bertanya. Kalau kau masih saja memberikan pertanyaan tak berguna aku akan meninggalkanmu disini ". Balas Lian acuh.

"Terlalu acuh". Gerutu Huan lirih,

Langkah Lianlian menyusuri Restoran Garden dan sampailah pada tempat yang biasa ia tempati yaitu di sebuah tempat mirip pendopo terbuka dengan hamparan berbagai bunga didepannya.

"Wah.. Indahnya.. ". Ungkap Huan berdecak kagum

"Kakak Lian, sedang apa kau disisi ?". Panggil seseorang dari kejauhan,

Samar-samar Lianlian mendengar seseorang memanggilnya, ia mencari asal sumber suara dan melihat Wangchu sedang makan siang bersama Nadia. Lianlian begitu saja menarik tangan Huan membawanya ke meja Wangchu berada.

"Eh.. Kau mau membawaku kemana? ". Tanya Huan kaget tiba-tiba Lian menarik tangannya.

Dari kejauhan Nadia yang melihat Lianlian menggenggam tangan Huan dengan kuat membuat perasaan disudut hatinya merasa terluka.

"Kalian sudah lama disini? ". Tanya Lian pada Wangchu

Namun justru Nadia yang menjawab. "Kami belum lama disini, makanan juga barusaja sampai". Balas Nadia dingin, ia memang tidak berhak bersikap seperti ini pada orang lain yang jelas tidak mengatakan suka padanya. Tapi melihat orang yang ia taksir menggenggam tangan wanita lain bohong kalau tidak cemburu.

"Kak Lian, silahkan duduk, akan aku pesankan makanan untuk kalian. " Wangchu melambaikan tangan "Pelayan.. ". Panggil Wangchu.

Lianlian duduk di kursi yang masih kosong, sedangkan Huan masih berdiri terpaku dengan keadaan yang dirasa cukup menekannya.

"Sajikan menu yang biasa kami pesan ". Kata Wangchu begitu pelayan datang. Sang pelayan mengangguk mengiyakan dan pergi.

Lianlian yang melihat Huan masih diam berdiri di samping meja menarikkan kursi untuknya "Duduk.. ". Kata Lianlian

"Ehm.. ". Sahut Huan, ia langsung saja duduk menuruti perkataan Lianlian.

"Kak, siapa wanita yang kau bawa ini? ". Tanya Wangchu dengan lirikan menggoda Lianlian meminta penjelasan.

"Hanya wanita yang ku temukan di jalan sewaktu kemari". Balas Lianlian tenang tanpa rasa gugup sedikitpun meski ada Nadia didepannya.

"Tapi kalian tidak terlihat seperti baru kenal, hehe.. Ternyata seperti ini selera dari Kak Lian". Ledek Wangchu,

"Terserah kau mau bagaimana menyebutnya, dia hanya wanita yang ku temui di jalan". Kata Lian mengulangi perkataannya, seolah sedang memberitahu bahwa mereka tidak ada hubungan apapun.

"Oh.. ". Sahut Nadia lirih,

Mendengar langsung dari mulut Nadia yang acuh, Wangchu melirik kearahnya, ia mendekatkan mulutnya ke telinga Nadia dan berbisik "Kenapa mengatakan Oh..? Atau jangan-jangan kau sudah mengenal Kak Lian sebelum ini? ".

Nadia yang sedang duduk menikmati makanannya tersentak mendegar bisikan dari mulut Wangchu "Kau..! ". Nadia melirik tajam Wangchu.