Chapter 218 - 218. Hanya fashion,mengapa harus memperdebatkannya?! bag 2

"Terserah kau saja, toh ini kantormu! Oh benar juga, adat dan budaya kita memang berbeda. Aku yang melihat hal ini jujur saja merasa bahwa wanita dipandang terlalu rendah". Silvia mengalihkan pandangan dan duduknya membelakangi Ludius, ia semakin kesal saja dengan jawaban suaminya,

'Apanya yang fashion!! Benar-benar deh, aku tidak tahu apa yang dipikirkan Ludius tentang pendapatku'. Gerutu Silvia dalam hati,

"Sayang, itukan masalah persepsi seseorang. Sudah dong merajuknya.. ". Bujuk Ludius, ia menggelitik pinggang Silvia yang sejatinya sensitif,

"Pfft.. Pfft.. Aku tak akan tergoda!! ". Silvia tetap bersikukuh meski ia menutup mulutnya untuk menahan tawa, ia sebenarnya lebih takut suaminya yang mata keranjang main mata dari pada sikap Bianca.

"Baiklah, kau tak mau memaafkanku? ", rayu Ludius dan menghentikan kejahilannya,

'sepertinya Silvia memang marah..'

"..."

"Ya sudahlah. Aku pergi nih.. ". Ludius beranjak dari duduknya dan melangkah perlahan.

'Sayang ayo.. Cegah aku' batin Ludius,

"Eh. Tunggu!". Cegah Silvia, seketika senyum Ludius mengembang dan berbalik arah.

Silvia menoleh ke arah Ludius, "Kamu mau pergi kemana suamiku? ". Tanya Silvia dengan wajah bersungut manja,

"Keluar… Aku sebagai suami hanya mengikuti apa yang diinginkan istriku. Istriku meminta pergi maka aku akan pergi". Jawab Ludius santai,

"Hnng… ". Silvia menoleh kesal, "Ludius, kau gila atau sengaja memancing emosiku? ". "Mengapa saat aku menyuruhmu pergi, kau pergi! ". Omel Silvia,

'Ah.. Emosi wanita hamil memang mengerikan. Baru satu menit mengacuhkan dan dalam beberapa detik mengomel'.

"Sudah dong Sayang, Berhenti ngambeknya. Sarapan yuk.. ". Bujuk Ludius,

"Uhm.. Tapi aku ingin sarapan Bakso Beranak yang lagi hits itu loh.. ". Pinta Silvia manja, matanya berbinar menatap suaminya manja, membuat Ludius tidak tega untuk membuatnya kecewa lagi, (Tanda-tanda bucin akut )

"Sayang, bakso beranak itu makanan apa? Bisakah kita memakan hal yang lain dulu? ". Tawar Ludius,

Seketika Silvia mensungutkan bibir kembali, tingkahnya saat ini benar-benar berubah manja 180% , 'Ada apa dengan istriku saat ini?! ' batin Ludius meratap,

"Aku maunya itu Ludius.. Hiks.. Hiks.. ". Tiba-tiba Silvia menangis "Kau tidak mau memenuhi permintaan buah hati kita?". Kata Silvia yang sudah pecah tangisnya, ia menundukkan wajah dan bulir air mata menetes membasahi pakaian nya.

Bagai menghadapi anak kecil yang tengah merajuk meminta lolipop, Ludius duduk kembali di samping Silvia dan memeluknya. "Sayang.. Bukan aku tidak ingin menuruti permintaanmu. Baiklah-baiklah.. Jangan menangis lagi, Aku akan mencarikan Bakso beranak seperti yang kau minta". Kata Ludius menenangkan Istrinya, ia membelai lembut rambut Silvia yang dibiarkan tergerai.

"Benarkah.. ". Tangis Silvia seketika berhenti, "Janji yah.. ". Silvia kembali menatap Ludius dengan mata berbinar,

"Uhm.. Aku janji. Jadi bisakah istriku ini berhenti merengek? ". Ludius melepas pelukannya, ia membenarkan duduk Silvia yang masih bersandar dalam dada bidangnya.

"Uhm…".

TOK.. TOK.. TOK..

Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan, dan seorang karyawan masuk memberi salam. Karyawan wanita tersebut melihat kemesraan Ludius dan Silvia di dalam ruangan seketika menunduk tidak berani melihat. "Tuan Lu, ada seorang wanita datang mencari anda dan sekarang sedang menunggu anda di ruang tamu". Kata karyawan wanita tersebut, karyawan ini cukup ramah dan berpakaian lebih sopan, setidaknya Silvia tidak akan mempermasalahkannya. Namun mendengar kata WANITA seketika mengusik Silvia yang memang emosinya sedang tidak stabil.

"Wanita? Siapa? ". Tanya Silvia

Mengerti tentang arah nada pertanyaan Silvia, buru-buru Ludius menyela. "Aku akan menemuinya, dia mungkin tamu penting. Perlakukan dengan baik dan kau boleh keluar". Perintah Ludius,

"Baik Tuan, saya permisi". Karyawan wanita yang datang memberitahu keluar masih dengan menundukkan mata tanpa melihat ke arah Ludius maupun Silvia.

"Wanita manalagi yang datang mencarimu Suamiku? ". Tanya Silvia selidik, tatapan mata Silvia yang menerobos ke dalam pikiran Ludius kadang membuatnya merasa jengah,

'Untung saja wanita yang ada di depanku ini adalah istriku. Kalau saja dia orang lain sudah aku lempar jauh-jauh apalagi dengan sifat manjanya yang tiba-tiba'. Keluh Ludius,

"Aku tidak tahu Sayang, lebih baik kita temui dia dahulu". Ajak Ludius,

"Uhm.. " Silvia mmenganguk mengiyakan.

Ludius beranjak disusul Silvia, demi memuaskan hati Silvia yang masih jengkel Ludius bahkan mengapit lengan Silvia dan menggandeng nya keluar ruangan.

'Ludius, ternyata kamu masih mau bersabar dengan sifat manja dan menyebalkan ku.. Suamiku ini memang pria idaman' , puji Silvia dalam hati dengan senyum tersungging di bibirnya.

Di setiap langkah mereka menyita perhatian karyawan yang melihat, belum ada satu jam mereka saling bersungut. Kini justru terlihat sangat mesra.

Bukankah Pak Presdir begitu menyayangi istrinya?

Apakah berita tentang wanita ketiga itu hanya rumor belaka?

Tapi ada yang mendengar Pak Presdir sudah memiliki Putra dari wanita masa lalunya. Bagaimana Nyonya Lu menyikapi hal ini?

Sahutan demi sahutan pemikiran dari karyawan terus memenuhi ruangan kantor. Bagi mereka berita mengenai Direktur mereka lebih panas dan enak dibicarakan daripada berita yang ada di televisi maupun weibo.

Ludius mengerutkan keningnya. "Mereka..!! " Geram Ludius, ia hampir memperingatkan karyawannya tapi tangan Silvia menggenggam erat telapak tangan kanan Ludius,

"Jangan hiraukan mereka suamiku, kita sebagai manusia tidak akan bisa menutup mulut mereka satu persatu meski dengan kedudukan sekalipun".