Merasa iri tak ada guna. Kehidupan memang tidak selamanya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Begitu pula dengan Emilia yang terlahir sebagai Putri Kerajaan Hardland. Ia hanya bisa memandang masam tawa renyah pasutri di depannya.
"Ludius, berhenti menjahiliku. Disini masih ada Putri dari Kerajaan Hardland. Apakah kau tidak tahu malu?! ". Tegur Silvia lirih. Ia menyingkirkan tangan Ludius yang selalu mengusilinya hingga ia merasa canggung didepan Emilia.
Silvia yang baru bisa lepas dari keusilan suaminya berdiri mendahului. "Putri Emilia, mari.. Kita membahas lebih lanjut masalah ini di restoran yang biasa kami datangi. Semoga suguhan nantinya tidak mengecewakan Putri".
Menerima sambutan hangat dari Silvia, Emilia menepis semua kegusaran hatinya. Ia beranjak berdiri dari sofa dan mengiyakan ajakan Silvia. 'Suatu hari pasti tiba. Tiba Waktunya untukku jatuh cinta dan menjalin hubungan. Benarkan Ibu?'. Batin Emilia,
Ludius yang ada disamping Silvia mengapitnya. "Sayang, memang kita akan ke restaurant mana? ". Bisik Ludius,
"Terserah, yang penting tempat yang nyaman untuk bicara. Berhenti berbicara denganku atau Putri Emilia akan merasa canggung" balas Silvia tidak kalah lirihnya, silvia menjauh dari Ludius dan menghampiri Emilia yang masih memperhatikannya dan Ludius,
"Nyonya Lu, anda benar-benar beruntung bisa mendapatkan pasangan yang anda pilih dan yakini sebagai pasangan sehidup semati anda".
Mendengar kata-kata Emilia yang terlihat seperti sedang menggambarkan dirinya membuat Sylvia tersenyum bijak. "Putri Emilia, terima kasih sebelumnya karena telah memandang dunia kami dari sisi ini. Tapi ada 1 hal yang sering terlewat dalam hidup kita ketika kita menjalaninya, yaitu mencoba. Mencoba untuk menerima dan menjalani. Cobalah untuk menerima dan menjalani kehidupan yang Tuhan berikan, fikirkan apa yang Tuhan ingin kita kita lakukan di dunia ini. Jangan terlalu meratapi sebuah kehidupan, karena kehidupan pada dasarnya ada untuk kita jalani. Seperti halnya jodoh, percayalah.. Putri pasti akan mendapatkan pasangan yang tepat diwaktu yang benar". Jawab Silvia panjang lebar,
Emilia yang mendengar hanya bisa berdecak kagum dengan wanita yang ada disampingnya. Wanita yang memiliki pemikiran luas akan hidup dan bagaimana harus hidup. Ia yang mendapat sebuah petuah dari Silvia langsung tersenyum hangat. "Nyonya Silvia, saya benar-benar merasa malu. Anda dengan mudahnya mengerti arti dari perkataan saya. Namun saya juga menaruh hormat saya pada anda", Emilia menundukkan sedikit badannya di depan Silvia.
"Tidak perlu sungkan Putri, saya senang kita bisa saling berbagi. Mari.. ". Kata Silvia mempersilahkan Emilia untuk meneruskan langkahnya keluar dari ruang Direktur.
Sedangkan Ludius yang sedari tadi memperhatikan dan menyimak penjelasan Silvia terdiam tidak ikut menyahut. Namun jauh dalam relung hatinya ia merasa semakin mengagumi istrinya itu. 'Sayang.. Kau yang selalu bersikap manja dengan segala kekuranganmu didepanku tidak akan pernah menutupi jati dirimu yang sebenarnya. Seorang Silvia yang sederhana dan bijaksana dalam memahami hidup. Itulah yang aku kagumi darimu istriku', ungkap Ludius dalam hati,
Merasa diperhatikan terus menerus oleh suaminya, Silvia merasa canggung. "Tuan Lu, berhentilah untuk memperhatikan ku seperti tadi, atau banyak orang akan yang memperhatikan kita". Tegur Silvia yang saat ini berada dibelakang suaminya.
Langkah mereka saat ini memasuki ruang Divisi pemasaran dan sebelum akhirnya sampai di depan pintu utama. DI setiap mereka melewati ruang demi ruangan, banyak karyawan yang diam-diam memperhatikan Presdir mereka keluar Kantor bersama istri dan wanita dengan sebuah lencana Kerajaan. Argumen demi argumen mulai berdecit di sudut-sudut ruangan. Dengan cepat hal sepele menjadi buah bibir yang hangat diperbincangkan ketika waktu senggang tiba. Bukankah ini memang sifat manusia?! .
Sebelum sampai di depan pintu, Longshang yang baru saja dari ruang Divisi pemasaran menghampiri mereka. Ia yang mungkin belum mengetahui ada tamu penting dari Kerajaan Hardland sedikit menunjukkan raut wajah yang kaget ketika melihat Pin lencana anggota Kerajaan.
"Ludius, kantor kita kedatangan tamu dari mana? " tanya Longshang, ia masih tidak habis fikir.
'Ada hal penting apa yang membuat anggota keluarga Kerajaan mencari Ludius?'. Tanya Longshang dalam hati.
"Dia adalah Putri dari Kerajaan Hardland, Putri Emilia diutus secara langsung oleh Putra Mahkota untuk menemuiku. Karena ini pembicaraan yang penting aku akan membawanya ke Restoran untuk sarapan bersama" Kata Ludius menjelaskan.
"Baiklah, aku mengerti. Aku akan menunggu kabarmu disini". Longshang menepuk pundak dengan mengangguk mengiyakan lalu pergi.
Di depan pintu utama, mobil sudah dipersiapkan dengan sang sopir yang datang menyambut. "Tuan Lu, mobil anda sudah dipersiapkan".
"Pak, saya akan pergi membawa mobil ini sendiri".
"Oh baik Tuan". Pak sopir yang biasa menyetir mobil memberikan kuncinya pada Ludius dan segera membukakan pintu bagian penumpang."Nyonya Lu dan Nona, silahkan masuk". Kata Pak sopir,
Dengan ramah Silvia mempersilahkan Emilia untuk masuk terlebih dahulu. Namun ketika Emilia akan masuk, ia justru melihat Zain turun dari mobil yang terparkir tidak jauh di belakang mobil Ludius.
"Zain… ". Kata Emilia, ia sempat sejenak terdiam kemudian memasuki mobil dengan perasaan gusar.
'Bagaimana Zain tahu aku disini? Apakah dia sedari tadi terus membuntutiku? " Batin Emilia, ia tidak bisa memikirkan kemungkinan lain selain itu.