Chapter 270 - 270. Tawaran!!

Kali ini Ludius hanya seorang diri tanpa Wangchu yang memang sedang mencari sedikit informasi dari Dokter yang baru saja keluar dari ruangan di depannya itu.

Pistol yang selalu bersarang di dalam jas hitam Ludius akhirnya ia keluarkan, dengan pistol desert eagle miliknya. Ludius mulai memikirkan rencana penyerangan tanpa harus membunuh. Memang terdengar naif, tapi ia tak ingin mengecewakan istrinya yang selalu menenangkan emosinya disaat ia ingin menghabisi nyawa seseorang tanpa ampun.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku menerobos penjaga terlatih di depan?. Belum lagi Silvia ada di tangan mereka, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Silvia di dalam sana".

Dengan perlahan Ludius melihat situasi dan kondisi medan yang cukup sempit dengan pengamanan tinggi yang tak terlihat membuatnya semakin tersudut dan tak memiliki banyak waktu dan kesempatan. Seperti yang di ketahui, medan perrtempuran adalah salah satu hal penting yang harus di perhatikan seseorang jika ingin mencapai sebuah kemenangan dalam pertempuran. Karena medan kali ini adalah ruangan yang sempit maka Ludius hanya memiliki 1 kali kesempatan untuk menang atau ia akan kalah dan berakhir di tangan musuh.

Jumlah total dari penjaga ruangan yang di tempati Silvia adalah 5 orang yang masing-masing memegang senjata revolver. Ke3 di antara mereka tepat berada di depan pintu masuk ruangan dan sisanya bersembunyi di antara sudut ruangan untuk serangan kejutan.

Cukup lama Ludius menunggu kesempatan untuk menyerang secara langsung musuh dan mencari celah untuk menyerang, tidak lama kemudian ada musuh yang berjalan ke arahnya, ini memungkinkan Ludius untuk melumpuhkan satu dari ke 5 penjaga. Ludius yang di balik tukungan sudah siap untuk menikam salah satu musuh yang meendekat.

Tap Tap Tap

Suara langkah musuh yang mendekat sudah terdengar jelas dan tinggal beberapa langkah lagi akan melewati tikungan. Di saat itu Ludius akan menyerang secara diam-diam. Begitu musuh melewati depan Ludius yang bersembunyi...

'Inilah saatnya..!'. batin Ludius, seketika ia menikam musuh yang ada di depannya dengan memukul bagian tengkuk target.

Phakkk...

Musuh yang Ludius tikam seketika tidak sadarkan diri, lalu ia memindah musuh yang tumbang dan menyembunyikannya di tempat yang aman. Selanjutnya sisa 4 orang yang tersisa, sebenarnya mungkin tidak terlalu sulit bagi Ludius menyerang dengan cara membabi buta musuh dan melimpuhkan mereka dengan sekali serang! Namun jika teringat dengan janjinya pada Silvia untuk tidak membunuh meski musuh menjadi perhitungan sendiri baginya.

"Aku sudah tidak bisa menunggu lebih dari ini! Sepertinya menyerang musuh dengan sekali serang adalah pilihan terakhir!". Gumam Ludius.

Sudah tidak ada waktu untuk memikirkan cara menyerang musuh saat ini karena waktu sangat berharga bagi Ludius, akhirnya dengan kemantapan hati ia muncul kepermukaan dan seketika ke 4 musuh memblokade jalan Ludius menuju ruangan Silvia.

"Siapa kau berani menyusup ke tempat ini?" tanya penjaga yang sedang memimpin ketiga anak buahnya.

Karena menyelamatkan Silvia adalah yang terpenting untuk saat ini, Ludius tidak ingin menggunakan cara adu mulut yang biasa ia lakukan ketika melawan musuh. Tanpa fikir panjang ia yang menyembunyikan pistol di tangan kirinya langsung ia arahkan pada musuh.

Bang bang bang

Seketika 2 penjaga tumbang dalam sekejap, karena Ludius tidak ingin membunuh mereka, ia menembak musuh diluar organ vital mereka. Kini 2 orang yang tersisa karena berhasil menghindar, tanpa ampun mereka langsung menyerang balik Ludius.

"Sial! Cepat sekali mereka menyerang balik!". Gerutu Ludius.

Bang bang

Melihat 2 peluru mereka arahkan tepat kearah tubuh bagian dadanya, Ludius langsung menghindar dengan cara melompat kearah dinding dan langsung menyerang balik tanpa memberi mereka jeda. Dengan ketepatan dan kecepatan yang akurat Ludius bisa menyerang balik dan menumbangkan mereka semua!.

"Aku harap mereka masih bisa bertahan hidup nantinya, sudah cukup aku mengambil nyawa seseorang bagai mengambil sebuah mainan dari tangan anak kecil. Ini sungguh menyesakkan!". Gumam Ludius.

Karena penjaga pintu telah tumbang Ludius meneruskan langkahnya menuju kedalam ruang yang kemungkinan terdapat Silvia di dalamnya. Sempat ragu dan takut dengan keadaan istrinya saat ini, bahkan ketakutan ini melebihi takutnya Ludius melawan banyak musuh sekaligus.

Perlahan namun pasti kaki itu terus mendekat ke arah pintu masuk ruangan yang kemungkinan terdapat Silvia di dalamnya, 'Kuatkan hatiku, aku hanya tak ingin apapun terjadi pada Silvia. Hanya tinggal membuka pintu tapi mengapa ini terasa sangat sulit?', batin Ludius.

Krek....

Pintu perlahan terbuka, ia serta merta memandang langsung ke dalam ruangan yang cukup besar dengan peralatan medis yang sangat luar biasa bahkamn diluar dugaanya. Begitu dia memperhatikan setiap dalam isi ruangan tersebut, ia melihat Silvia tengah terbaring dengan mata tertutup.

"Silvia!!!" panggil Ludius lirih dan langsung berlari tanpa mengabaikan apapun yang ada disekitarnya. "Sayang bagaimana bisa kau seperti ini?". Kata Ludius dengan suara parau,

Ia dengan lembut menyentuh tubuh Silvia yang terasa hangat dan wajah pucatnya yang membuat Ludius murka dan berfikir itu adalah salah mereka yang telah membuat istrinya seperti ini!.

"Kurang ajar kau Daniel! Bagaimana bisa kau membuat istriku sampai seperti ini?". Geram Ludius namun tatapan itu begitu sendu ketika menatap wajah Silvia.

"Tuan Lu! Akhirnya anda datang juga tanpa saya undang!".sapa seseorang dari belakang Ludius dengan santainya seolah wajah murka Ludius tidak berarti untuknya.

Mendengar suara seseorang dari belakang Ludius langsung berbalik badan, dan melihat dengan jelas pria yang membuatnya murka. "Daniel Qin! Sejak kapan kau mengenal Silvia? Tidak mungkin ini pertemuan pertama kalian kan!". Cecar Ludius tanpa basa basi, tatapan murkanya bagai dewa kematian yang siap kapan saja untuk mencabut nyawa seseorang.

"Sabar Tuan Lu! Anda sepertinya salah paham terhadap saya, saya membawa Silvia kemari dengan Tujuan untuk kesembuhannya", terang Daniel Qin dengan tenang seperti saat pertama kali Silvia melihatnya. Ia datang menggunakan kursi roda dengan 1 suster yang mendorong di belakangnya.

"Apa maksudmu?". Tanya Ludius kembali , tatapannya memandang keras pria yang ada di depannya dan lagi ia memang belum memahami arah pembicaraan mereka.

"Seperti yang anda lihat Tuan Lu, kami memiliki pengetahuan serta alat medis yang mumpuni untuk membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, saya tengah mengembangkan AI dalam dunia kedokteran. Dan kasus rahim Silvia yang bermasalah serta daya hidup Silvia yang di pertaruhkan pada masa trimester kedua dan ketiga akan saya selidiki dan mencoba untuk menyembuhkan luka dalam rahimnya agar ia tidak perlu menggugurkan kandungannya". Kata Daniel menjelaskan apa yang sedang terjadi pada Silvia,