"Aku tidak begitu yakin, tapi dengar-dengar ada sebuah teknologi yang di mutakhirkan dan dapat menyembuhkan luka bagian dalam secara 100%. Cara pastinya aku tidak begitu mengerti, namun dari informasi yang di dapat mereka melakukan penyembuhan secara bertahap melalui alat semacam scan untuk mengetahui titik-titik pasti luka dalam. Di kabarkan ini masih dalam tahap riset dan pengembangan. Dan hasil dari penggunaannya yaitu mempercepat laju perkembangan jumlah sel-sel yang menghubungkan jaringan-jaringan pada organ dalam, serta radiasi yang di pancarkan oleh alat tersebut membantu pelekatan jaringan yang baru terbentuk hingga mencapai 100%. Namun yang pasti sampai saat ini alat tersebut masih dalam tahap gagasan belaka, karena sampai sekarang belum ada orang yang bisa membuktikannya". Kata Linzy memberi penjelasan secara sederhana bagaimana cara kerja alat yang sedang di mutakhirkan.
Ludius terdiam kembali memikirkan kemungkinan yang dikatakan Daniel, 'Apakah aku harus benar-benar menyerahkan penyembuhan Silvia pada Daniel? Tidak adakah cara lain selain meminta bantuan darinya?'.
"Zy, jika memang benar ada orang yang bisa membuktikan gagasan tersebut apakah kau percaya?". Tanya Ludius secara tiba-tiba dan itu membuat Linzy sedikit terkejut.
"Dari mana kau mendapatkan pemikiran seperti itu?, apakah kau baru saja bertemu dengan orangnya?. Tapi jika memang benar yang kau katakan aku akan percaya 50%".
"Mengapa hanya 50%, adakah efek samping dari radiasi yang di pancarkan alat tersebut?".
"Segala bentuk penemuan yang masih dalam tahap uji coba pasti masih memiliki efek samping dan itu tidak bisa di hindari. Hanya saja jika ada orang China yang mampu menapaki langkah berbahaya ini tanpa melakukan riset lebih jauh pastinya akan berdampak pada kestabilan dunia Kedokteran". Ujar Linzy. "Sebentar lagi istrimu akan siuman, kau temanilah dia.."
"..." tanpa sepatah kata Ludius langsung masuk kedalam menemui istri tercintanya, dari balik pintu terlihat Silvia terbaring dengan mata yang masih tertutup. Wajah pucat di balik bias kecantikan Silvia membuat Ludius tidak bisa melepaskan pandangannya dari istri tercintanya.
Menghampiri secara perlahan dan duduk di kursi yang tersedia di samping istrinya, dengan lembut Ludius membelai lembut kepalanya dan memberikan sebuah ciuman di kening istrinya. "Sayang..!". panggil Ludius lembut di samping telinga istrinya,
Beberapa saat hening hingga tiba-tiba jemari Silvia bergerak perlahan, bahkan kelopak matanya perlahan mulai terbuka. Ludius yang masih duduk di samping Silvia masih membisikkan kata-kata romantis ternyata ampuh membangunkan Silvia dari alam bawah sadarnya.
Mendengar sapaan lembut suaminya membuat Silvia menoleh kearah nya. "Suamiku, kita ada dimana kali ini?". Tanya Silvia lirih Pada suaminya,
"Kita ada di rumah sakit Sayang, kau pingsan kembali setelah beberapa saat terbangun". Ujar Ludius.
"Oh.. Ludius, jujur saja aku masih menghawatirkan Daniel. Dia terluka parah ketika menyelamatkanku dari 3 peluru yang mengarah padaku. Sebagai orangh yang di selamatkan nyawanya tentu saja aku tidak bisa tenang sampai tahu keadaannya yang sebenarnya. Aku harap kamu mengerti Suamiku". Kata Ludius menjelaskan kesalah pahaman diantara mereka.
"Ssst... kau tak perlu menjelaskan apapun Sayang, aku mengerti. Aku akan menemanimu nanti menjenguknya dan mengucapkan terima kasih karena telah menyelatkanmu dan calon anak kita".
Tangan Silvia menarik tangan kanan Ludius dan menempelkannya di perut Silvia yang masih datar, dengan senyuman yang merekah ia menggenggam tangan Ludius membantunya mengusap perut datarnya.
"Nak, baik-baik di dalam perut mamamu ya.. jangan nakal agar mamamu tidak kerepotan". Kata Ludius lembut di samping perut Silvia, saat ini Ludius terlihat bagai figur seorang ayah yang jauh dari kesan pembumuh berdarah dingin.
"Benar Nak.. baik-baik di perut mama yah, disini mama dan papa akan mendoakan kesehatanmu dan sangat menanti kehadiranmu". Sahut Silvia masih dengan suara lembutnya. Senyum merekah nan cantik Silvia pancarkan sejenak membuat hati Ludius teriris dan perih bagai tersayat-sayat.
Bagaimana tidak, ia yang sudah mengetahui kondisi sebenarnya Silvia masih harus dihadapkan dilema yang membuatnya memilih antara istrinya atau anaknya yang belum lahir. Dan pilihan terakhir adalah ia harus menyerahkan Silvia pada Daniel qin.
Ludius memandang istrinya dengan senyum palsunya yang di paksakan, berharap Silvia tidak memikirkan apa yang sedang ada di fikirannya. "Sudah Sayang, kamu istirahatlah... jangan fikirkan apapun untuk saat ini. Kondisimu saat ini adalah yang terbaik". Ludius kembali mencium kening Silvia,
"Tapi suamiku.. bukankah kamu mendapat undangan untuk datang ke acara pernikahan Tuan Kim Lion? Dia adalah rekan bisnis yang penting untuk perusahaan, tidak baik jika kamu tidak datang sayang..".
Ludius lagi-lagi tersenyum mendengar kata sayang dari mulut istrinya, "Sepertinya kamu sudah mulai terbiasa dengan kata sayang istriku.."., ledek Ludius.
"Issh.. apaan sih, kapan aku mengatakan kata sayang padamu? PD!!". Kata Silvia berkilah
"Dasar istri tsundere.." Ludius mensentil kening Sillvia dengan penuh kayang,
"Auugh.. sakit tah!!!". Protes Silvia dengan mensungutkan bibirnya.
"Bibirmu itu terlalu manis untuk di anggurin Sayang.. kamu manyun kayak gitu udah narik nafsuku loh.. bagaimana kamu akan membalasnya Sayang?". Ledek Ludius,
"Hnng...!". Silvia memalingkan wajahnya kesal sekaligus berdebar, wajah pucatnya memerah mendengar ledekan suaminya.
"Semakin ngambek kamu semakin menggodaku loh Sayang..".
Ingin rasanya Ludius menikmati barang sebentar bibir manis serta tubuh indah istrinya! Insting liar Ludius seketika bangkit begitu Silvia ngambek. Entah magnet apa yang Silvia gunakan hingga mampu menarik nafsu liar Ludius setiap saat meski hanya dengan sikap acuh dan jengkel istrinya.
Tak bisa menahan hasratnya barang sebentar membuat Ludius menarik dagu istrinya agar mengarah tepat di depan wajahnya. Meski faham betul istrinya tengah tidak enak badan namun keliaran nafsu Ludius ada di level tinggi dimana ia tidak bisa menahan nafsunya barang sebentar. Dengan sedikit di paksakan, Ludius mencuri ciuman Silvia dengan sedikit lembut agar tidak membuat Silvia kaget dan bisa mengikuti irama ciumannya.
Beberapa detik telah berlalu, dalam keheningan di sebuah ruangan Ludius masih melumat dan menyesap bibir ranum istrinya dengan tangan yang mulai gatal ingin menjelajah dan bermain di bagian sensitif istrinya. Namun sebelum itu, dengan paksa Silvia melepas tautan ciuman mereka hingga terdengar deru nafas yang tidak stabil dari mulut Silvia.