2 jam lamanya Ludius melakukan aktifitasnya di ruang kerja sebelum terbang ke Jeju karena masih banyak hal yang harus di urus. Sedangkan Silvia sendiri melakukan persiapan dan packing untuk beberapa hari di luar Negeri dan entah suaminya akan membawanya kemana sebagai kejutan.
"Sayang, kamu sudah siap?". Sapa Ludius di ujung pintu
Silvia yang baru saja berganti pakaian dan sedang memakai sedikit make up untuk meluweskan diri menoleh kebelakang. Suaminya yang sudah memakai jas tuxedo hitam khas dirinya yang berdarah dingin tengah bersandar ke dinding pintu dengan tangan sedekap memperhatikan wajahnya membuat Silvia bersemu merah, malu.
"Apa yang kau perhatikan dan fikirkan suamiku?". Tanya Silvia dengan menyembunyikan perasaan malunya,
"Tidak ada Sayang, haya saja hari ini kamu sangat cantik..!". puji Ludius
"Benarkah? Sungguh? Kalau dengan Shashuang atau waniita mu yang lain bagaimana?". Tanya Silvia agak aneh, tidak biasanya dia membandingkan dirinya dengan wanita lain.
Ludius mengerutkan keningnya heran dengan pertanyaan aneh istrinya. 'Tidak biasanya Silvia mempertanyakan itu...!' batin Ludius.
Dengan langkah gagah Ludius mendekat ke arah istrinya yang masih duduk menoleh ke arahnya. "Sayang.. bagaimanapun penampilanmu di mataku istriku tetaplah yang tercantik. Janganlah terlalu memandang rendah dirimu istriku, karena kau berhak berbangga diri dengan apa adanya dirimu yang berhasil memikat hatiku". Kata Ludius yang kini sudah berada di depan Silvia. Dengan lembut ia menyentuh wajah istrinya yang mendung seakan sedang memikirkan sesuatu.
"Kau selalu saja bisa menenangkan hatiku suamiku, meski perkataanmu sangat sederhana tapi itu sudah cukup untuk menenangkan hatiku". Balass Silvia, tangan kanannya menumpuk di atas tangan Ludius yang menyentuh wajahnya dan memegangnya dengan sepenuh hati.
"Percayalah istriku, tidak akan ada yang bisa menggantikanmu di hatiku. Meski semua masa laluku datang mendekat takkan mengubah kebenaran tentang hatiku..". ungkap Ludius dari dasar lubuk hatinya yang terdalam. Ia mengecup kening Silvia yang terdiam karenanya.
DEG..
Perasaan Silvia seketika bergetar, selalu saja perkataan sederhana Ludius mampu membuatnya jatuh cinta berkali-kali meski sudah tahu akan masa lalunya. 'Tidak seharusnya aku takut dan ragu akan perasaanmu suamiku..'.
Ludius menarik Silvia dari duduknya hingga berakhir dalam pelukannya, pelukan yang selalu membuat istrinya merasa tenang. "Kamu adalah istriku sekaligus cintaku, sudah seharusnya aku memelukmu seperti ini.. tenangkan fikiranmu sayang, jangan sampai itu membuatmu tersiksa".
Silvia semakin mengeratkan pelukannya, entah apa yang dia fikirkan setelah pingsan tadi. Ada semacan ketakutan tersendiri ia akan di tinggalkan suaminya begitu anaknya tiada. Bukankah itu terlalu berlebihan...
Beberapa saat telah berlalu dalam ketenangan dan eratnya pelukan satu sama lain hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, selain itu pesawat telah menunggu di bandara. Setelah mood Silvia terlihat membaik, Ludius melepas pelukannya dan menyentil kening istrinya manja.
"Augh.. sakit sayang..". keluh Silvia sambil mengusap-usap keningnya.
"Sudah siap Sayang?". Tanya Ludius dengan tatapan jahil ia tunjukkan pada istrinya yang kini sudah terlihat cantik dengan balutan Dress panjang berwarna biru kesukaannya.
"Uhm.."
Dengan gayanya yang khas Ludius menggandeng istrinya turun dari lantai atas menuju mobil yang sudah terparkir di depan. Perjalanan kali ini hanya antara Silvia dan Ludius, seharusnya Longshang mengikuti mereka berdua ke Jeju, tapi di karenakan sedang mengusut kasus Putra Keluarga Han yang berani macam-macam pada Silvia membuatnya harus tinggal.
Ketika sampai di depan pintu Pak Sopir yang akan menghantar ke bandara tersenyum melihat pasangan suami istri tersebut keluar dari Mansion dengan bergandengan tangan. Keserasian mereka memang tidak dapat di ragukan lagi, bahkan sopir yang sudah tinggal lama di Mansion Lu pun mengakuinya dan merasa takjub dengan perkembangan kisah cinta mereka meski di landa gelombang berkali-kali.
Ludius pernah sekali duduk berdua dengan Pak sopir mendapat wejangan yang cukup membuatnya tercengan. Menurut hemat beliau sebagai orang yang sudah menikmati asam garam rumah tangga hingga istrinya meninggal, tidak mudah menaruh kepercayaan di atas segalanya apalagi dengan cobaan yang datang dari masa lalu, masa dimana orang tersebut pernah mengalami hal bersama meski itu sebentar.
Jadi beliau mengatakan dengan sungguh-sungguh agar apapun yang terjadi -tetaplah cintai istrimu dan ingat perjuangan yang kalian pertaruhkan agar bisa bersama karena sampai kapanpun bunga yang baru mekar akan terlihat lebih cantik dengan yang sudah mekar dan menunggu layu. Di situ Tuan Lu akan mengerti betapa berharganya sebuah hubungan.
Pak sopir yang sudah menuggu di depan pintu dengan ramah menyambut majikannya. "Tuan dan Nyonya, silahkan masuk..", kata Pak sopir mempersilahkan setelah ia membukakan pintu penumpang.
Dari dalam Bibi Yun keluar membawa koper serta bawaan kecil lainnya, dan memasukkannya satu-satu ke dalam bagasi. Sebelum mereka pergi, Ludius sempat membuka jendela mobil dan melambaikan tangan
"Hati-hati di jalan Tuan dan Nyonya.. semoga liburannya menyenangkan!". Seru Bibi Yun sembari melambaikan tangan. Dan akhirnya mobil pergi meninggalkan depan Mansion Lu.
***
Landasan Udara Shanghai Hongqiao Internasional Airport,
Butuh waktu sekitar 10 menit perjalanan menuju bandara. Di sana Longshang sudah mengatur pesawat pribadi yang biasa Ludius pakai untuk bepergian keluar Negara serta sudah di koordinasikan dengan pihak Bandara untuk landasan pesawat jet tipe Roll Royce AW3002C. dengan jarak tempuh 900km/jam, sedangkan jarak dari Shanghai menuju Jeju adalah 534km/jam. Jadi hanya butuh waktu sekitar 45 menit hingga sampai Bandara Internasional Jeju.
Setibanya di bandara Hongqiao Internasional Airport, Pak sopir langsung membawa mobil ke parkiran bandara. "Tuan, kita telah sampai..". Kata Pak Sopir memberitahu.
Tidak jauh dari mobil berhenti, Longshang yang sudah tiba lebih dahulu menghampiri mobilnya. Silvia yang tertidur di saat perjalanan terbangun begitu Ludius ingin menggendongnya keluar. "Sayang.. kamu sudah bangun?". Tanya Ludius menatap Silvia yang masih menyesuaikan kondisi.
"Apakah kita sudah sampai bandara?" tanya Silvia yang masih lesu dan malas, ia mengedarkan pandangannya menangkap apa yang ia fikirkan.
"Uhm.. ayo turun Sayang..".
Dengan malas Silvia keluar dari mobil bersama Ludius dengan Longshang yang sudah menunggu mereka tidak jauh dari mobil di parkir. "Ludius, aku sudah mengurus segalanya dan pesawat akan lepas landas 10 menit lagi".