Chapter 277 - 277. Kedatangan Putra Jendral

"OK! Kau lanjutkan penyelidikanmu mengenai Perusahaan Han, pastikan kau menemukan bukti penggelapan dana yang mereka lakukan. Aku ingin Perusahaan Han tumbang dalam 1 malam!!". Aura kemarahan Ludius seketika menyeruak, terlihat jelas betapa ia ingin menghancurkan mereka hingga tanpa tersisa.

'Mereka yang berani pada mencelakai wanita dari Ludius Lu akan menerima akibatnya!'.

"Baik! Aku pastikan Perusahaan Han akan hancur malam ini. Aku sudah memerintahkan Wangchu untuk mencari buktinya, dan kemungkinan sore ini akan keluar hasilnya".

"Aku akan menunggu berita baiknya, lanjutkan tugasmu!". Perintah Ludius, ia menggandeng Silvia melanjutkan langkah mereka menuju pesawat yang sebentar lagi lepas landas.

Silvia heran dengan suaminya yang terlihat begitu marah ketika membahas seseorang,'Sebenarnya siapa yang Silvia maksud?',.

Sebenarnya Silvia ingin menanyakannya, tapi di lihat dari sorot matanya Ludius pasti sedang marah. Bukan waktu yang tepat jika Silvia menanyakannya sekarang. Mungkin hari ini ia akan membiarkan Ludius melakukan hal sesukanya, karena bagi Silvia jalan-jalan ke Jeju adalah honeymoon yang ke sekian kalinya untuk mengganti waktu yang terlewat begitu saja.

Pintu pesawat terbuka dan tangga dengan otomatis turun, Ludius yang menggandeng mesra tangan istrinya menaiki pesawat dengan hati-hati. Karena penasaran dengan kejutan apa yang akan Ludius berikan begitu sampai di dalam kabin dan duduk santai berdu Silvia tiba-tiba berdehem.

"Ekhem.. Sebentar lagi take off nih!". Celetuk Silvia yang ada di samping suaminya, dengan sedikti usil Silvia melirik kearah suaminya yang terus saja terdiam sejak pembicaraan terakhirnya dengan Longshang.

Merasa di usili istrinya, Ludius yang memiliki tabiat nakal pada istri tercintanya langsung membalas tanpa melihat ke arahnya. "Uhm.. jangan menggodaku seperti itu sayang.. kalau memang kamu ingin memandangi wajah tampan suamimu ini, tinggal pandang saja.. ". Ujar Ludius santai,

"NARSIS..! siapa juga yang memandangimu, aku kan cuma bilang kalau sebentar lagi take off. Jangan main ponsel dulu!". Tegur Silvia mencari alasan.

'Dasar istri tsundere, tinggal bilang ingin lihat wajahku saja apa susahnya..'. batin Ludius. Ia hanya diam tak menjawab dengan senyum simpulnya.

// // // // /// // // // // // // //

-Rumah Sakit Shanghai China

Setelah kepergian Silvia bersama Ludius dari rumah sakit Linzy meneruskan bekerja, Wangchu kembali meneruskan tugasnya untuk menyelidiki apa yang mereka dapatkan di rumah sakit elit Wutian. Sedangkan Zain masih diam terpaku melihat kepergian Silvia yang tidak mengatakan apapun padanya. Bagi seorang Zain Malik di acuhkan Silvia itu lebih menyakitkan dari pada penyakit itu sendiri.

"Zain.. maaf yah..". Kata Emilia pelan dengan memalingkan wajahnya, "Jika saja aku tidak meminta bantuanmu tadi, kau pasti sudah menjalankan tugasmu untuk mengawal Silvia". Emilia berbicara penuh penyesalan, karena ia tahu bagaimana pentingnya Silvia bagi Zain.

"Menyelamatkan orang lain itu sudah sewajarnya, kau tak perlu meminta maaf. Ayo kembali, aku akan mengantarmu..." kata Zain mengalihkan pembicaraan. Ia beranjak dari duduknya dan melangkah pergi di susul Emilia.

Sikap dingin dan acuh Zain yang tiba-tiba setelah mereka tertawwa bersama benar-benar menyiksa hati Emilia. Tapi apalah daya, Zain bahkan tidak memandang ke arahnya bagaimana dia bisa untuk menyentuh hati pria yang tergila-gila pada wanita yang telah beristri?.

"Apakah kau masih berharap bahwa Silvia dapat kembali padamu? Cinta bukan suatu hal yang bisa di paksakan Zain". Kata Emilia saat mereka sudah berada di depan mobil.

Zain tidak menyahut perkataan Emilia, ia diam seribu bahasa sambil membukakan pintu samping penumpang. "Masuk..!". tegas Zain

"Zain..! sampai kapan kau akan terjebak dalam masa lalu? Silvia sudah bahagia dengan Tuan Lu. Kau juga harus berdamai dengan perasaanmu!". Emilia memandang tegas pada Zain yang membuang muka.

"Masuk!".perintah Zain,

"Tidak sebelum kau mengatakan akan berdamai dengan perasaanmu. Kau tidak tahu, bahwa masih ada orang lain yang memikirkanm, berharap kau hidup lebih baik. Karena hati ada untuk saling mengerti bukan memaksa dan sikapmu ini sama saja memaksakan hati Silvia untuk melihat ke arahmu",

"Kalau kau tidak mau masuk, aku akan meninggalkanmu sendiri di sini". Kata Zain masih mengalihkan pembicaran.

'Bukan aku tidak ingin melupakan Silvia, tapi hati ini yang belum sampai untuk melupakannya. Andai ada obat pelupa ingatan aku akan dengan senang hati meminumnya, karena perasaan seperti ini sungguh menyaktikan..'. namun Zain hanya bisa mengatakannya dalam hati, tak urung mulutnya sampai untuk mengatakannya pada Emilia.

Emilia belum masuk dan masih berdiri didepan pintu mobil. Melihat sikap keras kepala dari Emilia membuat Zain diam dan membiarkannya melakukan hal sesuka hatinya. "Terserah..!".

Dengan mendengus kesal Emilia masuk ke dalam mobil, dan akhirnya mereka pergi bersama dalam diam. Karena kejadian Emilia hampir di celakai untuk ke dua kalinya dan di selamtkan oleh Zain setelah tiba ke China, Kakaknya Putra Mahkota Richard memerintahkan Emilia untuk pergi ke sebuah Mansion yang ada di Daerah Tiongkok. Kemungkinan besar Pangeran Richard sudah mengerahkan mata-matanya untuk mengikuti Emilia dan mengetahui apa yang terjadi sehingga ia harus turun tangan sendiri.

Dalam setiap perjalanan hanya ada keheningan di antara keduanya, tidak ada yang berbicara atau mengeluarkan suara hingga tiba di sebuah Mansion yang di tunjukkan Pangeran Richard. Dari luar terlihat sebuah bangunan modern dengan Desain rumah kaca dengan halaman yang luas. Di depan pintu sudah ada beberapa penjaga yang berdiri lengkap dengan jas hitam yang selaras.

"Kita sudah sampai!". Kata Zain memberitahu setelah ia memarkir mobil di halaman Mansion.

"Ayo turun, temani aku masuk ke dalam. Kau adalah orang yang telah menlongku untuk kedua kalinya, bagaimana aku bisa melepaskanmu pergi!!".

"Aku takkan lari, kau keluarlah!". Zain membuka pintu lalu keluar dari dalam mobil disusul Emilia.

"Aku tahu, kalau aku tidak memaksamu kau pasti akan kabur!". Dengan senyum mengemmbang Emilia menarik pergelangan tangan Zain membawanya masuk ke Mansion.

Di depan pintu begitu Emilia lewat para pengjaga yang tadinya berdiri tegak menunduk di depan Emilia. "Selamat Datang Putri Emilia Keirl Hamilton, Tuan Muda Dixie telah menunggu anda di dalam", kata salah satu penjaga dengan menundukkan setengah badan.

"Ayo Zain, temani aku masuk kedalam",

Langkah selaras mereka membuat seorang pria berjas tengah duduk di ruang tamu langsung beranjak begitu melihat Emilia datang dengan seorang pria. "Salam kepada Putri Emilia, saya Dixie Candler Putra Jenderal Marquez Candler di utus langsung oleh Putra Mahkota untuk menjaga anda", kata pria yang bernama Dixie Candler memberi salam dengan menundukkan badan.