Chapter 278 - 278. Kedatangan Putra Jenderal bag 2

"Apakah kalian memata-matai setiap pergerakanku? Aku tidak butuh pengawalan! Dixie kau boleh kembali. Katakan pada Kakak aku pasti akan melakukan tugas dengan sebaik mungkin". Tolak Emilia secara langsung,

"Maaf Putri Emilia, saya tidak bisa pergi, ini adalah perintah khusus dari Putra Mahkota untuk menjaga anda selagi anda di luar Istana, apalagi ini adalah Negara Luar dari Kerajaan. Putra Mahkota sangat mengkhawatirkan anda".

Zain yang sedari tadi diam memperhatikan dengan sikap acuh dan dingin melepaskan tangan Emilia yang mencekal pergelangan tangannya. "Emilia, penjagamu telah datang dan tugasku untuk mengantarmu telah selesai. Aku harus pergi!". Kata Zain ketus dan dingin hingga terdengar oleh Dixie sang penjaga.

"Berhenti!!". Seru Dixie pada Zain, "Perbaiki kata-katamu! Apa kau tidak tahu kau sedang berbicara dengan Putri dari Kerajaan Hardland!".

Langkah Zain terhenti, ia menoleh kebelakang dan memandang dingin penjaga yang bernama Dixie tersebut. "Dia Putri dari Kerajaanmu kan! Kalau begitu jaga dia baik-baik, jangan sampai karena kelalaian, Putri kalian membuat masalah pada orang lain!".

"Kau!! Lancang sekali bicaramu!". Kata Dixie dengan emosi yang membuncah dengan tangan menunjuk tepat ke wajah Zain begitu ia mendengar Zain mengatakan dengan sesuka hatinya mengenai Emilia.

"Emilia, perbaiki sikap penjagamu! Aku pergi dulu". Uja Zain. Ia melanjutkan langkahnya tanpa menggubris Dixie yang jelas-jelas sedang mengumpatnya.

Melihat Zain pergi begitu saja dengan wajah dinginnya yang menyebalkan, Emilia mengalihkan tatapan amarahnya pada Dixie. "Kau puas sekarang! Dia telah pergi, sekarang apa maumu!!". Sorot mata amarah yang Emilia tunjukkan membuat Dixie bingung apa yang salah dengan sikapnya?.

"Putri Emilia, mengapa anda seperti tidak suka dengan kedatangan saya? Saya kemari di utus khusus oleh Pangeran Richard untuk menjaga anda. Bagaimana anda bisa menunjukkan wajah musam anda pada saya?". Tanya Dixie bingung,

Dixie Candler sseorang perwira di Kerajaan Hardland sekaligus putra dari Jenderal Agung Marquez Candler, di umurnya yang masih terbilang muda yaitu 25 tahun dia sudah mendapatkan mandat untuk menjadi salah satu pelatih Militer di Kerjaan Hardland. Selain kecakapannya dalam ilmu bela diri dan kemiliteran, Dixie juga memiliki kepandaian dalam menyusun strategi perang. Inilah mengapa Putra Mahkota Hardland sangat mempercayakan Emilia padanya.

Tapi ada 1 hal yang tidak Pangeran Richard ketahui yaitu mengenai perasaan Dixie yang dalam pada Emilia. Dixie yang terus menerus mencoba agar memiliki kesempatan untuk mendapat hati Emilia selalu terhalangi oleh tugas dan kesehariannya. Begitu Dixie mendapatkan kesempatan ia langsung terbang ke China untuk menemui Emilia segera.

"Itu karena kau terlalu ikut campur dengan urusanku! Berhentilah untuk mengikuti kemanapun aku pergi! Aku juga memiliki kehidupan dan privasiku sendiri. Dan hari ini gara-gara kau!", menunjuk Dixie dengan kesal. "Zain pergi tanpa sepatah kata padaku. Apa kau puas!!". Sentak Emilia dengan geram.

Hanya bisa diam terpaku mendengar perkataan Emilia yang begitu kental akan emosi tanpa mneyadari apa kesalahannya. Perlu di ketahui, Dixie adalah seorang pria dengan strategi perang tinggi namun paling payah dalam memahami isi hati wanita meski itu Emilia yang ia cintai.

Melihat wajah polos Dixie Emilia hanya bisa mendengus kesal, "Sudahlah, lupakan! Ini mansion untuk kita tinggali bukan! Aku akan ke atas untuk tidur! Jangan panggil aku sampai aku keluar, mengerti!!". Perkataan Emilia penuh tekanan dan emosi, ia menatap dingin Dixie lalu menaiki tangga yang membawa ke lantai atas.

"Apa aku melakukan sebuah kesalahan?", fikir Dixie, "Jelas-jelas aku hanya menegur seorang pria yang seenaknya saja berbicara tentang putri Emilia. Tapi mengapa justru aku yang kena MARAH?". Dixie terus memikirkan kembali apa yang membuat Putri Emilia yang ia cintai marah kepadanya.

// // // // // // // // // //

45 menit lamanya Silvia dengan Ludius berada dalam pesawat yang membawa mereka menuju pulau Jeju. Di tengah perjalanan hanya ada ledekan Silvia pada suaminya yang tidak biasanya terlihat kalem dan anteng tanpa celetukan ataub ledekan yang biasa Ludius ucapkan padanya. Heran dengan perubahan mood suaminya yang aneh Silvia terus saja menggoda sampai Ludius menutup buku berukuran sedang yang sedang ia baca.

TAK!

Ludius menutup buku dan langsung menatap anteng istrinya yang sedang menggodanya habis-habisan. Karena duduk mereka bersebelahan membuat Silvia semakin jelas memandang suaminya. Entah mengapa saat ini insting menggodanya begitu menggebu meski perasaannya tidak pernah tenang sejak ia keluar dari Rumah Sakit Elit Wutian.

"Apakah begitu menyenangkan memandang seorang pria seperti itu?". Tanya Ludius, pandangannya kini terfokus pada istri nakalnya.

"Habis nya kamu diam mulu sih dari tadi, aku yang nggak suka di cuekin wajar dong nganggu suamiku??". Kata Silvia manja dengan mengedipkan salah satu matanya.

Ludius tersenyum seringai melihat apa yang dilakukan Silvia, ia menarik dagu manis Silvia hingga tatapan mereka saling memandang. "Baby, kamu sudah menggodaku sedari tadi, kira-kira hukuman apa yang pantas suamimu ini berikan pada istri yang nakal sepertimu?". Tanya Ludius dengan menunjukkan sorot matanya yang tajam.

Namun bagi Silvia seberapa tajam dan dingin sorot mata suaminya di mata Silvia Ludius etaplah pria hangat yang penuh cinta.