Chapter 283 - 283. Sepucuk Surat Peringatan

Beberapa saat telah berlalu, namun tidak ada tanda-tanda adanya suara atau orang yang memasuki ruangan, karena penasaran Ludius akhirnya beranjak dari tempatnya dan melihat ada apa sebenarnya. Di depan pintu yang masih tertutup terdengar tenang tanpa ada suara orang yang mengetuk pintu. Setelah ia buka pintunya tidak terlihat seseorang sama sekali.

"Apakah tadi hanya perasaanku saja?". Fikir Ludius. Ia melihat kearah sekeliling untuk memastikan tidak ada apapun, namun ia justru menemukan sepucuk surat tak bertuan yang tergeletak tepat di bawah pintunya. Karena itu di bawah pintunya, sudah jelass itu untuknya bukan..!

[Tuan Ludius Lu, lama kita tidak bertemu atau bersua. Bagaimana kabar anda? Terakhir kali kita bertatap muka adalah di party waktu itu. Saya salut pada anda Tuan Lu.. yang dapat mengecoh musuh dengan membawa serta wanita lain sebagai pengganti istri anda. Tapi Sayang sekali, anda takkan bisa mengecoh saya yang tahu dengan jelas siapa wanita saya. Untuk saat ini saya akan membiarkan anda menjalani hari-hari anda dengan kekasih saya Silvia Zhuan. Asal anda tahu, Silvia sejak dalam kandungan sudah di jodohkan dengan saya oleh leluhur kami. Cobalah anda cari tahu identitas Silvia Zhuan sebenarnya. Maka anda akan tahu bahwa anda telah merebut hak atas calon pendamping saya].

Begitu Ludius selesai membaca surat tak bertuan, ia langsung memahami dan tahu pasti bahwa orang itulah yang telah sengaja mengirim dan memperingatkannya akan posisinya. "Kurang ajar..! berani sekali Pemimpin Dark Phantom memperingatkanku. Tapi apa yang ia ketahui tentang identitas sebenarnya Silvia?. Apakah ada hal yang terlewat dari penyelidikanku mengenai Silvia?".

Segera Ludius melipat kembali kertas tersebut sebelum Silvia melihatnya, karena ia tahu Silvia pasti juga tidak tahu akan hal ini. Dengan cepat ia menaruh kertas tersebut ke dalam salah satu map yang tertumpuk di atas meja. "Untuk sementara aku akan menyelipkannya di sini, semoga Silvia tidak berfikiran untuk membuka file-file ini atau semuanya akan selesai".

Tap.. Tap.. Tap..

Terdengar langkah kaki yang memakai sandal keluar dari kamar mandi, dan terlihat Silvia yang hanya memakai handuk kimono segera berpindah ke ruang ganti untuk memakai Dress panjangnya. "Ludius, cepat sana kamu mandi suamiku!". Kata Silvia yang terkesan memerintah dari balik ruang ganti.

Setelah menyembuyikan sepucuk surat tersebut dengan aman, Ludius lalu beranjak dari tempatnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dengan tak lupa mengambil handuk yang tersampir di bagian lemari gantung.

***

20 menit mereka habiskan untuk bersiap-siap, Ludius yang sudah memakai jas tuxedo hitam dengan kemeja dan dasi yang selaras menunggu istrinya yang sedang memakai make up di sofa. Memang wanita adalah wanita yang merepotkan bukan? Bahkan untuk memantaskan diri mereka harus duduk di depar cermin dengan sedemikian rupa dan membutuhkan tenggan waktu ytang cukup lama.

Untung saja Silvia bukan wanita yang terlalu gila akan make up tebal, dia memang lebih nyaman dengan make up yang natural dan sesuai dengan warna kulitnya yang kuning langsat khas sekali orang Indonesia, memakai lipstik pun ia memakai warna yang sesuai dengan warna ranum bibirnya. Mungkin ini juga yang menjadi daya tariknya di mata para pria dengan apa adanya Silvia

"Kamu belum selesai Sayang?". Tanya Ludius, ia mendekat ke arah belakang istrinya yang masih duduk di depan cermin.

"Sudah kok, ini cuma lagi benerin resleting. Aduh.. kok susah banget yah?". Keluh Silvia dengan tangan kanan membelakangi punggung yang sedang menarik resleting sedangkan tangan kiri memegang bagian bawahnya.

Melihat istrinya kesusahan, Ludius lantas membantu menarik sletingnya dengan tatapan yang memandang lurus ke cermin. "Kamu cantik sekali sore ini Sayang?. Lain kali kalau susah bilang dong, kan suamimu ini bisa bantu..".

"Uhm.." Silvia hanya berdehem mengiyakan. "Kita berangkat sekarang kan suamiku?". Tanya Silvia, ia tidak mengindahkan suaminya yang masih memperhatikannya dan beranjak dari duduknya mengambil tas yang masih berada di dalam koper.

"Ohya suamiku, ponselku ada dimana yah? Apa kamu melihatnya?". Tanya Silvia kebingungan. Ia dengan cepat menggeledah satu persatu tas, koper, dan semua yang ada di atas meja.

Begitu Ludius teringat ada surat yang ia di selipkan di dokumen dan takut istrinya akan menemukannya, dengan cepat Ludius menghentikan kelakuan istrinya. "Sudah cukup Sayang, apakah kamu ingin membuat tempat ini berantakan?", Ludius memegang kedua tangan Silvia yang sedang menggeledah seisi meja dan memaksanya duduk terlebih dahulu di sofa.

"Aku sedang mencari ponselku suamiku! Seingatku selamandi pesawat aku taruh di tas. Masa sih nggak ada?". Fikir Silvia sambil memutar kembali memorinya mengingat hal selama di dalam pesawat.

"Sudah Sayang, nanti juga ketemu. Memangnya untuk apa kamu bawa ponsel Sayang?".

"Hnnng.. mau tahu ajah!".

"Awas loh ya kalau istriku ini main tukar nomor dengan Oppa yang ada di sana..! suamimu ini tidak segan-segan untuk menghukum istri nakalnya di atas ranjang nanti..".

Silvia mengambil paksa ponsel yang ada di tangan kanan suaminya. "Bukannya kau yang senang bermain dengan wanita-wanita yang ada disini? Kulit mereka putih, body seksi, wajah mereka apalagi.. kelewat cantik! Aku yang apa adanya ini mana sanggup bersaing dengan wanita seperti mereka!!", kata Silvia dengan meninggikan nada bicaranya.