Silvia memandang intens suaminya, mata bulat dengan bulu mata yang lentik itu mengedip manja membuat sang suami tersenyum seringai.
"Bukankah kau yang mengajari aku tentang ini.. Ish... pura-pura tak tahu pula!". Wajah merajuk Silvia yang menggemaskan membuat Ludius ingin mencubitnya.
"Dari mana kau mempelajari bahasa sebanyak itu Sayang?"
"Dari pria play boy sepertimu!" menunjuk dada bidan Ludius, " Memang siapa lagi orang yang pandai bersilat lidah pada banyak wanita selain dirimu?". Kata Silvia mendelikkan matanya.
"Ishh.. Tapi yang Tuan Lu cintai ini hanya Silvia Zhuan seorang",
"Modus lagi..!",
"Mau istriku mengatakan modus sejuta kalipun maka aku akan mengatakan Mencintaimu sejuta kali pula".
"..." Silvia hanya terdiam dengan berseri-seri mendapat begitu banyak perkataan manis dari suaminya, antara malu dan bahagia. Perasaaannya bagai melayang jauh, disitu Ludius terdiam sejenak.
"Sayang.. Izinkan aku mengatakan ini untuk kesekian kalinya. Tetaplah disisiku, OK..!".
"Uhm.." jawaban singkat Silvia mewakili seluruh perasaannya, ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Ludius. "Ingatlah akan janjimu, jangan pernah tinggalkan aku.." ucap Silvia.
'Maafkan aku Sayang, mungkin dalam waktu dekat aku akan pergi dengan jangka waktu yang tidak bisa di prediksi',
Membelai lembut surai rambut Silvia yang di biarkan tergerai, untuk sejenak di depan jendela yang membentang di depannya pantai Jeju menjadi saksi bahwa Hati takkan bisa terpisah meski raga terpaut jauh.
***
Matahari terus merangkak mendekati senja menemani sepasang suami istri yang tengah duduk berdua menghadap jendela menikmati pemandangan pulau Jeju. Waktu yang di lewati bersama membuat keduanya tidak sadar waktu sudah menunjukkan pukul 03.30 sore waktu setempat.
"Suamiku, ini sudah sore. Mau sampai kapan kau memelukku seperti ini?". Tanya Silvia sambil menoleh ke samping dan melihat wajah suaminya yang teduh.
"Sampai aku puas..". jawab Ludius santai, ia mencium ujung kepala istrinya dengan tangan kanan yang usil mencubit pinggang istrinya.
"Augh..!! apa-apaan sih Ludius, jangan genit deh..!". Silvia mendelikkan matanya memperingatkan suaminya dengan tangan kirinya mencubit tangan kanan suaminya yang usil.
"Genit sama istri sendiri emang apa salahnya? Lagian kalau aku genit sama wanita lain emang boleh?".
Mendengar hal itu Silvia melepaskan pelukan Ludius dan duduk berbalik arah mrnghadap suaminya. "Dengar yah suamiku yang playboy..!" sambil menunjuk dada bidang suaminya. "kalau kamu berani main mata apalagi genit sama wanita lain, aku tidak akan segan untuk mengusirmu saat malam tiba!", ancam Silvia
"Kamu berani mengancamku sayang?". Tangan kanan Ludius menyentuh lembut wajah Silvia dengan tangan kiri menarik erat pinggang istrinya sehingga keduanya saling dekat tanpa jarak,
"Ludius, apa yang kamu lakukan?". Silvia melirik kearah samping, dan melihat tangan Ludius sudah bermain di area sensitifnya.
"Memanjakanmu, memang apalagi?!". Jawabnya santai,
Blussh...
"..."
Meski kesal dengan tingkah Ludius bahkan sampai menumbuhkan urat-urat kecil di sebagian wajahnya, nyatanya wajah Silvia tetap memancarkan rona merah bagai tomat matang membuat Ludius semakin ingin mengggoda istri tsundere nya itu.
"Wajahmu sudah memerah loh Sayang..". goda Ludius, ia mensentil kening yang berurat itu dengan manja. "Dasar istri Tsundere.. mengapa diam? terus saja marah-marah, lagian marahmu juga menggemaskan Sayang. Tenang saja, suamimu ini akan mendengarkan dengan sepenuh hati". Ujar Ludius dengan nada menggoda serta tatapan nakal dari dua sorot mata hitam kelamnya.
"Siapa yang marah-marah!! Ini sudah sore suamiku, kita harus bersiap-siap menghadiri acara resepsi Pernikahan Tuan Kim Lion". Silvia mengghentikan pergerakan tangan kiri Ludius yang sedang menjelajah bagian bawah tubuhnya.
"Beri aku ciuman sekali lagi Sayang.. aku janji setelah ini aku takkan menggodamu lagi sampai acara resepsi tiba". Ludius menawar dengan senyum khasnya seraya mengacungkan tangan membentuk huruf V.
"Nggak..! sekali tidak ya tidak! Ini sudah sore, aku mau mandi dan ganti baju..!". Silvia beranjak dari sisi Ludius dan menuju koper yang masih di biarkan tergeletak di samping sofa. Ia mengambil satu setel gaun beserta aset lainnya. Setelah itu dia menuju almari yang berada tidak jauh dari ranjang tidur dan mengambil handuk kimono yang sudah di sediakan lengkap di resort.
"Dengar suamiku, kita itu salah satu tamu penting Tuan Kim, beliau bahkan secara langsung mengutus Asisten pribadinya untuk memberikan undangannya pada kita. Masa kita datang terlambat! Itu sama saja kita tidak menghargai niat baik Tuan Kim". Ucap Silvia, ia yang tidak melihat bagaimana reaksi suaminya langsung pergi menuju kamar mandi.
"Masih saja susah untuk membuatmu mengakui perasaanmu. Untuk hari ini aku akan melepaskanmu sayang. Tunggu sampai aku memberikan kejutan padamu, saat itu pula aku takkan melepaskanmu". Gumam Ludius.
Karena Silvia sedang mandi, Ludius iseng membuka kembali laptopnya sambil mengecek beberapa dokumen yang tadi lupa belum ia lihat. Di tengah ke gabutan Ludius karena banyaknya laporan yang masuk ke emailnya, terdengar suara ketukan pintu yang mengusik dirinya yang hampir bersandar di sofa untuk memejamkan mata barang sekejap.
"Apakah tidak ada waktu bagiku untuk beristirahat barang sebentar?". Gerutu Ludius sembari mendengus kesal. "Masuk! Pintu tidak di kunci!". Kata Ludius dengan suara keras.