Chapter 281 - 281. Love you..! tetaplah berada di sisiku

"Ibu Mertua.. hampir saja aku akan berkata kasar karena ku pikir ini dari Perusahaan.." gumam Ludius.

["Iya Ibu Mertua, ada apa gerangan menelfon kami?"], tanya Ludius dengan hati-hati. Bagi Ludius tidak ada hal yang lebih menakutkan selain amarah Silvia dan ibu mertua.

["Kau menantu tak berbakti! Sudah lama tak memberi kabar, apa kalian melupakan masih ada orang tua kalian di Indonesia?"]. terdengar suara amarah Ibu Yuliana di ujung telefon.

["Ibu.. Maafkan kami yang jarang memberi kabar. Putri ibu dalam keadaan baik-baik saja untuk saat ini..."]. ucapan Ludius terhenti, ia tak tahu bagaimana harus mengatakan hal menyakitkan ini pada Ibu mertuanya.

["Nak, Putri Ibu baik-baik saja untuk saat ini? Maksudnya apa Nak Ludius?"].

Terdengar Ibu Yuliana meminta ketegasan jawaban menantunya yang mengatakan hal menggantung. Ludius sendiri lantas tidak langsung menjawab ketegasan Ibu Mertuanya itu. Keraguan untuk mengatakan yang sebenarnya serta takut akan kesalahpahaman yang Ibu Yuliana tangkap nanti dengan yang ia katakan membuat Ludius akhirnya memilih untuk tidak mengatakannya sementara waktu.

["Silvia baik-baik saja, dia hanya sedikit lemah Bu. Kebetulan kami akan menghadiri acara pernikahan rekan bisnis dan sekalian berlibur ke Pulau Jeju. Sebenarnya saya tidak ingin membawa serta Silvia karena memang kondisinya yang sedang kurang baik. Tapi dia ngotot untuk ikut. Maafkan saya tidak bisa menjaga Silvia sebaik mungkin"].

["Ibu mengerti Nak, syukurlah kalau kalian sedang menikmati waktu kalian. Ibu menelfon karena akhir-akhir ini perasaan Ibu tidak enak dengan kondisi kalian dan terus kefikiran"].

["Kalau begitu, apakah Ibu bisa datang ke China dan menemani Silvia selagi saya pergi untuk urusan bisnis ke Kerajaan Hardland?"]. tanya Ludius agak ragu dan malu. Pasalnya dia sudah banyak merepotkan Ibu mertuanya di saat-saat genting.

["Boleh Nak, kebetulan Ibu sudah kangen banget dengan Putri Ibu.."].

["Baik Bu, Mungkin 3 hari lagi ajudan saya akan menjemput Ibu. Lebih cepat lebih baik. Saya ingin memberi kejutan pada Silvia, dia pasti senang dengan kedatangan Ibu."]

["Baik, jaga diri kalian baik-baik. Ibu tidak ingin menggangu jadi Ibu tutup dahulu telefonnya"].

Tut... Tut... Tut...

Ludius yang sedari tadi menahan nafas mendapat telefon dari Ibu mertua, akhirnya bisa menghela nafas lega. "Huft... syukurlah Ibu mertua tidak menanyakan lebih jauh tentang kondisi Silvia..". gumam Ludius. Karena pembicaraannya dengan Ibu mertua membuat Ludius kehilangan fokus dan semua pekerjaanya buyar..

Laptop dan dokumen yang sedari tadi terbengkalai karena mendapat telefon dari Ibu Mertua mulai Ludius perhatikan kembali sembari menunggu waktu undangan tiba. Beberapa dokumen yang di kirimkan melalui email tidak begitu penting dan hanya ia baca sekilas.

Setelah selesai dengan beberapa file dan dokumen yang di bebankan kepadanya, Ludius menutup laptop dan menyandarkan kepalanya yang sedikit berat di sofa empuk dan mencoba memejamkan mata barang sebentar. Tapi sangat di sayangkan.. di saat ia hampir memejamkan mata, terdengar suara celetukan istrinya yang sepertinya baru saja terbangun.

"Sayang.. kita ada dimana?". Suara lembut Silvia apalagi saat memanggil Ludius dengan kata Sayang membuatnya langsung menghampiri istrinya.

"Kamu sudah bangun sayang? Kita sudah ada di resort. Bagaimana tidurnya, nyenyak?". Dengan senyum khasnya, Ludius mendekatkan dirinya pada istrinya yang masih tiduran dengan malas. Kecupan melesat di kening istrinya hingga membuat istrinya bersemu merah,

"Uhm.." Silvia menjawab dengan menyembunyikan wajahnya malu,

'Arrgh... mengapa disaat seperti ini kau terlihat tampan dan gantle Sayang..? jangan sampai aku diabetes karena melihat senyummu yang menawan itu..'. batin Silvia.

"Ada apa Sayang, apa wajahku begitu memukau hingga hingga istriku ini menyembunyikan wajah malunya?".

Semakin Silvia menunjukkan wajah merah meronanya, justru semakin mengundang insting liar Ludius. Tanpa bertanya terlebih dahulu, Ludius menyelipkan tangannya di bawah punggung dan menarik tubuhnya istrinya hingga berakhir dalam dekapan Ludius.

"Kamu tidak bisa mengalihkan wajahmu dariku Sayang..!".

"..." Silvia hanya diam tanpa mengatakan sepatah katapun karena memang ia masih menyembunyikan wajah malunya,

'Apa yang akan kau lakukan Ludius? Ayolah.. jangan tempatkan aku pada situasi seperti ini Ludius..'.

Tangan kanan Ludius memegang dagu serta mengalihkan wajah istrinya agar melihat tatapan matanya dengan jelas. "Sayang, tatap mataku dan katakan padaku bahwa kamu mencintaiku..". goda Ludius, .

"Bisa tidak, kamu jangan menggodaku! Sebentar lagi kita akan menghadiri acara Pernikahan Tuan Kim Sayang.." bujuk Silvia membuat alasan. Ia mencoba melepas tangan Ludius yang mencengkram erat dagunya, tapi tetap saja Silvia takkan mampu melepas cengkraman tangan kekar suaminya.

"Katakan kalau kamu mencintaiku.. baru aku akan melepaskanmu Sayang..".,

"Moduzmu.. bikin aku merinding..".

"Silvia Zhuan adalah istri dari Ludius Lu. Untuk apa aku harus modus pada istriku sendiri", sorot mata Ludius begitu dalam, bagai sihir yang dapat membuat seseoang takluk dalam sekejap mata.

Seketika Silvia tesenyum datar mendengar celetukan suami bucinnya. Tak urung ia melihat ke dalam sorot mata indah suaminya. 'Mata hitam nan kelam.. seolah menyihir perasaan dan cintaku. Bagaimana kau bisa memiliki mata seindah ini Ludius?'.

"Uhm.. kau menang!!. I LOVE YOU.. Wo ai ni.. main thumse pyaar karata hoon.. Uchibbuka.. Saranghae..".

"I LOVE YOU to baby.." Ludius mengecup manis bibir Silvia. "Sayang.. kau makin nakal yah sekarang..".