Chapter 280 - 280. Panggilan dari Ibu Mertua

Pemandu Hyun memasuki resort dengan di ikuti Silvia dan Ludius menyusuri setiap ruangan menuju kamar yang sudah mereka booking sebelumnya. Dengan Silvia yang tertidur dalam gendongan Ludius sudah cukup menyita perhatian banyak pengunjung. Banyak dari mereka menatap takjub serrta iri pada Silvia yang tidur dalam gendongan pria muda nan tampan dengan penampilan dan status tinggi seperti Ludius.

Seperti obrolan sekerumun wanita yang tengah liburan di Pulau Jeju ini, mendapat kesempatan secara langka di karenakan Tuan Kim memboking seluruh resort hingga membuat mereka memiliki kesempatan emas untuk menikmati Jeju tanpa harus merogoh kocek sepeserpun.

Lihatlah pria itu..bukankah dia sangat romantis?

Hah.. kau benar! Dia rela membawa wanita dlam gendongannya menyusuri resort sejauh ini. Kalau suamiku pasti aku sudah di tingga di dalam mobil. Huh...

Hahaha... itu kan kau! Coba kalau kau punya suami seperti dia! Tampan kaya memiliki kedudukan dan pastinya sangat mencintai istrinya.. kau pasti akan di manja seumur hidupmu!.

Celetukan demi celetukan terus bersahutan memenuhi suara seisi ruangan dan resort bagian bawah. Sejauh Ludius berjalan ia mendengar banyak perkataan yang memuja dirinya dan kadang mengumpat mereka. Ingin sekali ia bungkam saat itu juga, namun ia tak ingin membangunkan Silvia yang tengah tertidur pulas.

***

"Tuan.. kita telah sampai di ruangan anda..". kata pemandu Hyun begitu tiba di lantai 25 di depan pintu ruangan yang akan mereka tempati dengan pemandang terbaik di areanya.

Pemandu Hyun membukakan pintu dan mempersilahkan Ludius masuk untuk segera membaringkan istrinya. "Silahkan di nikmati waktu luang anda Tuan.. sebentar lagi barang bawaan anda akan sampai. Kalau begitu saya permisi..". ujar Hyun sang pemandu lalu pergi dari depan pintu ruangan yang di tempati Ludius.

Ruangan yang cukup luas dengan 1 kamar luas dan segala fasilitas lengkap lainnya yang mendukung resort ini menjadi yang terbaik. Di sudut kamar yang lebar Ludius membaringkan Silvia yang ,asih memejamkan mata. "Sayang.. kita telah sampai. Tapi sepertinya kamu sangat kelelahan! Sebenarnya ada baiknya kamu tidak ikut tadi.." . gumam Ludius.

Dengan telaten Ludius melepas sepatu hak tinggi dan kaos kaki yang Silvia pakai lalu menarik selimut yang terlipat di bawah kaki istrinya untuk menutupi seluruh tubuh Silvia hingga ke bagian leher. "Tidurlah yang nyenyak sayang.. baru kita akan pergi untuk datang menemui para tamu". Ludius mengecup kening Silvia lalu beranjak dari sisinya,

Tak berselang lama terdengar suara ketukan pintu dari luar, mungkin mereka adalah orang-orang suruhan pemandu tadi yang membawakan barang bawaan Ludius. "Masuk! Pintu tidak di kunci!". Seru Ludius.

Ia yang merasa lelah menyandarkan diri pada sofa yang ada tidak jauh dari tempat tidur karena memang ada dalam satu ruangan yang besar. Sedikit memejamkan matanya dengan menghela nafas pelan menikmati tempat baru dengan menhadap ke jendela yang memaparkan pemandangan yang indah tepat di depannnya.

Di saat Ludius menikmati waktunya datang 2 orang suruhan pemandu Hyun dengan membawa barang bawaan Ludius. "Tuan.. ini adalah barang-barang anda, dimana kami harus menaruh barang bawaan anda?", tanya salah satu dari kedua orang yang ada di depan Ludius.

"Taruh saja di meja, itu hanya berisi laptop, beberapa berkas dan pakaian. Biar nanti aku yang membereskannya..", ujar Ludius memandang mereka ramah. "Kalian boleh pergi.." Ludius merogoh saku celananya dan mengambil beberapa lembar uang kertas dan memberikannya pada kedua pesuruh sebagai uang tip.

"Terima kasih Tuan, kami akan pergi. Selamat menikmati waktu anda". Setelah menaruh barang bawaan Ludius mereka meninggalkan ruangan dengan perasaan gembira karena mendapatkan uang tip yang cukup lumayan.

Sembari menunggu waktu yang terus berjalan Ludius tidak ingin berdiam diri. Ia mengambil laptop yang ada dalam sebuah tas di atas meja. Ludius memang harus melakukan banyak hal terutama meneliti laporan dan dokumen Perusahaan dari jarak jauh. Bagaimanapun juga pekerjaan kantor yang terbeban padanya tidak dapat ia tinggalkan terlebih lagi setalah para Dewan Direksi melakukan tindakan hingga kini 30% saham telah Diakuisisi oleh seseorang yang belum Ludius ketahui.

"Masih banyak dokumen yang harus di baca, untung saja grafik harga saham sampai saat ini terus naik. Jika mengalami penurunan aku mungkin tidak dapat pergi untuk beberapa hari kedepan. Di tambah 5 hari lagi aku harus terbang ke Hardland dan tidak mungkin bagiku membawa Silvia, aku harus bagaimana menyerahkan kesehatan Silvia di saat aku pergi nanti?". Fikir Ludius di saat ia membaca beberapa laporan yang masuk melalui email.

Semakin waktu berjalan semakin menambah beban fikiran yang menumpuk di kepala Ludius. Fikirannya seakan berhenti bekerja memikirkan tentang keselamatan serta kesehatan Silvia yang semakin meburuk. Saat ini Ludius butuh saran, akan tetapi ia justru berakhir duduk sendiri di sebuah ruangan dengan sebuah kebuntuan.

Drrt.. Drrt.. Drrt..

Di tengah kebuntuan yang Ludius rasakan tiba-tiba terdengar suara dering ponsel yang ada di sakunya. Meski malas untuk mengangkat karena ia fikir itu dari kantor, Ludius mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelfon.

["Nak Ludius..."]. sapa suara ibu paruh baya di ujung telefon. Begitu mendengar suara orang yang menyapanya, Ludius terperanjat! Ia segera melihat siapa yang memanggilnya.