Chapter 302 - 302. Bermalam di Mansion Lu

Waktu yang semakin tidak bersahabat dengan kondisi medan dan musuh yang sudah bersambut di depan mereka membuat Ludius terdiam sejenak. Ia menebak langkah apa yang akan Arthur ambil dan berfikir bagaimana mengatasi situasi yang sedang menghadang mereka.

Meski Ludius sudah memperingatkan Arthur untuk tidak gegabah, nyatanya pria itu justru masuk kembali ke dalam ruang kontrol beberapa detik dan keluar dengan memegang senjata ysng sama.

'Dilihat dari tampangnya, Pria gegabah ini pasti akan menerobos barikade musuh! Merepotkan!' batin Ludius hanya bisa menggelengkan kepala.

"Kita terobos saja, nanti juga mereka menepi dengan sendirinya".ucap Arthur sembari melewati truk Ludius,

"Chih! Sudah kuduga, kau akan melakukan hal ini. Dasar pria merepotkan!".

"Bagaimana jika aku membumi hanguskan semua trukmu dengan ini?".

Pria gegabah itu masih tidak peduli ketika ia sibuk bermain dengan senjatanya melawan musuh. Tetapi karena berada tepat di posisi paling depan, ia langsung heboh dan memundurkan truknya ke belakang.

"Ludius! Bazoka!".

Ludius langsung mengiikuti memundurkan truknya,

"Dasar brengsek! Arthur!" Teriak Ludius memanggill Arthur. Di tengah kondisi terjepit mereka mulai memikirkan solusi yang tepat untuk saat ini.

Meski Ludius sudah memperingatkan Arthur sejak awal, namun seperti tabiatnya, ia tidak memperdulikan saran orang lain dan tetap memasuki truk yang tersisa. Ia bergerak menuju ke arah depan memimpin jalan.

Longshang dan Ludius yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala melihat tindakan Arthur, "Kurang ajar kau Arthur!. Dengan mudahnya kau menerobos barikade musuh tanpa memikirkan orang yang ada di sekitarmu! Aku tidak tahu lagi apa yang akan kau pernbuat setelah ini?!" gumam Ludius mengikuti Arthur di belakang truknya.

Ketika Arthur telah membabat habis akses jalan keluar dari pelabuhan, tiga orang sudah membidikkan Bazoka ke arah truk itu, Ludius yang melihat hal ini seketika mengeryitkan kening mengingat truknya adalah yang terakhir keluar.

"Sepertinya mereka tidak main-main!" Ludius melihat ke arah truk Arthur. "Kurang ajar kau Arthur! Kau berbuat seperti ini sama saja menggunakanku sebagai umpan!". Teriak Ludius yang menahan amarah luar biasa atas rencana yang Arthur lakukan. Ia melihat ke arah spion mobil dan mendapati bazooka sudah di arahkan kepadanya,

Bzzt.. bzzt..

Terdengar getar dari ponselnya dan secara otomatis terangkat dan tersambung melalui earphonenya. ["Brengsek! Apakah kau puas!"]. Teriak Ludius di dalam truk. Longshang sudah mengerem truknya untuk menyeimbangkan kecepatan truknya dengan truk yang di kendarai Ludius.

["Berpencar! Aku akan kirimkan lokasi titik temu kita!"].

"Kali ini kau mencoba untuk memecah perhatian musuh? Baiklah! Aku akan ikuti permainanmu Arthur! Jika saja aku tak mengingat kau adalah rekan bisnisku, aku takkan mau melakukan hal yang begitu merepotkan seperti ini!" ucap Ludius sambil membawa truknya ke arah yang berbeda.

Ludius melihat ke arah truk Longshang yang sudah ada di sampingnya. "Longshang! Berpencar!"

Bang bang bang bang !!!!

Terdengar jelas suara peluru berondong yang mereka tembakkan. Ludius kembali melihat ke arah kaca spion dan para penghadang termasuk tiga pria orang pemilik Bazooka telah tumbang dan tergeletak di tanah. Ia baru ingat kalau Arthur masih memiliki kartu AS di tangannya

***

-Mansion Lu

Malam ini pukul 20.00 waktu setempat Silvia yang tertidur seharian karena kelelahan akhirnya terbangun. Ia membuka mata dan mengedarkan pandangannya dan memastikan dimana dia berada.

"Ini bukannya kamarku? Setahuku aku pingsan di restaurant tadi dan di depanku terdapat pria aneh dengan pengawalan ketat. Bagaimana bisa sampai bisa berakhir di Mansion?" fikir Silvia, ia melihat jam dinding dan melihat bahwa ini sudah malam.

Dengan tubuh yang masih berat terasa, Silvia bangun dari tidurnya melangkah keluar mencari seseorang untuk menjelaskan keadaan yang terjadi. Ia baru sadar bahwa suaminya tidak ada di sampingnya.

"Dimana Ludius? Apakah dia ada pekerjaan di jam segini, atau dia masih bersama Shashuang dan Azell? Aku baru ingat, aku pergi meninggalkannya di Bandara karena ingin memberikannya waktu untuk bersama putranya, tidak di sangka sampai jam segini dia belum kembali.." ucap Silvia dengan perasaan yang sulit untuk di gambarkan.

Ia tidak tahu bagaimana harus mengekspresikan perasaannya saat ini, entah harus menangisi kebodohannya sendiri atau harus menatap datar keputusan yang telah di ambil. Karena nyatanya ia hanya seorang istri untuk saat ini, sedangkan Shashuang adalah ibu dari anaknya.

"Sayang.. Ibu harap kamu bisa bahagia setelah kamu lahir nantinya, cukup ibu yang menanggung perasaan terluka dan sakit ini.." gumam Silvia. Saat ia akan menuruni tangga, dari arah samping Bibi Yun memanggil,

"Nyonya, anda sudah bangun?"

Mendengar suara sapaan Bibi Yun, Silvia menoleh ke samping. "Iya Bi, rumah ini terlihat sepi. Apakah Tuan masih belum kembali?". Tanya Silvia dengan perasaan kecewa,

"Tuan Lu sedari tadi sore menemani Nyonya di kamar, dan baru saja meninggalkan Mansion untuk menjalankan misi." Kata Bibi Yun menjelaskan,

Silvia terkejut sekaligus tersenyum simpul mendengar bahwa Ludius baru saja menemaninya, tapi secepat kilat ia merubah ekspresi wajahnya sendu jika memikirkan apa yang sedang di perbuat suaminya di luar sana.

"Kira-kira Ludius pulang jam berapa Bi? Apakah itu membutuhkan waktu berhari-hari?", tanya Silvia penasaran, baginya medan pertempuran adalah momok yang membuatnya membayangkan hal yang tidak masuk akal.

Seperti bayangan Ludius yang akan meninggalkannya begitu saja atau keadaannya yang tesudut musuh hingga membuat pria itu terluka. Bahkan tak jarang Silvia memikirkan seberapa banyak mayat yang berjatuhan akibat pertenpuran dengan suaminya. Pemikiran yang aneh seperti ini sering singgah di pikiran Silvia meski ia ingin menepisnya.

"Jangan terlalu di fikirkan Nyonya, Tuan Lu bukanlah orang yang selemah itu. Beliau pasti akan kembali ke sisi anda secepatnya. Ohya.. saya hampir lupa, Nona Linzy, Nona Lingling dan Nona Nadia menunggu anda di ruang keluarga. Mereka sedang menonton tv sambil menikmati camilan yang Bibi siapkan", ujar Bibi Yun,

"Mereka ada di sini untuk menemaniku, bagaimana bisa?". Tanya Silvia terkejut kedua temannya ada di Mansion untuk menemaninya.

"Tuan Lu yang meminta mereka untuk menginap dan menemani anda selagi Tuan pergi. Jujur saja Nyonya, Tuan Lu sangat mencemaskan keadaan anda dan seakan menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa Nyonya",

Silvia lagi-lagi di kejutkan dengan fakta tentang perassan Ludius, ia menutup mulutnya untuk menahan diri agar tidak menangis di depan Bibi Yun,

'Suamiku.. aku sepanjang hari ini memikirkan apa yang akan kamu lakukan dengan wanita yang ada di sampingmu namun kamu justru melakukan segala cara untuk membuatku tetap nyaman dan tenang. Maafkan aku yang meragukan perasaanmu suamiku..'.