Chapter 303 - 303. Saling berbagi isi hati

"Kalau begitu biar aku mau menemui mereka di bawah, Bibi siapkan saja makan malam" Silvia meneruskan langkahnya, namun belum sampai menginjakkan kakinya di tangga pertama, Silvia hampir saja tejatuh.

"Hati-hati Nyonya!", reflek Bibi Yun menangkap tubuh Silvia, "Nyonya, tubuh anda masih dalam proses pemulihan, ada baiknya anda istirahat di kamar untuk semalam ini saja.." pinta Bibi Yun melihat wajah pucat Silvia.

"Tidak Bi, mereka sudah mau meluangkan waktu untuk menginap disini. Tidak mungkin aku abaikan dan berdiam di kamar. Aku harus turun menemui mereka!" balas Silvia tetap bersikukuh untuk turun.

Bibi Yun yang mendengar itu hanya bisa mengalah dan membantu Silvia menuruni tangga. "Baiklah Nyonya, anda memang keras kepala".

Di ruang keluarga tiga wanita dengan status dan keadaan yang berbeda sedang duduk santai sambil menikmati camilan yang tersaji. Dari masing-masing mereka melakukan kesibukan yang berbeda pula.

"Malam semua.." Sapa Silvia yang sudah ada di balik dinding pemisah dengan ruang tamu,

Mereka serempak menoleh ke sumber suara dan melihat Silvia datang di bantu Bibi Yun, "Kamu sudah baikan Mbak, kok keluar dari kamar?" tanya Nadia dengan logat khas Jawanya.

Lingling dan Linzy yang mendengar tidak bisa mencerna apa yang Nadia katakan.

"Nad, kalau bicara pakai bahasa formal ajah, kasian mereka nggak faham kamu ngomong apaan", balas Silvia sambil terkekeh melihat ekspresi Lingling dan Linzy,

"It's ok madam.." balas Nadia usil,

Silvia melepas tangan Bibi Yun yang masih memegang tangannya. "Bibi, ini sudah waktunya makan malam, lebih baik Bibi siapkan makan malam segera. Sepertinya mereka sudah lapar.." ujar Silvia sambil melihat ke arah sahabat-sahabatnya.

"Baik Nyonya" Bibi Yun pergi meninggalkan Silvia bersama ke tiga temannya.

"Kalian sudah pada makan malam belum?" tanya Silvia, ia ikut duduk di antara mereka yang sibuk sendiri dengan hal yang ada di depan mereka.

"Lingling, kau di sini memang Senior Bryan belum kembali dari England?" tanya Silvia pada Lingling yang sedang menikmati camilannya,

"BelumSil, makannya pas suamimu memintaku untuk menginap aku iya kan ajah. Habis bosen, BETE di rumah nggak ada yang nemenin", kelus Lingling.

"Kamu Nad, kok mau menginap di sini? bukannya kamu lagi sibuk-sibuknya di Kampus?"

"Aku sih lumayan free Mbak, Dosen nyebelin si Hanson itu benar-benar deh! Buat orang naik darah!", gerutu Nadia.

Seketika Lingling dan Silvia yang mendengar tertawa serempak. "Hahaha...."

"Aduh ya ampun. Nad.. kamu ngingetin Mbak sama masa lalu.." kata Silvia dengan menahan tawa dan rasa gelinya.

"Benar kata Silvia, Dosen Hanson Lie itu memang nyebelin. Tapi dia lumayan kan Nad..", ledek Lingling sambil menyenggol lengan Nadia yang duduk di sebelahnya.

Nadia yang mendengar itu mengerutkan kening, "Memang dulu Dosen Hanson juga ngajar di kelas kalian?" tanya Nadia dengan penasaran, pasalnya Hanson memang Dosen yang terkenal cool dan tampan di mata mahasiswi lain.

"Iya! Hanson dari dulu memang terkenal sebagai Dosen Muda tampan yang cool, padahal sebenarnya dia orangnya resek dan senang godain Silvia loh..", kata Lingling dengan mata melirik nakal ke arah Silvia. Jiwa gosipnya seketika aktif begitu membahas tentang masa lalunya Silvia,

"Wahh!! Penasaran aku tuh. Memang sebelum Mbak Silvia nikah sama Tuan Lu itu gimana kak Lingling? Cerita dong.." bujuk Nadia pada Silvia dan Lingling denga mata berbinar.

"Kalau ini tanya dulu nih sama Empunya. Dia dulu jadi rebutan 3 pria dan salah sat.." belum selesai Lingling berbicara dengan cepat Silvia membungkam mulut cerewet sahabatnya.

"Nad, jangan dengerin omongannya yah.. dia itu memang biang gosip!!",

Nadia yang melihat gelagat Silvia justru semakin penasaran, "Haduh.. Mbak Silvia, apa sih yang kalian sembunyiin? Aku penasaran loh! Apa jangan-jangan Dosen Hanson pernah nyatain perasaannya sama Mbak?" tebak Nadia,

"Nggak kok, udah ah.. kok jadi bahas aku sih!". Dengan cepat Silvia mengakhiri curcol mereka,

Di tengah-tengah keriuhan suara canda tawa mereka, Linzy Abigail justru diam sedari tadi dengan terus memandangi ponselnya. "Zy? Apa yang sedang kau fikirkan? Sejak tadi hanya kamu yang diam tanpa mengatakan apapun. Kau tidak sedang bertengkar dengan Longshang kan?" tanya Silvia lirih,

Suasana yang tadinya riuh berubah tenang, dengan Nadia dan Lingling melihat ke arah Linzy penasaran apa yang sedang terjadi padanya,

"Bukan apa-apa kok. Aku hanya sudah mengakhiri hubunganku dengan Longshang",

"Apa!!!", serempak Nadia dan Lingling mengeluarkan kata yang sama,

"Bagaimana bisa Zy? Memang kesalahan apa yang di perbuat Longshang hingga membuatmu memutuskan hubungan kalian?". Tanya Silvia, ia tahu dengan pasti bagaimana perasaan Longshang padanya.

"Dia tidak melakukan kesalahan apapun, kita memang sudah lama berpisah dan aku hanya memperjelas hubungan status hubungan itu. Kami memang tidak memiliki kecocokan satu sama lain".

"Tapi Zy, kau tidak mungkin memutuskan hubunganmu dengan Longshang begitu saja. Pasti ada sesuatu yang mengganggumu kan. Karena kalian sudah berusaha untuk bersama tapi kau dengan mudahnya mengatakan berakhir. Itu sama sekali bukan dirimu Zy.." cecar Silvia,

"Itu benar-benar keputusanku Sil, kami memang tidak cocok untuk satu sama lain. Mungkin memang ini yang terbaik".

"Kau masih saja membohongi diri sendiri Zy! Apa kau tidak tahu seberapa setianya Longshang menunggumu?" ujar Silvia.

"Benar yang dikatakan Silvia, aku dari dulu juga tahu Longshang tidak memiliki kekasih, dia terlihat sengaja menjaga jarak dari wanita itu hanya untuk menunggumu Zy. Dia benar-benar mencintaimu.." sahut Lingling,

Selama ini Longshang memang terkenal dengan pria kalem tanpa banyak tingkah, tidak seperti Ludius apalagi Wangchu yang selalu menempel pada setiap wanita. Maka dari itu, Lingling juga tidak menyangka kalau Longshang ternyata masih menyimpan nama Linzy di hatinya dan menolak untuk memiliki kekasih.

"Tidak seharusnya kau menyia-nyiakan perasaan seorang pria begitu saja Zy, seberat apapun tekanan yang kau alami tidak seharusnya memutuskan hal ini sepihak. Kamu belum pernah merasakan namanya terluka! Jika Longshang benar-benar melupakanmu di situ kamu akan menyadarinya", sela Nadia yang tiba-tiba ikut menyahut pembicaraan mereka.

Ucapan Nadia yang di sertai dengan wajah sendunya yang di sembunyikan membuat Silvia faham siapa yang Nadia maksud. Dengan segera Silvia memeluk Nadia, "Ternyata kau benar-benar mencintai Kakak Ipar Lian? Aku kira itu hanya humormu belaka, Nad". Bisik Silvia

"Sudahlah Mbak, Kakak ipar Mbak Silvia memang tidak memandang ke arahku. Untuk apa aku harus mempermasalahkannya" balas Nadia dengan tenang,

"Aku harap kau tidak membenci Kakak Ipar Lian, masih banyak waktu untuk membuatnya jatuh cinta padamu Nad," kata Silvia melepas pelukannya,

"Entahlah, cinta memang tidak bisa di paksakan".