Chapter 304 - 304. Kedatangan Wangchu yang terluka

"Aku tidak terlalu mengharapkan lebih jauh tentang hubungan ini Mbak, Lianlian terlihat seperti seorang pria yang menutup diri dan dia terlihat nyaman bersama Huan xian. Aku mana berani menyela"

"Kakak ipar Lian memang seseorang yang sedikit kaku karena dia memiliki masa lalu yang tidak baik. Dia sudah melewati banyak hal di umurnya yang sudah 31 tahun",

Di tengah pembicaraan mereka Bibi Yun datang menyela pembicaraan mereka, "Permisi Nyonya, makan malam telah siap. Silahkan pindah ke ruang makan.." kata Bibi Yun yang baru saja datang.

"Eh.. makan malam sudah siap, Lingling, Nadia dan Linzy yuk makan.. makan sepuas kalian biar hati plong..!!" ucap Silvia dengan terkekeh menutup mulutnya,

"Boleh deh, kebetulan aku penasaran dengan makanan orang Indonesia. Aku dengar kau sering memasak makanan Indonesia Sil?" sahut Lingling.

"Uhm.. aku ada gulai dan rendang sapi loh.. ini itu olahan daging yang gurih. Aku jamin kalian bakal ketagihan.." ujar Silvia dengan meyakiinkan.

Meski mereka sedang dalam keadaan hati yang sedikit rumit, nyatanya godaan Silvia mampu menarik mereka untuk makan malam. Ya.. Silvia memang sering memasak makanan khas Indonesia meski ia hidup di Negara China sekalipun, selain karena untuk mengobati rasa kangennya dengan tanah air, ini juga karena untuk menyelaraskan lidah dan jenis makanan yang halal.

Di ruang makan mereka sudah duduk bersama dengan meja makan yang penuh dengan berbagai jenis makanan termasuk yang di sebutkan Silvia tadi.

"Ayo makan, keburu dingin nggak enak loh!". Silvia mengambil rendang dan gulainya lalu memperkenalkan pada mereka. "Lingling dan Linzy, ini namanya rendang sapi. Rasanya gurih pastinya dan tidak kalah nikmat dengan steak daging sapi yang biasa kalian makan. Coba deh.." kata Silvia sambil tersenyum melirik Nadia.

Karena rasa penasaran akhirnya Linzy dan Lingling mencoba satu persatu menu yang ada di meja, mereka menikmati makanan dengan khitmad sampai ada suara bell pintu yang mengganggu mereka.

"Bi, tolong di lihat! Sepertinya ada orang di luar.." seru Silvia,

Bibi Yun yang mendapat seruan langsung menuju pintu masuk. Begitu pintu masuk di buka, ternyata orang yang bertamu malam-malam adalah Wangchu dengan keadaan terluka dan bersimbah darah.

"Bi, Segera hubungi markas pusat untuk memberi bantuan. Ada orang yang mencoba menerobos pertahanan di area laboratorium!", kata Wangchu dengan menahan luka di bagian lengannya,

"Baik Tuan, saya akan menghubungi Shen Zhenyi segera! Lalu bagaimana dengan keadaan di area laboratorium? Apakah masih dalam kendali?", tanya Bibi Yun sembari mengambil ponsel khusus untuk menghubungi Markas pusat.

"Selagi mereka belum mendapatkan akses masuk ke dalam laboratorium mereka takkan bisa memasukinya. Hanya saja yang membuatku khawatir sekarang adalah sepertinya ada mata-mata di antara kita yang membocorkan di mana lokasi Laboratorium itu berada!".

Terlihat Bibi Yun sedang menelfon seseorang dengan raut wajah serius, meski ia hanya kepala pelayan di Mansion Lu namun identitas lain yang ia sembunyikan dari Silvia dan orang luar adalah statusnya sebagai satu-satunya orang yang mendapat otoritas atas Organisasi. Bibi Yun memiliki hak di bawah Ludius untuk memberi perintah jika Petinggi lain seperti Longshang dan Wangchu tidak berada di tempat. Namun sampai saat ini Bibi Yun hanya bergerak di balik bayang-bayang agar identitasnya tetap terjaga terutama di depan Silvia.

["Tuan Zhenyi, segera kirim bantuan untuk menjaga area laboratorium dalam radius 1 km. Ini perintah langsung dari Petinggi Organisasi Tuan Wangchu!"]

["Baik Bi Yun, saya dan 20 anggota pusat akan mengirim bantuan ke area Laboratorium segera!"].

Tut.. Tut.. Tut..

Bibi Yun memutus panggilannya dan menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku, "Tuan Wangchu, saya sudah menghubungi Tuan Zhenyi untuk langsung menuju lokasi. Lebih baik anda masuk ke dalam dan mengobati luka anda, sepertinya luka Tuan Wangchu cukup dalam"

"Lumayan! Mereka menyerang di saat aku lengah. Untung saja anggota yang berjaga di area bergerak cepat dan segera melapor kepadaku yang kebetulan ada di area sekitar. Kalau saja mereka terlambat melapor maka akan banyak korban berjatuhan dari pihak kita",

Bibi Yun membantu Wangchu untuk masuk ke dalam Mansion. Kedatangan Wangchu rupanya terlihat oleh Silvia yang duduk tepat menghadap pintu penghubung antara ruang makan dengan jalan menuju kamar tamu yang ada di lantai bawah.

"Wangchu! Bagaimana kau bisa sampai terluka seperti itu?". Gumam Silvia begitu ia melihat Wangchu di balik pintu.

Silvia segera berdiri beranjak dari duduknya dan mengundang perhatian teman-temannya yang sedang makan bersama.

"Mbak Silvia, mengapa kamu meninggalkan makananmu?". Tanya Nadia,

"Aku akan menemui Bibi Yun sebentar. Kalian lanjutkan saja makannya.." ujar Silvia.

Ia secepatnya meninggalkan makanannya mengikuti Bibi Yun ke kamar yang di tuju. Silvia cukup kaget melihat Wangchu yang jarang terluka kini tengah bersimbah darah di bagian lengan tangan dan di perutnya. Luka tembakannya cukup dalam, sepertinya sniper handal yang melakukan ini.

"Wangchu katakan, bagaimana bisa kau sampai terlukan?! Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Silvia memborong pertanyaannya.

"Nyonya, saya akan pergi mengambil air untuk membersihkan lukanya" sela Bibi Yun,

"Cepatlah Bi, Wangchu sudah mengeluarkan banyak darah". Silvia meski malu-malu membukakan jas serta kemeja putih Wangchu. " Aku akan melepaskan pakaianmu, kau ceritakan saja masalahnya!".

"Lokasi Laboratorium di area Nanjiang di serang musuh, aku yang kebetulan ada di sekitar sana langsung melakukan adu tembak dan sempat lengah hingga sniper dari pihak musuh berhasil melukaiku. Keadaan saat ini imbang dan aku sudah meminta bantuan Markas pusat untuk membantu mengamankan keadaan!".

"Wangchu, apa kau tidak merasa aneh? Ludius sedang pergi bersama Longshang ke Jerman yang jaraknya cukup jauh dan kebetulan juga ada musuh yang menyusup ke area laboratorim yang jelas tidak ada orang lain yang tahu kecuali salah satu dari kita. Apa menurutmu diantara kita ada seorang pengkhianat atau mata-mata?" kata Silvia dengan lirih,

"Mungkin saja, tapi letak pastinya aku kira mereka belum tahu. Pasalnya mereka menyerang ke sebagian area Nanjiang dan tidak bertumpu pada satu titik. Selagi mereka tidak menemukan akses jalan menuju laboratorium tempat itu akan selalu terlihat seperti gunung luarnya".

"Apa kau pernah kesana? Bagaimana kau tahu?". Tanya Silvia dengan nada mengejek

"Tenju saja, aku pernah masuk bersama suamimu dan Longshang. Kunci akses jalan menuju laboratorium ada di cincin yang pernah di berikan kepadamu dulu".

"Iya aku tahu, yang aku pakai saat ini adalah palsu kan! Ludius telah menggantinya beberapa waktu yang lalu. Mana mau suamiku memberikan barang berharganya.." kata Silvia dengan perasaan jengkel jika mengingat itu.