"Kamu mendapatkan kabar begitu cepat Pangeran Richard. Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah mendengar semuanya?."
"Tidak ada, aku hanya mengkhawatirkan kondisimu. Kamu sedang hamil Silvia, aku hanya tidak ingin kamu larut dalam kesedihan dan akhirnya berdampak pada kondisi tubuh dan kandunganmu."
Perkataan Pangeran Richard kali ini terlihat sungguh-sungguh, 'Apakah dia benar-benar mengkhawatirkanku?. Tapi alasan apa yang membuatnya begitu mengkhawatirkanku?.'
Perkataan itu hanya tertahan di dalam hati Silvia tanpa bisa ia ungkapkan. Ini memang terlalu aneh bagi Silvia. Mereka baru beberapa kali bertemu dan Pangeran Richard tiba-tiba saja memberikan perhatian lebih.
"Pangeran Richard, kamu sudah melihat kondisiku baik-baik saja bukan. Bisa kamu tinggalkan tempat ini segera, karena aku harus ke kantor pagi ini." Ucap Silvia memutus pembicaraan mereka. Ia berdiri dan menunjukkan pintu keluar pada Pangeran Richard.
"Baiklah, kamu sudah mengusirku secara halus, maka aku takkan memaksa lagi." Pangeran Richard ikut berdiri. "Aku sudah melihat kondisimu, dan kamu baik-baik saja. Kalau begitu aku harus pergi terlebih dahulu. Jaga kesehatanmu Silvia." Pangeran Richar meninggalkan ruang tamu menuju pintu depan.
"Terima kasih atas perhatianmu Tuan Richard. Aku pasti akan menjaga diri dengan baik. Sampai jumpa.." ucap Silvia dengan melebarkan senyum dan melambaikan tangan mengantarkan kepergian Pangeran Richard.
Silvia kembali ke ruang tamu dan memanggil Bibi Yun. "Bibi Yun!."
"Iya Nyonya, ada apa Nyonya memanggil Bibi?." Tanya Bibi Yun yang buru-buru datang mendengar panggilan keras Silvia.
"Segera hubungi Zhenyi dan cari tahu bagaimana kondisi pencarian saat ini. Aku akan ke kantor sekarang."
"Baik Nyonya.. saya akan menelfon Nyonya begitu mendapat kabar dari Tuan Zhenyi."
"Aku berangkat dulu Bi,"
"Baik Nyonya, hati-hati di jalan."
Di depan sopir beserta mobil sudah siap untuk mengantar Silvia menuju ke kantor. "Pak, kita berangkat sekarang." Kata Silvia dengan tatapan datar, seakan semua emosinya sudah ia kubur dalam-dalam,
"Baik Nyonya." Pak sopir langsung membukakan pintu untuk Silvia.
Bzzt.. Bzzt
Terdengar suara dering dari ponsel yang ada di tas mini Silvia.
"Nomor telefon kantor?!."
["Halo, selamat pagi Nyonya Lu."] sapa seseorang di ujung telefon.
["Pagi, ada yang bisa saya bantu?"]
["Ini dari kantor Nyonya Lu. Saya sudah menguhubungi nomor Tuan Lu tapi tidak aktif. Jadi tolong sampaikan pada Tuan Lu, jam 9 nanti akan di adakan rapat."]
["Baik, terima kasih atas informasinya."]
["Sama-sama Nyonya Lu."]
"Pak segera ke Kantor."
"Baik Nyonya."
Mobil melesat menuju kantor Perusahaan Tangshi grup.
-
15 menit telah berlalu, entah mengapa pagi ini jalanan begitu ramai sampai terjadi kemacetan sepanjang 5km. Pak sopir hanya bisa menunggu sampai kemacetan reda, meski ia tidak enak hati dengan Nyonya nya,
Pak sopir melambatkan laju mobilnya dan menoleh kebelakang, "Nyonya, maaf.. di depan sedang terjadi kemacetan panjang. Jika Nyonya sedang buru-buru, saya bisa meminta pengawal khusus mengantar Nyonya agar bisa sampai kantor tepat waktu."
"Tidak perlu Pak, tidak masalah kita menunggu di jalan. Sekarang masih pukul 07.30, masih ada 30 menit sampai rapat pagi ini di mulai."
"Baik Nyonya,"
Saat mobil terhenti, dari luar pintu terlihat seseorang mendekat dan mengetuk pintu samping bagian penumpang.
Tok tok tok
Silvia yang sedang melihat ponselnya menoleh kearah samping dan membuka jendela mobil.
"Silvia?." Sapa Lithian dengan senyum mengembang. "Tidak kusangka ini benar-benar kamu.."
"Lithian, bagaimana bisa kau ada disini?"
"Aku sedang dalam perjalanan dan kebetulan jauh melihat mobil yang biasa kamu pakai. Tidak ku sangka itu kamu. Apakah kamu sedang mengantri kemacetan?"
"Uhm, tumben sekali sepagi ini jalan bisa macet total, padahal biasanya juga senggang kok."
"Akhir-akhir ini sedang ada perbaikan jalan. Kalau kamu mau, kau bisa naik mobilku. Kebetulan aku akan melewati jalan alternatif agar lebih cepat sampai ke kantor." Tawar Lithian.
"Uhm.. baiklah."
"Ohya, Ludius dimana? Tidak biasanya dia membiarkan kamu sendiri seperti ini?."
Silvia tidak lantas menjawab pertanyaan Lithian. Ia bingung bagaimana harus menjelasskan keadaannya saat ini. "Oh, Ludius sedang ada urusan di luar kota."
"Pak sopir, saya akan pergi dengan teman saya. Bapak bisa kembali ke Mansion."
"Baik Nyonya."
Lithian membukakan pintu samping dan membantu Silvia turun.
"Hati-hati Silvia, aku dengar kamu sedang mengandung."
Lithian menggandeng Silvia keluar dari kemacetan di jalan menuju mobil Lithian yang jaraknya beberapa meter di persimpangan jalan.
"Kau tahu banyak Lithian, aku dengar kau juga sudah memegang Perusahaan Huangshi grup, dan sepenuhnya sudah menjadi milikmu."
"Iya, kali ini Ayah benar-benar menyerahkan sepenuhnya Perusahaan Huangshi padaku. Hahaha.. jika sudah seperti ini, memang kamu mau berubah fikiran dan menjadi calon kekasihku?." Canda Lithian, yang menurut Silvia sudah keterlaluan.
"Candamu tidak lucu Lithian, kau tahu sendiri aku sudah menganggapmu seperti kakak ku sendiri. Bagaimana mungkin aku bisa merubah rasa sayangku menjadi cinta. Jangan mengatakan itu lagi, atau aku akan pergi dan menganggap pertemanan kita berakhir."
"Baiklah, aku salah. Takkan lagi mengatakan hal yang keterlaluan seperti tadi."
Di depan mobil, Lithian membukakan pintu samping mobil. "Silahkan masuk adik,"
"Hem.. sejak kapan kamu mulai bermulut manis Lithian?." Tanya Silvia. Ia masuk kedalam mobil.
"Sejak mengenalmu, Lithian ini jadi pandai berbicara. Hahaha.."
"Nggak lucu!."
Silvia menutup pintunya untuk menghindari banyolan Lithian yang garing itu. Setelah pintunya di tutup, ia kembali teringat dengan Ludius. Mengambil ponselnya dan melihat foto-foto kebersamaan mereka,
'Suamiku, dimanapun kamu berada. Semoga kamu dalam keadaan baik-baik sajaa.' Batin Silvia sambil memegang dadanya, menjaga hatinya agar tidak goyah dengan apa yang ia yakini saat ini tentang keadaan suaminya.
***
-Kantor Perusahaan Tangshi Grup.
Waktu sudah menunjukkan pukul 08.45 waktu setempat. Mobil Lithian telah sampai depan kantor dan Lithian pun membukakan pintu untuk Silvia.
"Silvia kita sudah sampai, Apa kau tidak ingin turun?." Tanya Lithian pada Silvia yang masih terdiam.
"Hem.. ohya turun dong. Ah maaf, mungkin aku memang perlu istirahat setelah ini." Ucap Silvia seperti orang linglung.
"Kau sedang sakit Silvia? Atau ada hal yang sedang di fikirkan?." Tebak Lithian, meski ia tidak bersama Silvia dalam waktu yang lama. Tapi ia tahu pasti kalau wanita itu dalam sedang memikirkan sesuatu.
"Tidak ada, hanya sedikit kelelahan mungkin. Istirahat sebentar juga baikan."
"Benar, kamu baik baik saja Silvia? Dilihat dari manapun kamu terlihat sedang banyak fikiran. Tapi ya sudahlah, aku takkan memaksamu untuk mengatakannya."
Silvia turun dari dalam mobil Lithian dengan tersenyum simpul. "Terima kasih atas tumpangannya Lithian. Lain kali kalau ada waktu aku akan mentraktirmu makan."