Chapter 349 - 349. Tamu dari kalangan Bangsawan

Jakarta, Indonesia

Pagi ini, di apartemen mewah sekitaran kota Jakarta Wangchu mempersiapkan diri untuk mengunjungi Bibi Yuliana sekalian mengajak Nadia tentunya. Anggap saja pendekatan ala anak muda yang tak muda.

Wangchu yang baru saja selesai mandi dan hanya memakai sehelai handu untuk menutupi bagian bawah  tubuhnya, mendengar dering dari ponsel miliknya yang tergelerak di atas meja.

Bzzt.. Bzzt..

"Siapa orang reseh yang sepagi ini mengganggu kehidupan tenangku?." Gerutu Wangchu.

Dengan malasnya Wangchu mengambil ponsel tersebut, ketika melihat nama panggilan yang masuk ia mengerutkan keningnya. "Zhenyi?!. Ada apa sepagi ini dia menghubungiku?."

["Halo Zhenyi, aku beri waktu kau 5 menit untuk mengatakan hal penting. Kalau kau hanya mengatakan omong kosong maka aku akan langsung memutusnya!."]

["Ini masalah penting Tuan Wangchu,"]

["Masalah penting apa yang membuatmu harus mengganggu waktu tenangku."]

["Malam tadi area Hutan Nanjiang di serang kembali oleh musuh yang sama, dan kabar buruknya adalah Tuan Longshang terluka parah, sedangkan Master hilang di bibir jurang dan belum di temukan."]

["BODOH! Berita sepenting ini mengapa baru mengatakannya sekarang!. Bagaimana keadaan Silvia saat ini? Dia sedang hamil dan kondisi tubuhnya lemah, aku khawatir dia akan down  begitu mendengar berita ini."]

["Aku dengar dari penjaga bayangan Nyonya Silvia keadaannya baik-baik saja. Dan pagi ini beliau masuk ke kantor untuk menggantikan Master dan Tuan Longshang yang tidak bisa masuk untuk menggantikan rapat."]

["Baiklah, aku akan segera terbang kembali ke Indonesia bersama Bibi Yuliana. Kau kabari aku segerea jika ada perkembangan mengenai keberadaan Ludius."

["Baik Tuan Wangchu."]

Tut tut tut.

Longshang segera menutup panggilannya.

"Mengapa harus di saat seperti ini mereka melakukan pergerakan? Aku harus secepatnya menjemput Bibi Yuliana dan terbang kembali ke Indonesia."

Wangchu bergegas mengambiil setelan kemejanya dan mengganti pakaian untuk segera menuju Kediaman Ibu Yuliana.

"Apa yang harus aku katakan pada Bibi nanti mengenai kondisi Ludius?  Sudah berkali-kali Bibi Yuliana mendengar kabar tidak mengenakkan mengenai kondisi putrinya. Aku takut jika ini terus berlanjut Bibi akan mengambil keputusan yang salah."

Di depan cermin, Wangchu memandanng dirinya sendiri sambil memakai jam tangan terbaiknya. Di rasa sudah cukup rapih, ia langsung mengambil ponsel dan kontak mobilnya yang ada di meja dan langsung keluar dari dalam kamarnya.

Beruntung Paman Tommy meminjamkannya sebuah mobil untuk di pakai selagi di Indonesia, jadi Wangchu tidak perlu repot mencari taksi atau kendaraan lainnya.

Butuh waktu sekitar 10 menit untuk sampai di kompleks perumahaan elit di area kelapa gading.

"Jika aku menunda kepulangan ke China, akankah Ludius sudah di temukan? Jika aku mempercepat kepulangan dan Bibi Yuliana mengetahui semuanya, apa yang akan dia lakukan? Ahh... Wangchu, mengapa kau jadi ragu seperti ini?." Ucapnya sedikit frustasi dengan keadaan yang terjadi.

-

10 menit perjalanan telat berlalu dan saat ini mobil Wangchu sudah terparkir di halaman Kediaman Ibu Yuliana. Hanya saja Wangchu agak sedikit heran, ada apa sepagi ini mobil berderetan terparkir rapi di depan Kediaman Ibu Yuliana?

"Apakah ada acara dan aku tidak mengetahuinya?." Fikir Wangchu berasumsi. Karena tidak ingin tebak tebak buah manggis. Wangchu turun dari mobil dan langsung menghampiri depan pintu kediaman Ibu Yuliana.

"Permisi Bibi.." panggil Wangchu, ia sedikit belajar adat orang Indonesia, kalau mau masuk ke dalam rumah orang terlebih dahulu mengatakan 'permisi'.

Padahal menurut Wangchu kata itu sedikit aneh jika di terapkan untuk bertamu, tapi.. ya sudahlah. Adat tiap negara kan beda-beda.. dan ini adalah Indonesia, tempatnya orang yang menjunjung tinggi sopan santun, apalagi orang jawa yang terkenal dengan kata unggah ungguh.

Entah apa lagi itu unggah ungguh, Wangchu semakin di buat pusing jika harus memperlajari tata cara hidup orang Jawa. "Dan aku ingin menikahi Nadia? Ya ampun.. apakah aku akan mempelajari itu semua?" gumamnya merinding, meski hanya memikirkannya saja.

-

"Mangke sekedap..." (bahasa Jawa tengah) sahut seseorang dari dalam rumah.

Terlihat gagang pintu terbuka dan seorang wanita berdiri di depannya. "Bisa saya masuk untuk bertemu Bibi Yuliana?" tanya Wangchu pada wanita itu.

Kesan pertama sang wanita hanya diam seperti orang bingung?.

'Apakah dia tidak tahu bahasa Inggris? Jika benar, repot juga..' batin Wangchu.

"Mangke sekedap nggih.. (Tunggu sebentar yah..)." jawab si wanita dan masuk kedalam.

Wangchu yang mendngarnya melongo, terdiam dengan apa yang barusan wanita itu ucapkan. "Tadi dia bilang apa? Make? Sakidnap? Bahasa apaan tuh? Kok aku baru dengar yah?!." Fikir Wangchu berulang kali. Tapi semakin di fikir, ia justru makin buntu.

Tidak berselang lama, dari dalam Ibu Yuliana datang dan menyambut Wangchu. "Eh, Nak Wangchu. Kok Cuma di depan pintu saja? Ayo sini masuk.. kebetulan ada Kakak dari Nadia sedang berkunjung kemari." Ucap IbuYuliana.

'Kakaknya Nadia? Jangan-jangan orang yang Nadia panggil dengan sebutan Mas Cakra itu? Ini berarti akan menjadi pertemuan keduaku dengan Pangeran Cakra itu. Ini akan menjadi keberuntungan juga bisa jadi kebuntungan. Tapi bagi Wangchu, aku harus membuat langkah pertama untuk mengatakan hal sebenarnnya pada si Cakra itu,'

"Baik Bi, saya senang bisa bertemu dengan sanak saudara dari Silvia dan Nadia." Jawab Wangchu.

-

Tiba di ruang tamu, Wangchu sedikit kaget karena melihat banyaknya orang yang sedang bertamu di kediaman Ibu Yuliana. Dan dilihat dari pakaian serta cara bicara mereka. Sepertinya mereka dari kalangan para bangsawan.

Ibu Yuliana yang membawa Wangchu masuk kedalam ruang tamu memperkenalkan wangchu di depan para tamu yang hadir.

"Permisi bisa meminta waktunya sebentar.." sela Ibu Yuliana pada semua tamu yang sedang bercakap-cakap di ruang tamu.

Semua orang langsung berhenti berbicara begitu mendengar permintaan Ibu Yuliana, sejenak keadaan menjadi tenang  tanpa ada suara apapun, hanya berisik beberapa burung yang berada di depan rumah.

"Ada apa Bibi? Apakah ada hal penting yang akan di sampaikan?." Tanya seorang pria berperawakan tinggi tegap bermata teduh namun tegas, apalagi dari sikapnya pria itu memiliki aura kepemimpinan yang kuat.

Begitu Wangchu melihat ke arah pria yang bertanya pada Ibu Yuliana, ia langsung tahu ternyata.. "Pangeran Chakra?!" gumam Wangchu.

"Ini loh Nak Cakra, Bibi hanya ingin memperkenalkan salah satu anak kebanggaan Bibi dan sakah satu teman dari menantu Ibu dia Wangchu, manajer di Perusahaan Tangshi grup." Ucap Bibi Yuliana memperkenalkan Wangchu yang ada di sampingnya.

'Bi Yuliana. Kamu bahkan memperkenalkan ku sebagai Putramu? Betapa beruntungnya aku bisa mengenalmu, Bi. terima kasih.'

Dengan senyuman Wangchu memperkenalkan diri. "Selamat pagi semuanya, perkenalkan saya Wangchu."