Chapter 383 - 383. Club De Luxe bag4. Melawan Balik

Sniper dari jarak 10 meter siap menembakkan pelurunya kearah Bianca dan Zain yang sedang berlari menghindarinya. Beruntung Bianca sudah mengawasi keadaan sekitar dan menyadari lebih cepat akan bahaya yang datang pada mereka.

Ckiit..

Bang..!!

"Awas menghindar!" teriak Bianca. Ia mendorong Zain yang menjadi target sniper yang berdiam diri di bagian atas gedung. Seketika lengan Bianca berdarah, peluru tersebut berhasil melukai lengan kanannya saat ia mendorong Zain ke arah samping kiri.

'Dasar wanita bodoh, mengapa kau bersusah payah menolongku?' batin Zain. Ia yang tersungkur di lantai langsung beranjak dari tempatnya dan memapah Bianca yang lengannya terus mengeluarkan darah.

"Lebih baik kita meninggalkan tempat ini segera!" ujar Zain. Ia memapah Bianca meninggalkan ruangan lelang.

Bang bang bang...

Dari arah atas peluru berondong di tembakkan seseorang dari jarak sekitar 10 meter. Seketika semua orang tunggang langgang, berlarian kesana kemari menyelamatkan diri dari tembakan beruntun seseorang.

Mereka yang membawa pengawal masuk ke dalam acara lelang langsung menampakkan identitas sebenarnya, dan membantu Tuan mereka lepas dari cengkraman laut.

Di satu sisi Zain yang dan Bianca yang berusaha menghindari peluru beruntun berusaha untuk mencari tempat berlindung ketika melihat pintu akses keluar sudah di sabotase.

"Kita sepertinya terkurung di dalam, apa yang akan kau lakukan Tuan kaku?" tanya Bianca sambil tersenyum remeh.

"Kau sedang terluka pun masih bisa tersenyum licik seperti itu? Dasar wanita berbisa." Ejek Zain.

Di kala pelarian mereka yang menghindari tembakan beruntun dan belum di ketahui asalnya, di tambah pintu keluar sudah di sabotase. Zain menemukan sebuah ruangan rahasia yang cukup membuatnya terkejut. "Kita masuk saja kedalam sini sampaii kondisi di luar terkendali!" seru Zain. Ia menarik Bianca masuk ke dalam ruangan yang cukup sempit dan gelap tersebut.

Di dalam ruangan berukuran 5x5 meter dengan pencahayaan yang cukup minim, membuat Bianca merasakan sesak napas. Nafasnya yang memburu bahkan sampai terdengar oleh Zain.

"Huft.. huft.. sepertinya kita telah terjebak dalam permainan mereka. Sekarang kita hanya bisa menunggu sampai keadaan stabil." Ujar Bianca dengan gayanya yang masih menunjukkan ke anggunan pada Zain. Padahal sudah jelas napasnya tersengal karena

Zain berdecis kesal, ia menarik dasi hitam yang di pakaianya dan membalut lengan Bianca yang terluka karena menyelamatkannya. "Berhentilah bersikap bodoh seperti sekarang,kau sedang terluka!" tegur Zain sedikit kasar. Namun setelah itu.. "Terima kasih, kalau bukan karenamu, aku sudah tiada kali ini." Sambungnya dengan nada yang cukup tulus.

"Jangan di pikirkan, meskipun kau pria kaku, tapi tetap saja kita adalah pasangan malam ini. Sudah sewajarnya saling menjaga. Lupakan hal mellow seperti ini, masih ada hal lebih penting yang harus di pikirkan sekarang."

Bzzt bzzt..

Ponsel milik Zain bergetar dan otomatis tersambung melalui earphone miliknya. Bianca yang tahu langsung menganggukkan kepala.

["Zain, bagaimana situasi saat ini? Mengapa terlihata begitu kacau?"] cecar Ludius begitu panggilan tersambung

["Sepertinya ada kelompok  tertentu yang menginginkan chipnya, atau penyebab lainnya adalah mereka memang sengaja memancing orang untuk datang dan melakukan sabotase lelang dengan begitu mereka tahu siapa musuh yang harus di waspadai mulai dari sekarang. Bukankah itu Licik?"]

["Lalu bagaimana keadaan kalian saat ini? Pintu luar pastinya sudah di sabotase."]

["Kau tidak perlu khawatir, aku adalah hacker handal. Sebelum ini aku sudah menyelidiki gedung ini terlebih dahulu. ada sebuah jalan rahasia yang menghubungkan gedung lelang dengan gedung yang lainnya. Aku akan mengirimkan denah itu sekarang!"]

Zain memutus panggilannya, ia segera mengirim rancangan denah lokasi jalan rahasia yang di gambarnya secara visual dan mengirimnya pada Ludius. Bianca yang sedari tadi diam tak bersuara, rupanya terus memperhatikan lagat Zain dan semua tentangnya.

"Kau cukup tanggap juga sebagai salah satu anggota SSIA." Puji Bianca yang terdengar seperti sebuah ejekan bagi Zain.

"Terima kasih atas pujianmu, tapi kau mengatakannya tidak benar-benar tulus dan aku tidak menyukainya."

Senyum seringai tersungging di bibir merah Bianca, di saat Zain tengah sibuk menghack keamanan di sekitar gedung menggunakan ponselnya yang sudah di modifikasi, Bianca begitu saja melemparkan senjata api jenis revolver padanya.

"Aku percayakan nyawaku padamu. Kau harus melindungiku baik-baik!" tegas Bianca.

Zain melirik ke arah Bianca, "Kau cukup cerdas juga. Aku sudah menghack keamanan di area sekitar. Siap untuk keluar dan melihat mengambil chip tersebut?" tanya Zain, entah mengapa tiba-tiba ia begitu bersemangat ketika melihat ke cerdasan dan hal lain dari seorang wanita dan itu ada pada Bianca, meski Bianca orang yang sangat penggoda dan bermulut bisa.

"Ok, ini tugas yang di berikan Tuan Lu. Aku tidak akan mengecewakannya." Bianca memperhatikan Zain yang terus melihat ke arah lengannya. "Jangan melihatku seperti itu, ini hanya luka gores biasa. Paling aku akan meminta konpensasi untuk menghilangkan bekas luka ini agar tidak berbekas. Kulitku harus tetap mulus demi menunjang karirku.."

Mulai lagi, Bianca yang selalu mengutamakan penampilan di atas segalanya. Ohya, dia adalah Queen nya kantor kalau Silvia tidak ada. Mengapa bisa begitu? Jawabannya mudah. Karena hanya Bianca yang berani terang-terangan bersama Ludius di depan karyawan kantor lainnya. Bahkan tidak jarang juga seorang Bianca di cap sebagai PELAKOR oleh karyawan lain karena mengganggu hubungan romantis Presdir mereka Ludius dengan istrinya.

Kembali ke topik, Zain menggandeng Bianca untuk bersiap keluar dari ruang persembunyian mereka, mengambil chip tersebut dari tangan musuh yang datang entah dari mana. Terlebih lagi obat Psycotronics tersebut belum berhasil di lelangkan. Mungkin Zain akan mengambilnya juga jika ada kesempatan.

Dari balik pintu yang sedikit terbuka, masih terdengar suara adu tembak dan tembakan beruntun dari senjata otomatis. Perlahan tapi pasti, mereka keluar dari ruang persembunyian tersebut, sembari Zain mengamankan keselamatan Bianca.

Tiba di sebuah dinding gedung lelang, dari arah jarum jam 9 sebuah peluru berondong di arahkan pada mereka.

Bang bang bang..!!

Zain langsung bersembunyi, begitu tembakan musuh terhenti, Zain tidak segan untuk membalas. Hanya dengan beberapa kali tembakan dan musuh yang bersembunyi di bagian atas gedung jatuh terkapar ke lantai.

Bang bang!!

Satu musuh tumbang, di tengah gedung lelang hanya di tinggal sekitar 10 menit oleh mereka, sudah banyak mayat yang tergeletak dengan genangan darah yang berceceran entah itu dari para tamu lelang atau dari pihak musuh.

Ironis..

Untuk kesekian kalinya Zain harus melihat begitu banyak nyawa wanita tak berdosa menjadi korban dari keganasan ambisi para penguasa. Meski mereka adalah wanita panggilan untuk menemani hal yang begitu keji dimata mereka.