"Ludius.. kita sedang ada di depan umum, tidak bisakah kamu lebih sopan sedikit? Semua orang sedang memandangi kita.." bisik Silvia. Posisinya saat ini sedang dalam dekapan Ludius.
"Biarkan saja kalau ada yang tahu, lagi pula kamu adalah istriku. Untuk apa di sembunyikan?". Balas Ludius, ia justru semakin mengeratkan tubuh istri ke sisinya.
Kelakukan mereka seketika menjadi sorotan masyarakat dan media massa yang sedang meliput berita. Kedatangan mereka tentu saja sangat menguntungkan para pemburu berita. Pasalnya CEO dari Tangshi Grup adalah seorang yang jarang tersorot oleh publik. Lebih tepatnya sangat tertutup, sampai jika ada yang berani meliput beritanya pasti akan berakhir tragis. Tapi kali ini sepertinya akan berakhir berbeda...
Tangan Ludius yang masih melekat di pinggang Silvia, ia coba singkirkan sebelum ada media yang mendatangi mereka. "Ayolah suamiku, kalau ada media massa yang melihat bagaimana? Bukankah dari dulu kamu juga tidak pernah menyukai jika ada yang berani memberitakanmu, suamiku?". Ujar Silvia beralasan.
Pandangan Ludius teralihkan pada istrinya yang pemalu, membuat seribu alasan untuk lepas dari dekapannya. Tapi sepertinya spekulasi dari Silvia benar adanya. Banyak dari pengunjung yang memperhatikan mereka, dan tidak berselang lama para pemburu berita (wartawan) datang dari berbagai media massa.
"Sudah ku duga, pasti akan berakhir seperti ini.. hidupku yang tenang, akan berakhir tidak baik jika sudah berurusan dengan media massa.." gumam Silvia.
Para media massa berbondong-bondong memasuki Bangunan kuno hanya demi mendapat berita terkini dari CEO nomor 1 di China. Dalam sekejap bangunan kuno tersebut penuh dengan pembawa berita dari berbagai tempat. Orang yang berkunjung bahkan sampai heran siapa sebenarnya pasangan yang sedang menjadi buruan para wartawan??
"Presdir Lu, boleh kami meminta klarifikasi atas hubungan anda dengan Nyonya Lu?". Tanya salah satu wartawan mewaliki bertanya dari seluruh wartawan yang datang. Wartawan itu menjulurkan micnya pada Ludius dan Silvia.
Silvia ingat sekali, terakhir kali ia menghadapi wartawan adalah saat konferensi pers mengenai pernikahan mereka. Dan sekarang mereka datang untuk menanyakan apalagi??
'Ini semua karena Ludius terlalu berlebihan di hadapan semua orang, sampai menyita perhatian wartawan yang ada di sekitar.' Batin Silvia, posisinya yang sangat lengket di samping Ludius memang patut menjadi bahas perbincangan di tambah lagi mengenai rumor anak tidak sah Ludius.
Seketika Silvia teringat akan Azell dan Shashuang, jika wartawan sampe melihat mereka kemari, bukankah ini akan menjadi berita besar dan berdampak buruk pada massa depan Azell?.
Silvia mencubit pinggang Ludius dan membisiki sesuatu. "Ludius, pokoknya aku tidak mau tahu, kamu harus urus mereka sebelum Nona Shu dan Azell menemui kita disini." Bisik Silvia tegas,
Wartawan lain yang melihat Silvia dan Ludius masih bungkam mulai gerah dan penasaran, menurut pandangan mereka pasti ada sesuatu yang terjadi. Maka dari itu wartawan lain mulai memberanikan diri untuk bertanya pada mereka dengan pertanyaan yang sama.
"Presdir Lu, kami hanya ingin mendengar klarifikasi mengenai hubungan anda. Ada berita bahwa di tengah pernikahan anda, datang wanita masa lalu anda dengan seorang Putra? Apakah rumor ini benar adanya?". Tanya salah satu dari sekian wartawan yang mengajukan pertanyaan yang sama.
Dada Silvia terasa sakit mendengar pertanyaan seperti itu dari semua orang yang ada di depannya. Kepalanya tiba-tiba terasa pening dengan tangannya tanpa sadar memegang dadanya, napasnya terasa berat. Di tambah lagi dengan kondisinya yang sedang di kerumuni banyak orang membuat dirinya merasa tidak nyaman.
Ludius menyadari kondisi Silvia memburuk membuatnya mengambil tindakan tegas. "Bisa kalian semua mundur! Apa kalian tidak bisa menghargai kondisi istri saya yang sedang hamil!". Sentak Ludius pada semua orang yang mendesak mereka dengan berbagai pertanyaan,
Sentakan Ludius mampu membuat para wartawan diam dan mundur seketika. Mereka semua menundukkan kepala, mengingat kembali bagaimana kejamnya seorang Ludius jika sudah ada yang berani mengusiknya. Pasti nyawa akan berakhir di tangannya.
Ludius tidak memperdulikan para wartawan yang masih berdiri mengerubungi mereka meski jaraknya sedikit jauh. Ia melihat wajah Silvia yang pucat, tangannya menepuk-nepuk pipi Silvia. "Sayang, apa kamu baik-baik saja?". Tanya Ludius cemas.
Senyum tipis tersungging di bibir Silvia. "Aku baik-baik saja, suamiku. Bisa kau jelaskan pada mereka apa yang terjadi. Aku tidak ingin mereka mempertanyakan ini di masa depan. Ini akan memperngaruhi pertumbuhan Azell dan anak-anak kita nantinya.."
"Kamu jangan pikirkan ini Sayang.. aku akan mengurus hal ini. Lebih baik kita ke Dokter sekarang juga," Ludius hampir menggendong Silvia. Tapi tangan Silvia menghentikan tangan Ludius dan menggelengkan kepala.
"Kenapa Sayang, kita harus ke rumah sakit. Aku tidak ingin melihat kondisimu memburuk."
"Tidak perlu suamiku. Bukankah kamu ingin memberikan kejutan padaku?. Lagi pula ini hanya pusing, sebentar lagi juga baikan." Jawab Silvia dengan senyum mengembang.
Namun bukan Ludius namanya jika tidak memanjakan istrinya. Ludius akhirnya mengangkat Silvia dalam gendongannya. Serta Para wartawan masih setia menunggu dengan kepala tertunduk, dan itu membuat Ludius tidak nyaman. Akhirnya Ludius mau tidak mau membuka suara. "Kepada semua wartawan dari berbagai media massa..." kalimat pertama keluar dari mulut Ludius.
Para wartawan yang awalnya diam dan menundukkan kepala langsung mengangkat kepala mereka dan berbondong-bondong mendekat kearah Ludius dengan menyodorkan mic mereka.
"Bagaimana Presdir Lu akan menjelaskan rumor yang sedang beredar?". Tanya wartawan kembali.
"Diam semua!". Sentak Ludius. "Dengarkan baik-baik. Saya sedang menikmati waktu libur bersama istri saya. Tolong hargai privasi kami. Sebagai gantinya, dalam waktu dekat kami akan mengadakan konferensi pers untuk menjawab semua rumor yang sedang tersebar.. bisa para wartawan yang terhormat menyingkir dari hadapan saya?". Tanya Ludius pelan namun tajam, setajam tatapannya yang ia tunjukkan pada semua orang yang ada di depannya.
"Ba..baik Presdir, kami mengerti.." jawab beberapa orang dengan gemetar. Tatapan tajam nan bengis Ludius membuat para wartawan berfikir bahwa nyawa mereka sedang ada di genggaman Ludius.
-
Setelah mendapat penjelasan dari Ludius bahwa akan di adakan konferensi pers serta mendapat tatapam tajamnya membuat para wartawan meninggalkan mereka berdua. Kini hanya tersisa pengunjung yang diam- diam membicarakan mereka di belakang. Namun itu tidak berpengaruh pada Ludius, hanya saja Silvia agak kurang nyaman dengan hal ini.
Dengan Silvia yang berada di gendongannya, Ludius membawa istrinya menuju sungai yang terdapat banyak sekali bunga lotus. Di sungai tersebut sudah di siapkan perahu yang Ludius pesan khusus membawa mereka berkeliling Yu garden. Di perahu tersebut terdapat sebuah kursi memanjang, disana Ludius mendudukkan Silvia.
"Sayang, apa kamu menyukainya?". Tanya Ludius lembut.